Tuesday, November 30, 2010

Menggabungkan bisnis dengan tujuan sosial

Membuat suatu bisnis atau usaha tidak gampang. Melakukan kegiatan sosial juga banyak susahnya. Bagaimana kalau menggabungkan bisnis dengan kegiatan sosial? Apa bisa?

Ternyata itu yang dilakukan oleh Nanglo Restaurant di Kathmandu, Nepal. Setidaknya ada 5 Nanglo Restaurant yang tersebar di berbagai wilayah di kota Kathmandu. Uniknya, hampir semua pelayannya adalah penyandang cacat bisu tuli. Para pelayannya bersikap ramah, banyak senyum, dan gesit dalam memberikan pelayanan. Namun jangan mengajak mereka bicara. Komunikasi dengan mereka cukup memakai bahasa Tarzan, alias bahasa isyarat. Kita tinggal menunjuk makanan yang kita ingini di daftar menu, atau tinggal tulis di kertas bila kita ingin meminta sesuatu yang spesifik (misalnya, jangan terlalu pedas, tidak pakai gula, dll). Ternyata pelanggan puas. Restaurant Nanglo termasuk restaurant yang laku dan terus berkembang meskipun situasi politik dan ekonomi tidak begitu bagus di Nepal akhir akhir ini.

Contoh lainnya adalah Tarjono Slamet (38). Tahun 1990, Tarjono harus kehilangan kaki kirinya yang terpaksa diamputasi. Dia juga harus menerima kenyataan bahwa 10 jari tangannya tak bisa lagi digerakkan lantaran mengalami kerusakan syaraf. Kebersamaan dengan sesama penderita cacat akhirnya menggugah Slamet untuk kemudian bangkit dari keputusasaan. Ia juga makin tekun menggeluti latihan keterampilan yang diajarkan di Yakkum. Bahkan, Tarjono sempat dikirim ke Selandia Baru, Australia dan Belanda untuk mengikuti berbagai kursus termasuk pelatihan fund rising.

Sepulang dari Australia, Tarjono Slamet memutuskan memulai hidup baru menjadi enterpreneur dan pekerjaan sebagai staf Yakkum ditinggalkannya. Dengan bekal keterampilan yang dimiliki dan modal warisan serta uang sisa gaji, Trajono mendirikan CV Mandiri Craft yang memproduksi aneka macam kerajinan kayu seperti alat peraga pendidikan dan puzzle. Tarjono merekrut 25 orang yang semuanya penyandang cacat sebagai karyawan. Tak banyak kesulitan memulai usaha karena mayoritas karyawannya adalah alumni Yakkum yang sudah dibekali keterampilan membuat aneka macam kerajinan. Tidak heran jika kemampuan produksi CV Mandiri Craft juga cukup besar mencapai 650 unit per bulannya, jumlah yang setara dengan kapasitas produksi suatu perusahaan yang dikerjakan oleh tenaga tanpa cacat fisik.
Soal pemasaran, bukan masalah serius bagi Si Pembuat Mainan ini. Pengalaman pernah belajar fund rising ke Eropa dan Australia membuka jaringan pemasaran untuk barang produksinya. Sebagian besar produk Mandiri Craft memang dieskpor, utamanya ke Eropa dan Amerika. Dengan pangsa ekspor itu, tak heran jika Tarjono mampu membayar semua karyawannya dengan upah di atas ketentuan pemerintah. Semua karyawan Mandiri Craft digaji di atas Upah Minimum Provinsi atau UMP. "Ini sudah menjadi cita-cita saya yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan teman-teman senasib. Saya ingin agar penyandang cacat bisa sejajar dengan orang normal," katanya tegar.
Di saat usaha maju dan jumlah karyawan bertambah, musibah kembali datang. Gempa bumi 27 Mei 2006 mengancurkan seluruh peralatan pruduksinya. Satu kontainer barang produksi siap impor, hancur. Bahkan satu karyawannya meninggal. Musibah ini menjadi tantangan tersendiri untuk Tarjono. Berat rasanya memulai dari nol kembali. Namun setelah trauma mereda, akal sehat Trajono kembali berjalan. Akibat gempa itu, kata dia, lebih dari 1000 orang mengalami cacat fisik. Mereka tentu butuh penghasilan untuk tetap bertahan hidup karena tak mungkin selamanya menggantungkan diri kepada orang lain. Atas dasar itu, Tarjono bertekad kembali membangun Mandiri Craft yang tinggal puing-puing itu.
Berbekal bantuan dari masyarakat Jepang dan negara lain, tahun 2007 Tarjono mulai merintis Mandiri Craft lembaran baru. CV Mandiri Craft ia bubarkan. Sebagai gantinya, ia mendirikan Yayasan Penyandang Cacat Mandiri. Usahanya tetap sama yaitu memproduksi aneka mainan dari kayu. Tantang yang dihadapi saat ini adalah persaingan yang lumayan ketat dalam pemasaran produk. "Apalagi pasar ekspor, terutama Eropa masih terimbas kiris di sana," ujar Tarjono. Saat ini 80 persen produknya dijual untuk pasar Indonesia seperti ke Jakarta, Bandung, Surabaya dan Bali. Masih rendahnya pasar ekspor membuat omset usaha saat ini menurun hingga sebesar Rp 50-an juta per bulan. Sementara saat pasar ekspor sedang bagus, Tarjono bisa membukukan omset hingga Rp 150 juta per bulan. "Menghadapi ini, kami berupaya melakukan efiseinsi, terutama dari sisi bahan utama dan bahan pendukung," jelasnya. Meski demikian, produk Yayasan Penyandang Cacat Mandiri tetap mengutamakan kualitas, baik dari sisi kayu maupun cat yang digunakan. "Kami menggunakan cat non tosik sehingga tidak membahayakan anak-anak. Dengan kualitas yang baik, pelanggan tetap setia pada produk kami," jelas Tarjono.
Saat ini, yayasan itu memiliki 55 karyawan yang semuanya adalah penyandang cacat fisik. Mulai dari produksi, administrasi hingga keuangan, semuanya ditangani oleh karyawan yang difabel secara fisik. Tarjono yang menjabat sebagai manager, mempunyai dua lokasi workshop yaitu di Jalan Parangtritis KM 7,5 di Jalan Parangtritis KM 9.

