Thursday, April 29, 2010

Pengalaman Memberi Sedekah

Teman dekat saya mengirimkan tulisan tentang pengalamannya memberi sedekah. Semoga bermanfaat dan kita semua dapat menirunya. amin
Pertama, saya menulis pengalaman ini bukan untuk riya, insya Allah jauh dari itu. Niat saya, yang pertama adalah sebagai manifestasi rasa syukur atas karunia Allah SWT yang telah dilimpahkan kepada hambanya ini. Kedua, dengan berbagi pengalaman, insya Allah saya akan mendapatkan pahala juga.Saya berkeyakinan bahwa bila pembaca berkenan mengikuti langkah saya, Insya Allah hasil yang sama atau malahan lebih besar akan dapat diraih. Just do it!! sesuai iklan dari sepatu Nike. Berikan sedekah, insya Allah pertolongan Allah akan datang.

Melihat kebelakang perjalanan hidup saya, ada beberapa tonggak yang menurut saya jadi titk balik dan landasan bagi kemajuan pada tahap tahap berikutnya. Tonggak pertama adalah ketika saya dan istri memberikan tabungan keluarga untuk perbaikan rumah orang tua. Saat itu, sekitar tahun 1990an, saya masih tinggal di perumahan BTN tipe 70 di daerah  Tangerang Selatan. Ketika tabungan keluarga mencapai sekitar Rp 30 jutaan, saya dan istri berdiskusi. Mau diapakan uang tersebut. Apakah tabungan tersebut dipakai untuk merehab rumah yang masih BTN asli? Pada tahun tahun tersebut, diperlukan sekitar 30 jutaan untuk membuat garasi atap beton dengan satu kamar tidur diatasnya. Salah satu pertanyaan yang mencuat saat itu adalah, bila uang tersebut dipakai untuk merehab rumah, terus kapan kita bisa memberi ke orang tua? Apa gunanya kita memberi orang tua bila mereka telah tiada? Dengan membuat nisan yang megah? Akhirnya kita putuskan, tabungan tersebut kita serahkan ke orang tua dengan saran agar dipakai untuk merehab rumah kedua orang tua (dari pihak saya maupun pihak istri). Uang yang kita berikan hanya cukup untuk mengganti lantai tegel dengan lantai keramik.

Setelah beberapa tahun berlalu, meskipun rumah saya tetap asli rumah BTN, namun saya mampu membeli rumah sebelah. Jadilah saya punya 2 rumah BTN tipe 70. Dua-duanya masih rumah asli BTN. Bahkan tidak lama kemudian, saya bisa membeli sebuah rumah real estate. Saat ini, kedua rumah BTN tersebut kita jadikan panti asuhan.

Pada th 1987-1988, ketika Indonesia dilanda krisis ekonomi. Saya berpikir, bagaimana caranya agar keluarga saya tidak terkena krisis. Bukankah krisis ekonomi tidak menyerang semua orang? Bagaimana agar terhindar dari krisis ekonomi? Setelah melalui perenungan panjang dan membaca berbagai buku, keputusan yang saya ambil saat itu adalah: ambil uang tabungan dan sedekahkan ke panti asuhan. Seingat saya, ada sekitar Rp 3 juta yang saya sedekahkan ke panti asuhan dan saya kirim ke Ambon yang kala itu lagi rusuh. Alhamdulillah, keluarga saya tidak terkena dampak krisis ekonomi. Ketika nilai rupiah terpuruk karena krisis ekonomi, saya beberapa kali ditugaskan menghadiri pertemuan di luar negeri. Saya menginap gratis di rumah teman. Uang saku yang berupa dolar bisa saya bawa pulang untuk keluarga.

Selain itu, saya juga membantu biaya sekolah dan kuliah beberapa saudara. Sedekah buat panti asuhan, satpam dan petugas cleaning service di kantor juga saya lakukan. Ada satu pengalaman berkesan tentang sedekah kepada satpam. Saya memberi sedekah kepada satpam (sekitar Rp 100.000an, saya tidak ingat berapa satpam yang saya kasih) sebelum dipanggil atasan langsung saya yang ingin menegur saya. Bukannya dimarahi, saya malah dapat uang Rp 10 juta dari atasan langsung saya.

Satu lagi cerita tentang sedekah. Saya katakan ke anak buah saya: "tahu nggak mengapa saya dipromosikan jadi atasan mereka?". "Karena saya bikin panti asuhan", kata saya. Ada 2 orang yang tergerak rutin menyumbang. Alhamdulillah,tak lama kemudian keduanya juga dipromosikan jadi pejabat setingkat direktur di instansi pemerintah.

Semoga pengalaman hidup saya bisa menggugah anda untuk bersedekah juga.

Saturday, April 24, 2010

Mengapa susah susah bikin rumah bersalin Umiya?

Rumah Bersalin Umiya didirikan diatas tanah wakaf keluarga Mas Elok Heru, di desa Lugosobo, Purworejo, Jawa Tengah. Pembangunannya berjalan pelan, namun pasti. Diperlukan waktu sekitar 2 tahun untuk mendirikan bangunan intinya (ruang admin dan rawat jalan, kamar periksa, ruang persalinan dan bangsal). Insya Allah, bulan Mei 2010 ini akan mulai operasional.

RB Umiya memberikan pelayanan kebidanan, sama seperti semua RB pada umumnya. Bedanya, di RB Umiya, tidak ada tarif. Pasien yang datang dipersilahkan mengisi kotak amal. Dengan demikian diharapkan bisa mengurangi hambatan finansial bagi masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan kebidanan.Tidak perlu persyaratan administrasi yang rumit untuk mendapatkan pelayanan. Cukup datang dan mengisi kotak amal seikhlasnya, insya Allah akan mendapatkan pelayanan kebidanan berkualitas. dilain pihak, pasien tetap diminta untuk mengisi kotak amal sesuai kemampuannya sebagai wahana pendidikan dan untuk mendorong rasa memiliki dan tanggung jawab

Para petugas RB Umiya mendapatkan gaji sesuai standar gaji untuk didaerah Purworejo. Gaji dan oeprasional RB Umiya didapatkan dari zakat, infaq, sedekah dari para pengurus dan donatur.

Kami hanya mengharapkan ridho Allah sebagai balasanya. Kita mengharapkan Allah berkenan merahmati keluarga kita dengan kebaikan yang mengalir kepada anak cucu.

Kita kelola keuangan RB secara transparan dan akuntabel. Kita juga membuka RB Umiya sebagai ladang amal untuk semua hamba Allah yang ingin berbagi dan menebar rahmat.