Dua contoh diatas terkait dengan penyandang cacat. Namun, menggabungkan wira usaha dengan tujuan sosial mempunyai berbagai model. Termasuk didalam wira usaha sosial adalah, misalnya:  bisnis yang membuat bahan bangunan murah untuk masyarakat miskin, bisnis yang memakai teknologi ramah lingkungan, dan masih banyak yang lain. Insya Allah saya akan coba menggali dan menulis lebih banyak lagi contoh tentang wira usaha sosial.

Di negara maju banyak universitas, yayasan, investor yang membantu pengembangan wira usaha sosial. Bahkan setiap tahun ada kompetisi dan tantangan dalam bidang wira usaha sosial. Pengalaman perusahaan Medicasse adalah salah satu perusahaan yang mendapat bimbingan dari Universitas New York.
Perusahaan Madecasse, yang didirikan oleh Tim Mc Collum, Brett Beach dan Pastor Brian  juga menggabungkan bisnis dengan tujuan sosial. Madecasse didirikan dengan tujuan untuk memecahkan sebagian permasalahan sosial di Madagaskar, yaitu masalaha kemiskinan. Ide mendirikan Madecasse timbul ketika mereka bekerja sebagai relawan Peace Corps disana. Selama ini Madagaskar mengekspor coklat mentah dan vanilla dengan harga murah. Dengan mengolahnya menjadi permen coklat dan dibungkus dengan kemasan yang bagus, harganya sudah meningkat cukup tinggi sehingga keuntungannya juga semakin besar. Madecasse menciptakan lapangan kerja dengan membuat pabrik kemasan makanan, kerajinan, tangan  dan pabrik lain di dalam negri Madakaskar.
Setelah bermitra dengan sebuah pabrik di Madagaskar, ketiga pendiri Madecasse harus menggalang dana (diluar kontribusi pribadi masing masing) dan menjalin hubungan agar produk mereka bisa masuk ke pasar swalayan di Amerika. Disitulah diperlukan ketrampilan wirausaha sosial (social entrepreneur) yang kebetulan dipunyai oleh Brian Mc Collum yang mendapat gelar MBA dari Stern School of Business, Universitas New York pada tahun 2007. Di Stern Business School ada mata pelajaran tentang wirausaha sosial. Mereka bertiga, dengan membawa konsep bisnis model Madecasse, mengikuti program kompetisi pengembangan wirausaha sosial selama 8 bulan di Universitas New York. Dalam program tersebut, mereka mendapat nasehat dan masukan dari Investor's Circle, jaringan investor dermawan yang berminat dengan ide memecahkan masalah sosial melalui bisnis. Madecasse menang kompetisi tersebut dan menerima hadiah sekitar Rp 200 juta.

Bila anda menggeluti wira usaha sosial saat ini. Tidak ada salahnya bila anda memanfaatkan bantuan dari organisasi di negara maju yang bergerak dalam pengembangan wira usaha sosial, seperti: Ashoka, The Skoll Foundation, The Schwabb Foundation for Social Enterpreneurship, Investor Circle, dan masih banyak yang lain.
Semoga bermanfaat.

Nick Martin, harta warisan yang tidak berkah

Pada tahun 1998 Nick Martin mendapat warisan sebesar14 juta dolar (sekitar Rp 120 milliar). Ketika masih muda, ayahnya mendirikan sebuah perusahaan pemasaran yang bergerak di media luar gedung, Martin Media, di tahun 1950an di negara bagian Kalifornia Amerika Serikat. Sebuah perusahaan yang bernilai sekitar 600 juta dolar. Dari sejumlah warisan yang dia terima, Nick Martin menerima warisan bersih, setelah dipotong pajak, sebesar 10 juta dolar.

Namun kini hidupnya jauh dari gemerlap. Ia tinggal disebuah rumah yang sewa bulanannya sekitar Rp 8 juta di sebuah jalan buntu, di kota kecil Mac Farland. Dia mempunyai  mobil Ford Explorer yang telah berusia 14 tahun. Nick Martin masih beruntung karena di saat krisis ekonomi seperti sekarang ini, dimana pengangguran sangat tinggi, masih dapat kerjaan, meskipun hanya paruh waktu. Dia mengajar setiap Sabtu mata pelajaran tentang cara menanam pohon dan membuat anggur di sebuah sekolah cabang dari Highland Community College yang jaraknya sekitar 20 km dari rumahnya. Bangunan sekolahnya sangat sederhana dan jumlah murid yang mengikuti kelasnya hanya 7 orang.

Kehidupannya saat ini jauh berbeda dibanding ketika baru menerima warisan. Dia dan keluarganya tinggal di daerah mahal, Adirondacks, Tupper lake, di New York. Di garasi ada 3 mobil model mewah baru, salah satunya mobil Aston martin warna kuning. Dia pernah membelikan mantel bulu untuk istrinya seharga Rp. 65 juta, memiliki 3 ekor kuda balap seekornya seharga sekitar Rp 1,5 milyar.

Ny Nick Martin ingat ketika mereka sedang makan malam dengan spagheti di rumahnya di kota Paso Robles, di Kalifornia Tengah di tahun 1998, mereka mendapat kabar dari perwakilan sebuah bank tentang harta warisan yang suaminya akan segera peroleh. Jumlahnya terlihat sangat banyak. Segera setelah uang mereka terima, Nick Martin dan keluarganya memutuskan untuk pindah meskipun saudara dan saudara iparnya (yang selama ini menjalankan bisnis) tidak menyetujui keputusan mereka. Nick Martin tidak pernah terlihat secara langsung bisnis pemasaran luar gedung tersebut. Di Martin Media, dia hanya duduk sebagai anggota komisaris. Nick Martin terlibat secara langsung di bisnis keluarga yang lain, Martin Brothers Winery yang bergerak di bidang pembuatan anggur.

Mula mula Nick Martin membeli sebuah rumah di Sommerset, Inggris dekat keluarga istrinya dan dia  memutuskan untuk menulis novel. Nick Martin juga menghabiskan sekitar Rp 2,5 m untuk membeli  tanah seluas 3,5 acre yang kemudian dibangunnya menjadi rumah musim panasnya. tidak berapa lam awan hitam mulai datang. Novel hasil karya Nick Martin yang berjudul Anthony: Coniver's Lament tidak laku. Biaya hidup mengelembung. Pada tahun 2002, mereka pindah ke negara bagian Vermont, Amerika dan membeli rumah seharga Rp 6 milyar sedangkan pembangunan rumah musim panasnya tetap jalan terus. Pada tahun 2007, Nick Martin dan keluarga pindah sepenuhnya ke Tupper Lake. Ternyata pembangunan rumah di Tupper Lake menyedot banyak dana. Mereka menghabiskan sampai sekitar Rp 50 milyar  untuk membangun rumah di Tupper lake dan menghabiskan sekitar Rp 6 milyar untuk merehab rumah di Vermont.
Ketika krisis ekonomi melanda Amerika tahnu 2008 kemarin, keluarga Nick Martin mulai bangkrut. Harga properti turun drastis. Dia kesulitan menjual rumahnya, meskipun dengan harga hampir separuh harga semula.

Sepertinya kita sering mendengar cerita seperti itu. Orang yang mendapat warisan dalam jumlah sangat besar yang kemudian menguap dalam beberapa tahun saja. Bila kita dapat warisan, apa yang harus kita lakukan agar harta tersebut tidak cepat menguap? Sebagai orang tua, apa yang harus kita lakukan agar harta yang kita wariskan kepada anak menjadi berkah?  

Sunday, November 28, 2010

Pelajaran dari Computer Village

Computer Village
Kemampuan komputer meningkat pesat. Akibatnya, setiap tiga tahun sebuah komputer mulai ketinggalan zaman. Perusahaan, profesional dan individu ingin mengikuti perkembangan tersebut agar tidak ketinggalan zaman. Berita baiknya, harga komputer semakin murah. Saat ini komputer bekas tersedia di pasaran. Saya kira akan cukup banyak perusahaan, profesioanl maupun individu yang berkenan menyumbangkannya atau menjualnya dengan harga murah komputer bekas tersebut kepada organisasi sosial.
Dilain pihak, banyak anak muda dari kalangan keluarga miskin yang belum mengenal komputer. Bila mereka bisa mahir mengoperasikan komputer, kesempatan berganti mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang layak akan meningkat. Banyak anak muda yang ingin belajar memperbaiki dan meng-upgrade komputer bekas. Banyak relawan yang bersedia melatih anak belajar komputer selama beberapa jam perminggunya atau selama akhir pekan. Beberapa orang bersedia menularkan ilmunya memperbaiki dan mengupgrade komputer bekas.
Bila kita ketemukan semua itu dalam suatu tempat. Kita akan mempunyai sebuah tempat latihan komputer gratis untuk anak anak muda dari keluarga tidak mampu. Dermawan atau perusahaan tahu dimana bisa menyumbangkan komputer bekasnya untuk kegiatan amal. Relawan tahu dimana tempat menyumbangkan sebagian ilmunya untuk kebaikan. Anak anak muda dari kalangan tidak mampu bisa belajar komputer. Cukup ditambah dengan uang beberapa juta dan sebuah ruangan, sebuah kegiatan amal sudah bisa berjalan.

Hal itulah yang dilakukan oleh Dan Holt melalui Computer Village sejak pertengahan tahun 1990-an. Dia memulainya dengan mengumpulkan 10 komputer bekas di Community Center, sejumlah uang dan beberapa temannya yang bersedia menjadi relawan mengajar word dan excell  kepada para pelajar dari masyarakat tidak mampu. Ternyata, apa yang semula dimulai sebagai sebuah kegiatan akhir pekan, kemudian berkembang menjadi sebuat tempat kursus IT, perusahaan instalasi IT dan energi surya, dan sebuah perusahaan yang memakai green technology.
Kunci sukses Dan Holt ada 3 strategi utamanya:
1. Fokus. Usaha Computer Village  hingga sekarang terfokus pada mempersiapkan anak anak muda dari masyarakat miskin untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang layak. Permintaan akan ketrampilan yang diperlukan berubah. Mula mula ketrampilan mengoperasikan program komputer dasar seperti wordprocessor dan excell, kemudian berubah ke reparasi dan instalasi komputer. Sekarang ketrampilan yang diperlukan adalah kemampuan membuat robot dan konstruksi teknologi hijau (green technology). namun intinya tetap sama, mempersiapkan pemuda dari keluarga tidak mampu untuk bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi.
2. Jaringan Kerja. Dan Holt dan seluruh timnya sangat mahir dalam membuat jaringan kerja. Mereka aktif keluar kantor untuk melihat peluang dan kesempatan. Mereka mendatangi gereja mungkin mereka memerlukan komputer baru sehingga anak didik Computer Village dapat menerapkan ketrampilannya. Mereka mendatangi perusahaan konstruksi dan menawarkan kepada pekerjanya untuk mendapat pelatihan tentang green technology. Mereka selalu membuka mata lebar lebar untuk menawarkan Computer Village agar bisa mendapat kontrak kerja.
3. Kerjasama. Computer Village tidak membuat proposal untuk mendapatkan bantuan dana dari lembaga donor. tetapi mereka bekerja sama dengan berbagai organisasi lain seperti Head start dan Father Support yang mendapatkan bantuan dana. Bahkan, saat ini seorang anak didiknya dalam bidang Robot sedang bekerja sama dengan ilmuwan dan peneliti untuk mendapatkan kontrak dari Google X prize yang bernilai 3 juta dolar.

Kelihatannya tidak ada yang istimewa. Dan Holt mulai dengan 10 komputer bekas, kini Computer Village mampu mendidik anak anak muda dari keluarga tidak mampu dengan ketrampilan membuat robot dan memasang green technology.
Siapa bisa mengikuti jejaknya?

Alternatif lain dari pada bikin yayasan sosial sendiri

Bikin yayasan sosial memang tidak gampang. Bila kita tidak punya daya juang yang tinggi, dukungan sumber dana dan teman teman yang mempunyai visi yang sama, bisa bisa yayasan tersebut mati sebelum berkembang. Namun untungnya, bila kita ingin melakukan kegiatan amal, masih ada laternatif lain selain bikin yayasan sosial. Setidaknya masih ada 5 alternatif lain selain bikin yayasan sosial, bila kita ingin melakukan kegiatan amal secara sistematis dan berkesinambungan.

1.  Bikin cabang yayasan sosial di kota anda. Akhir akhir ini, selaras dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dan kondisi perekonomian, jumlah yayasan sosial maupun lembaga sosial mulai meningkat pula. Dari pada repot repot bikin yayasan sosial sendiri, akan lebih mudah bila kita bikin cabang dari yayasan atau lembaga sosial tingkat nasional yang sudah ada. Tidak ada prosedur khusus untuk membuka cabang dari suatu yayasan atau lembaga sosial di suatu tempat. Bila anda benar benar berminat dan serius, anda tinggal pilih yang sesuai  dan kemudian kontak mereka. Banyak yayasan sosial tingkat nasional yang akan senang hati bila anda bersedia melakukan kegiatan sosial dengan membuka cabang dikota anda. Sebagai contoh, Yayasan Jantung Indonesia   , yang dulunya bernama yayasan jantung Dewi Sartika dan didirikan pada tahun 1974. Pada tahun 2010 telah mempunyai  31 kantor cabang utama (data tahun 2010), 61 cabang dan Pertumbuhan Klub Jantung Sehat, yang hingga saat ini telah berjumlah lebih dari 3700 klub (data tahun 2009) yang tersebar di seluruh indonesia. Sebagian yayasan bisa ditelusuri lewat website terlampir ini atau bisa juga ditelusuri melalui wikipedia berbahasa Indonesia.
2. Jadi relawan atau jadi anggota dewan pembina atau dewan penasehat. Bila telah ada yayasan atau lembaga sosial yang sehati dengan anda, anda bisa langsung bergabung. Baik sebagai anggota pengurus atau jadi relawannya. Pengalaman jadi relawan akan berguna nantinya bila anda sendiri pingin mendirikan yayasan atau lembaga sosial sendiri.
3.Bikin atau bergabung dengan lingkaran sedekah (Giving Circle). Bila anda ingin sedekah anda lebih bisa mempunyai daya ungkit, ajak teman teman untuk bikin lingkaran para dermawan (lingkaran sedekah). Lingkaran sedekah bisa bersifat informal dan kecil. Misalnya perkumpulan beberapa orang yang secara berkala bertemu dan bersama-sama menyalurkan sedekahnya untuk mendukung suatu kegiatan amal tertentu. Bisa juga lingkaran tersebut lebih besar dan lebih terorganisir. Tentunya diperlukan komitmen jangka panjang dari banyak orang sehingga dana yang terkumpul juga bisa lebih banyak.Ada beberapa kelebihan dari lingkaran sedekah ini:
  • Mengumpukan uang dari banyak orang dan menyalurkannya ke suatu kegiatan sosial akan dapat memberikan dampak yang lebih besar dari pada bila kita masing masing menyumbang sendiri sendiri ke sasaran yang berbeda pula.
  • Pemikiran bersama dan pengetahuan dari banyak orang akan lebih baik dari pada pemikiran seorang individu. 
  • Kerjasama kemitraan dengan satu atau beberapa lembaga sosial akan dapat meningkat keterikatan emosional antara penyumbang dengan orang orang yang menerima bantuan.
  • Ikut bergabung dan melakukan kegiatan sosial dapat membuat kita bergembira, optimis dan sehat jasmani serta rohani. Apalagi bila kita terlibat secara mendalam serta bisa melakukan kegiatan yang inovatif.
4. Mendirikan wirausaha sosial (social entrepenuer). Wirausaha sosial adalah suatu bisnis yang menyumbangkan sebagian atau seluruh keuntungannya untuk mengatasi suatu permasalahan sosial. Ulasan tentang beberapa contoh wirausaha sosial dapat dibaca di beberapa artikel yang saya tulis beberapa saat yang lalu. Santri Group, Pandu Logistik, pengusaha yang tergabung dalam Komunitas Tangan Diatas merupakan sosial entrepreneur. Mereka menyumbangkan sebagian labanya untuk amal.

5. Mendirikan atau membuka cabang Lembaga Amil Zakat. Daftar sebagian dari lembaga amil zakat dapat dilihat disini. Beberapa lembaga amil zakat yang besar antara lain: Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, Pos Keadilan Peduli Umat, Baitul Maal Hidayatullah.

Melakukan kegiatan amal itu menyenangkan

Amy Potthast, ibu 2 anak dari Portland, Oregon, Amerika bersama-sama dengan teman teman melakukan kegiatan dengan ibu ibu dari kalangan tidak mampu yang mereka beri nama Proyek Desa St John. Sejak musim gugur tahun 2010, seminggu sekali ibu ibu bersama anak balitanya berkumpul di taman bermain Swap n play. Mereka bermain bersama dan saling membantu untuk mengembangkan "40 modal pertumbuhan" yang diperlukan oleh seorang anak untuk bisa tumbuh menjadi orang dewasa yang peduli, bertanggung jawab dan sehat. 40 modal pertumbuhan (developmental assets) tersebut dapat dikelompokkan kedalam modal external seperti dukungan (seperti dukungan keluarga, komunikasi keluarga yang positif, dll), pemberdayaan (lingkungan yg aman dan sehat, masyarakat yang menyayangi anak, dll), dan modal internal, seperti komitmen untuk belajar, memiliki nilai nilai positif (peduli, bertanggung jawab, integritas, dll), kompetensi sosial, dan lain lain.  Pada tanggal 30 Oktober kemarin, mereka membuat sarapan pagi bersama dan menyediakan pakaian untuk pesta haloween yang dapat dibawa pulang oleh ibu ibu kurang mampu tersebut. Bagi Amy Potthast, dia telah melaukan kegiatan yang menyenangkan hatinya sekaligus melakukan kegiatan amal.

Agar kita bisa melalukan kegiatan dan menyenangkan, kita perlu membuat 2 daftar. Pertama, daftar tentang kegiatan yang membuat kita senang. Misalnya: membaca buku cerita, memasak, membuat kue, menyulam, ngobrol, menulis atau membuat blog, menggambar, dan lain lain. Kedua, kita buat daftar kegiatan amal yang bisa kita lakukan, misalnya: memberi makanan (lauk pauk atau kue) ke tetangga yang kurang mampu, menyumbang uang atau barang, jadi relawan, penggalangan dana, dll.
Nah kemudian, kita tinggal menyambungkan kedua hal tersebut. Sebagai contoh:
  • Bekerja sebagai relawan dengan membacakan buku buku cerita di panti jompo atau panti asuhan.
  • Mengajari anak anak sekolah yang kurang mampu untuk belajar komputer/bahasa Inggris di rumah
  • Membuat kue dan bersama sama dengan panti asuhan setempat menjual kue tersebut sebagai donasi untuk panti asuhan.
  • Mengajak teman teman untuk membuat seragam sekolah dan menyumbangkan seragam tersebut kepada anak anak sekolah yang kurang mampu.
  • Mengajak anak kurang mampu jalan jalan ke kebon binatang
  • Mengajak teman teman mengunjungi dan menyumbang ke panti asuhan atau panti jompo.
  • Membuat artikel di blog yang membahas tentang kegiatan amal itu menyenangkan
  • Membuat buku gratis tentang sedekah atau kegiatan amal
  • dan masih banyak lainnya. Silahkan anda tambahkan daftarnya.
Semoga bermanfaat

Saturday, November 27, 2010

Bisnis dan sedekah: Hewlett Packard, eBay, Disneyland, PWC dan TDA

Pada tahun 2009 Marist College Institute for Public Opinion melakukan polling tentang kejujuran dan etika berbisnis dari perusahaan di Amerika. Banyak perusahaan mendapat nilai D atau F untuk kejujuran etika bisnis. Untunglah, beberapa perusahaan cukup inovatif. Mereka menggabungkan bisnis dengan sedekah atau kegiatan amal lainnya. Melalui kemitraan dengan organisasi nirlaba dan mendukung kegiatan amal, perusahaan akan dikenal oleh konsumen sebagai perusahaan yang peduli dan bertanggung jawab.

Mulai 1 januari 2010, Disneyland bermitra dengan HandsOn Network  meluncurkan program "Give a day, Get a day". Setiap orang yang bersedia jadi relawan selama 1 hari pada proyek kemanusiaan yang telah ditentukan, mereka akan dapat tiket gratis masuk disneyland di Kalifornia atau Florida selama 1 hari juga. HandsOn Network, sebuah organisasi jaringan relawan terbesar di Amerika, menyediakan kesempatan untuk jadi relawan dan sekaligus mengecek kebenaran surat keterangan bahwa mereka telah benar benar bekerja sebagai relawan. Selama ini belum pernah ada kemitraan model begini dan tidak ada yang tahu bagaimana reaksi masyarakat terhadap tawaran tersebut. Dalam kurun waktu kurang dari 3 bulan, sekitar 1 juta orang telah menyelesaikan atau telah mendaftar program untuk jadi relawan. Banyak dari mereka yang baru pertama kali jadi relawan. Di HandsOn cabang Jacksonville, relawan datang membanjir. Dalam 3 bulan pertama tahun ini, jumlah relawannya telah mencapai 2 kali lipat jumlah relawan dinsepanjang tahun 2009.

Pada tahun 2009, Price Waterhouse Cooper yang bermitra dengan HandsOn Network berhasil membawa 150 mahasiswa, staff yang berprestasi dan partners untuk terjun sebagai relawan dalam kegiatan amal di negara bagian New Orleans. Perusahaan Price waterhouse Cooper melalaui kegiatan ini dapat memperkenalkan budaya kerja perusahaannya kepada para mahasiswa yang terpilih. Satff  Price waterhouse Cooper dapat mengamati siapa diantara mahasiswa tersebut yang layak ditarik sebagai pegawai bila telah lulus nantinya. Mahasiswa yang ikut program tersebut dapat lebih mengenal budaya kerja perusahaan, nilai nilai yang dipegangnya, dan pengalaman sebagai relawan. 

Starbucks meluncurkan program yang diberinya nama " I am in". Starbuck akan memberikan 1 cangkir kopi gelas besar secara gratis kepada setiap pengunjung yang bersedia jadi relawan selama 5 jam. Program ini telah berhasil menciptakan 1,2 juta jam relawan kerja hanya dalam 5 hari sejak program tersebut dicanangkan.

Hewlett Packard bekerja sama dengan Civic Venture membuat program persiapan untuk terjun ke dunia nirlaba kepada para pegawainya yang telah bekerja cukup lama. Melalui program ini, karyawan yang telah mendekati usia pensiun diberi kesempatan untuk magang di organisasi nir-laba. Organisasi nir-laba mendapat manfaat dari keahlian dan semangat kerja mereka. Organisasi nir-laba yang memerlukan keahlian dibidang pemasaran, keuangan, manajemen, keahlian teknis dan ketrampilan lainnya dapat memanfaatkan staff  Hewlett Packard yang terkenal berkualitas tinggi. Melalui program tersebut ternyata semakin banyak pensiunan Hewlett Packard yang terjun ke dunia nirlaba atau kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya.

Perusahaan eBay bekerja sama dengan Points of Lights Mission Fish memberikan kesempatan kepada konsumennya untuk ikut menyumbang kepada kegiatan amal. Melalui program yang telah berjalan sejak tahun 2003 tersebut telah terkumpul dana sebesar 167 juta dolar yang telah disalurkan ke 22 000 oragnisasi nir-laba.

Melalui kemitraan antara bisnis dan kegiatan amal, masyarakat konsumen telah diuntungkan. Masyarakat terbantu oleh banyaknya kegiatan amal yang mendapat bahan bakar dari perusahaan. Dilain pihak, bisnis juga mendapat keuntungan karena masyarakat mendukung bisnis yang tidak hanya berorientasi komersial semata.

Di Indonesia, pandangan masyarakat terhadap perusahaan banyak juga yang negatif. Membuat kemitraan antara bisnis dengan kegiatan amal akan menciptakan situasi menang-menang. Masyarakat dan perusahaan sama sama diuntungkan. Kelompok wirausahawan yang tergabung dalam kelompok Komunitas Tangan Diatas telah sejak lama menerapkan prinsip tersebut. Komunitas Tangan Diatas adalah sebuah komunitas bisnis yang bervisi menjadi Tangan Di Atas atau menjadi pengusaha kaya yang gemar memberi kepada sesamanya. Istilah kerennya adalah abundance atau enlightened millionaire.

Komunitas TDA ini berawal dari sebuah blog yang ditulis oleh salah satu pendiri TDA, yaitu Badroni Yuzirman (http://www.roniyuzirman.blogspot.com/). Isi blog tersebut menurut sebagian orang cenderung memprovokasi pembacanya untuk menjadi pengusaha atau TDA. Kemudian, dari para pembaca blog tersebut tercetus ide untuk membuat pertemuan dalam bentuk talkshow dengan menghadirkan Haji Ali, salah satu tokoh sukses yang sering diceritakan di blog tersebut. Tanggal 12 Januari 2006 adalah tanggal diadakannya talkshow tersebut yang dihadiri oleh sekitar 40 orang bertempat di Restoran Sederhana Rawamangun, Jakarta Timur.

Dari talkshow itulah diperkenalkan istilah Tangan Di Atas yang diperluas tafsirnya menjadi pengusaha atau pedagang. Para peserta kemudian ditantang untuk langsung take action memulai bisnis. Pada tanggal 1 Februari, seminggu setelah itu dibukalah Moslem Fashion Area dengan para pengisi kiosnya 12 orang dari peserta talkshow itu.
Untuk memperlancar komunikasi di antara para alumni talkshow, maka dibuatlah sebuah mailing list untuk saling berkoordinasi mengenai toko masing-masing dan membahas permasalahan bisnis. Pada akhirnya mailing list itu kemudian dibuka untuk umum dengan anggota mencapai ratusan orang.

Friday, November 26, 2010

4 Hal yang perlu diketahui sebelum kita bikin Yayasan Sosial.

Jumlah lembaga sosial seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM) ataupun yayasan sosial di Indonesia masih sangat terbatas. Sebagian besar bergerak dibidang pendidikan dan keagamaan. Menurut pengamatan saya, jumlah lembaga atau yayasan sosial di Nepal lebih banyak jumlahnya dibanding organisasi serupa di Indonesia. LSM yang bergerak di bidan kesehatan saja berjumlah ribuan. Sedangkan jumlah LSM internasional yang bergerak di bidang kesehatan berjumlah lebih dari seratus buah. Di Amerika Serikat saat ini ada lebih dari 1,9 juta lembaga sosial nirlaba.
Memang membuat lembaga sosial bukan pekerjaan gampang. Berikut ini saya sampaikan beberapa hal yang perlu diketahui sebelum anda mendirikan lembaga sosial. Saya ambil bahannya dari berbagai artikel yang ada di internet.

1. Lembaga sosial harus mempunyai kredibiltas, visi, misi, dan sasaran yang jelas untuk bisa menarik dukungan dana. Menurut pengamatan saya, mencari sumbangan untuk panti asuhan lebih mudah dibanding mencari sumbangan untuk lembaga sosial lainnya, seperti sumbangan untuk lembaga pendidikan maupun lembaga kesehatan. Konsep panti asuhan sudah banyak dipahami oleh masyarakat Indonesia sehingga lebih mudah meyakinkan masyarakat untuk menyumbang bagi panti asuhan. Meskipun demikian, masyarakat tidak gampang memberi sumbangan kepada panti asuhan yang tidak mereka kenal. Masyarakat melihat banyaknya komersialisasi lembaga pendidikan dan lembaga pelayanan kesehatan. Agar masyarakat mau menyumbang untuk lembaga sosial, diperlukan adanya kredibilitas, visi, misi dan sasaran yang jelas yang membedakan organisasi tersebut dari lembaga sejenis pada umumnya.  
2. Jangan bikin lembaga sosial kecuali bila anda mempunyai sumber dana yang jelas. Bila anda tidak punya saudara atau banyak teman yang bersedia mengucurkan dana, sebaiknya jangan bikin lembaga sosial. Tentunya hal tersebut tidak berlaku apabila anda bersedia berkorban waktu, pikiran, tenaga dan dana dari kantong anda sendiri. Setidaknya dimasa awal ketika lembaga sosial tersebut baru didirikan. Teman atau perusahaan biasanya hanya mau menyumbang setelah lembaga sosial tersebut terbukti berjalan, bermanfaat bagi masyarakat serta secara keuangan bisa dipercaya. Bukan maksud saya untuk menakut-nakuti orang yang akan mendirikan lembaga sosial. Namun perlu saya tekankan bahwa lembaga sosial adalah wadah bagi kita untuk memberikan kembali sebagian rezeki yang kita terima, bukan lembaga untuk mencari duit. Beberapa pelajaran yang terkait dengan sumbang-menyumbang untuk kegiatan sosial adalah sebagai berikut:
  • Penyumbang telah mempunyai ikatan batin atau telah mengenal dengan baik lembaga sosial yang selama ini mereka sumbang.
  • Penyumbang akan mempertahankan jumlah sumbangan kepada lembaga sosial yang selama ini mereka sumbang. Jarang beralih ke lembaga sosial yang baru.
  • Penyumbang biasanya memberikan sumbangan ke lembaga sosial yang sudah berjalan selama 3-5 tahun denga riwayat akuntabilitas yang baik. Jarang sumbangan diberikan kepada lembaga sosial akar rumput yang baru berdiri.
  • Dimasa krisis ekonomi, jumlah sumbangan berkurang
3. Lembaga sosial yang kita dirikan adalah milik bersama. Sebuah lembaga sosial perlu memiliki Dewan Pembina atau Dewan Penasehat yang tertarik dengan konsep  lembaga yang kita dirikan dan mampu melaksanakan tuags dan fungsinya dalam organisasi nirlaba. Tentunya hal tersebut tidak berlaku untuk yayasan sosial milik keluarga.
4. Tidak ada uang "jatuhan" dari pemerintah. Pemerintah Indonesia boleh dibilang tidak mempunyai atau hanya memiliki sangat sedikit dana kegiatan atau proyek yang disalurkan melalui lembaga sosial. Bila adapun, anda harus membuat proposal, memenuhi segala persyaratan yang ditentukan, mampu melaksanakan kegiatan, mampu membuat laporan keuangan, dan lain lain persyaratan sehingga tidak gampang untuk mendapatkannya. Kalau kita bikin lembaga sosial, sebaiknya yakin dulu bahwa kita bakal mampu menggalang biaya operasionalnya. Setidaknya untuk kurun waktu beberapa waktu hingga orang atau perusahaan mengenal dan tergerak untuk membantu.

Lebih baik memang kalau kita bisa punya bisnis sendiri, atau punya banyak teman bisnismen yang mempunyai visi yang sama.Kucuran dana untuk lembaga sosial yang kita kelola bisa terjamin. Bila tidak, kita memang harus siap dengan banyak pengorbanan (dana, waktu, tenaga, pikiran, dll). Jangan lupa, pahala yang kita terima itu juga terkait dengan seberapa besar pengorbanan kita tersebut. Semakin besar pengorbanan, semakin besar juga pahalanya.  

Mumpung belum dapat kerjaan, kenapa nggak jadi relawan?

Hari kemarin adalah masa lalu, hari esok masih jadi impian, dan hari ini adalah kenyataan. Hari hari kemarin anda masih sekolah/kuliah, melamar pekerjaan, ikut kursus, dll. Anda berharap akan segera mendapat pekerjaan yang layak. Namun kenyataannya hari ini anda masih menganggur. Orang tua mulai cemberut karena seharian anda tinggal dirumah. Apa yang harus dilakukan? Banyak hal bisa dilakukan. Salah satunya adalah dengan mengisi sebagian waktu anda dengan bekerja sebagai relawan.
Saat ini banyak sekali saudara saudara kita yang kekurangan. Uluran tangan anda akan bisa sangat berarti buat mereka. Banyak anak usai sekolah dasar yang belum lancar baca tulis, berhitung, matematika, dll. Kita bisa membantu anak anak tersebut. Banyak anak sekolah tidak kuat bayar sekolah, anda bisa menggerakkan teman dan saudara untuk menyumbang biaya sekolah mereka. Banyak anak anak yang belum pernah lihat gajah atau harimau, anda bisa ajak mereka ke kebun binatang. Mungkin anda punya tetangga yang sudah senior dan tinggal sendiri. Anda bisa membantu mereka memasakkan makanan buat mereka. Tukang ojek yang mangkal di dekat perumahan mempunyai banyak waktu luang. Sering mereka mengisinya secara tidak produktif. Anda bisa menyediakan surat kabar dan majalah untuk mereka. Masih banyak lagi kegiatan relawan yang tidak bisa saya sebut satu persatu.
Tentunya ada tinggal memilih suatu kegiatan sesuai dengan permasalah masyarakat di sekitar anda dan kemampuan anda untuk melakukannya. Bila anda punya banyak waktu, anda bisa memilih kegiatan yang memerlukan banyak pengorbanan waktu dari anda seperti: bimbingan belajar, merawat orang jompo, dll. Bila anda punya banyak saudara dan teman yang bersedia mendukung anda secara finansial, anda bisa melakukan kegiatan yang memerlukan dana, seperti membuka kursus gratis (komputer, bahasa Inggris, dll). Anda bisa juga menyumbangkan keahlian anda secara gratis. Bila anda seorang akuntan yang baru lulus, anda bisa memberikan keahlian anda secara gratis. Kecuali profesi medis (dokter, dokter gigi, dll)  yang memerlukan ijin praktek, banyak profesi yang dapat menyumbangkan keahliannya secara gratis tanpa perlu ijin dari pemerintah. Psikolog dapat memberikan konsultasi psikologis gratis tanpa harus mempunyai ijin praktek. Begitu pula dengan guru, artis, dan olah ragawan. Tak perlu ijin pemerintah bila ingin menumbangkan keahliannya secara gratis kepada masyarakat.
Terus, apa manfaatnya untuk anda? Banyak. Pertama, bila dilakukan secara sepenuh hati dan ikhlas, anda akan mendapat pahala. Kedua. Bekerja sebagai relawan akan membuat anda terampil berkomunikasi, gembira, optimis, dan semua itu baik sebagai bekal dalam bekerja nantinya. Setidaknya ada 10 manfaat jadi sularelawan.
Insya Allah, dengan berbagi dan menolong orang, Tuhan akan menolong kita.



Wednesday, November 24, 2010

Bisnis Surgawi

Bisnis Surgawi!! Demikian istilah yang dipopulerkan oleh prof. Laksono Trisnantoro dari FK UGM, kata dr Niken Tri Utami kepada saya. Bisnis Surgawi adalah bisnis yang menyumbangkan sebagian keuntungannya untuk membiayai kegiatan amal.
Ternyata kecenderungan  ini lagi menjadi topik hangat di dunia bisnis di Amerika belakangan ini. Menyumbangkan sebagian keuntungan perusahaan kepada  masyarakat dan melakukan bisnis secara "bersih dan bertanggung-jawab", ternyata merupakan salah satu strategi bisnis yang handal yang dapat meningkatkan loyalitas pelanggan. Strategi bisnis model baru ini tidak hanya menjanjikan bahwa sebagian keuntungannya untuk kegiatan amal, tapi juga mencoba menjauhkan diri dari praktek bisnis yang manipulatiif dan koruptif. Dengan kata lain, bisnis model baru tersebut adalah bisnis yang halal dan berkah. Moga moga saja ini bukan hanya salah satu model bisnis yang hanya in secara musiman.
Beberapa hari yang lalu saya menulis artikel tentang bisnis dan sedekah serta artikel tentang bisnis dari Laser Monks dan Santri Group. Artikel ini mencoba membahas beberapa perusahaan lain yang menerapkan model bisnis serupa.

Tom Shoes

Tom Shoes berjanji untuk memberikan satu sepatu baru kepada seorang anak dari keluarga miskin setiap kali anda membeli sebuah sepatu produk mereka. Setiap satu sepatu terjual, sebuah sepatu akan disumbangkan ke anak miskin di negara berkembang. Hebat juga ya!. Meskipun strategi ini mengurangi keuntungan mereka, namun model bisnis seperti ini mampu menarik konsumer untuk membeli produk mereka. Ternyata mereka bahkan menjadi konsumer yang loyal. Selain itu, strategi tersebut juga mampu mendorong konsumer produknya untuk menjadi  "humas gratis" bagi perusahaan Tom Shoes tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Cone LL yang dilakukan Juli lalu menunjukkan bahwa 19% orang dewasa bersedia untuk mengganti merk sepatunya untuk mendukung upaya Tom Shoes menyumbang sepatu kepada anak miskin tersebut, bahkan bila ternyata sepatu buatan Tom Shoes tersebut lebih mahal dari sepatu yang sekarang mereka pakai. Benar benar sebuah straegi yang sangat dahsyat, terutama dimasa sulit seperti sekarang ini. Saat ini, sepatu Tom Shoes bisa dibeli secara on-line di 5 negara di benua Amerika, 16 negara Eropa, dan 8 negara Asia dan Australia. Sayangnya, belum ada perwakilan Tom Shoes di Indonesia.
Tom Shoes mungkin melakukan strategi tersebut dengan mengurangi keuntungannya atau meneruskan sebagian tambahan biaya ke konsumernya - yang tidak keberatan - karena mereka memang memerlukan sepatu dan juga berniat menyumbang sepatu untuk anak miskin dari negara berkembang. Saat ini beberapa perusahaan mulai meniru model bisnis surgawi tersebut.
Waby Parker, perusahaan pembuat kaca mata kelas atas berjanji akan memberikan  sebuah kaca mata gratis kepada orang miskin yang memerlukannya setiap kali sebuah kaca mata produk mereka terjual. Waby Parker bekerja sama dengan Restoring Vision, sebuah organisasi nir laba, untuk mengidentifikasi dan mendistribusikan kaca mata secara bertanggung-jawab. Saat ini kaca mata buatan Waby Parker telah disumbangkan ke penduduk miskin yang memerlukan di 24 negara. Indonesia tidak termasuk didalamnya. Perusahaan dasi Figs menyumbangkan sebuah seragam sekolah bagi anak miskin di Afrika untuk setiap dasi yang terjual.
Bagaimana seperti kita yang hanya karyawan gajian? Kita tetap bisa menirunya. Setiap uang yang kita terima (gaji, bonus, uang lembur, sisa perjalanan dinas, dll) kita potong 2,5% sebagai zakat dan  15% sebagai sedekah.

Jadi relawan setelah pensiun?

Bill Wolff dan istri
Saat ini, sebagian besar usia pensiun di Indonesia berkisar antar 56 tahun hingga 60 tahun. Batas usia pensiun seorang profesor atau peneliti utama hingga 65 tahun. Di lain pihak, sekarang banyak orang Indonesia yang hidup hingga mencapai usia diatas 80 tahun. Artinya, bila anda pensiun di usia 60 tahun dan anda berbadan sehat, maka anda akan punya kesempatan hidup sebagai pensiunan berbadan "sehat" selama 20 tahun lagi. 20 tahun waktu yang cukup lama. Dalam kurun 20 tahun, seorang cucu  yang baru lahir ketika kita pensiun  akan sudah jadi mahasiswa. Akankah kita pakai waktu luang kita hanya untuk momong cucu?
Salah satu kegiatan alternatif bagi seorang pensiunan adalah jadi relawan. Di banyak negara maju, banyak pensiunan yang jadi relawan. Hal ini belum umum terjadi di Indonesia. Ternyata jadi relawan, bila dilaksanakan secara sepenuh hati dan ikhlas, bisa menyehatkan badan, hidup lebih bersemangat dan membuat hidup lebih gembira. Studi dari Universitas Washington di St Lous menunjukkan bahwa kesehatan fisik dan mental para relawan meningkat, lebih percaya diri dan jaringan sosialnya juga meingkat. Silahkan simak pengalaman Bill Wolff berikut ini.
Ketika Bill Wolff membayangkan masa pensiunnya, tidak pernah terpikirkan dalam benaknya bahwa di usia pensiun dia akan jadi relawan membantu anak dari keluarga miskin belajar membaca dan menulis. Waktu itu, dia pikir usia pensiunnya akan dia isi dengan hobi baru atau kerja paruh waktu. Namun pada tahun 2005, ketika dia mulai berpikir lebih serius tentang pensiun, dia mulai mengenal Experience Corp, sebuah LSM yang memberikan kesempatan para pensiunan jadi relawan tutor membaca menulis murid sekolah dasar dari keluarga miskin. 
Ketika Bill Wolff pensiun pada umur 65 tahun, dia menjadi relawan tutor di Sekolah Dasar Blackstone, Boston selama 30 jam per-minggunya. Selain itu, dia juga melakukan pelatihan dan mengkoordinir relawan lainnya.  Bill Wolff adalah satu diantara banyak pensiunan yang jadi relawan gereja, sekolah, dapur umum untuk gelandangan, dan berbagai oragnisasi lainnya. Relawan bisa bekerja sepanjang tahun, selama waktu tertentu, atau terjun dalam suatu kegiatan tertentu saja.
"Untuk bisa jadi relawan, diperlukan komitmen dan pemikiran yang mendalam, dan tentunya kesiapan untuk jadi relawan. Ada relawan yang ingin bekerja di bidang yang selama ini dia tekuni, namun ada juga relawan yang ingin pindah bidang kegiatan", kata Kelly Stout, director Boston Retired Senior Volunteer Program. "Ada pensiunan perawat yang sudah bekerja selama 35 tahun dan dia ingin jadi relawan di bidang yang lain yang sma seklai barunya", katanya memberi contoh. Bagi Bill Wolff, kegiatannya sebagai tutor tidak jauh berbeda dengan profesinya sebagai direktur pemasaran. Keduanya memerlukan ketrampilan berkomunikasi, persuasi dan memotivasi orang. Bill Wolff merasa hari-harinya sebagai relawan sangat berarti. Dia belum punya pikiran kapan dirinya akan berhenti sebagai relawan.
Setahu saya, di Indonesia belum ada organisasi sosial yang mengelola dan menggerakan para pensiunan untuk jadi relawan. Saya kira ini salah satu ladang potensial untuk beramal. Banyak kegiatan cocok untuk para pensiunan, misalnya:
1. Merawat orang jompo atau tua yang tidak mampu. Relawan bisa mendatangi  rumah orang orang tua yang tinggal sendiri, membantu membersihkan rumahnya, membantu memaskan makanan, mengajak mengobrol, dan lain lain. Bila kita sudah tidak kuat bekerja membersihkan rumahnya, kita bisa bayar seseorang untuk melakukan hal tersebut. Bila ada sedikit dana, kita bisa kontrak rumah di perkampungan miskin dan jadikan rumah tersebut sebagai panti jompo buat orang tua yang kurang mampu. Bisa juga dikembangkan kegiatan lain dengan sasaran yang sama, orang tua/jompo yang tidak mampu.
2. Membuat bimbingan belajar (atau kursus bahasa Inggris, atau yag sejenis) secara gratis. Banyak anak anak dari keluarga miskin tidak punya tempat belajar yang memadai. Selain itu, kebanyakan orang tuanya juga tidak mampu atau tidak punya waktu untuk membimbing mereka. Kita bisa sewa sebuah rumah di perkampungan mereka (biasanya tidak terlalu mahal), dan kita jadikan sebagai rumah bimbingan belajar. Kalau kita tidak mampu memberikan bimbingan, kita bisa rekrut orang yang bisa dan mau. Lebih laik lagi kalau kita bisa menyediakan komputer dengan koneksi ke internet. Saat ini, komputer rakitan sudah mulai turun harganya. Koneksi ke internet juga sudah bukan barang mewah lagi.
3. Konsultasi Keuangan/psikologi/ permasalahan keluarga secara gratis. Bila kita mempunyai latar belakang dibidang keuangan, kita bisa memberikan konsultasi keuangan pribadi atau keuangan keluarga secara gratis. Saat ini mulai banyak keluarga yang terjebak kedlam hutang. Saya kira adanya konsultasi keuangan gratis akan dapat membantu keluarga Indonesia mengatasi permasalahan keuangannya. Konsultasi bisa diberikan melalui tatap muka, telepon atau melalui internet. Kita bisa bikin web blog (gratis) sebagai media untuk advokasi, penyuluhan dan komunikasi.
4. Kursus ketrampilan gratis. Saat ini banyak anak lulusan SMU yang tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Padahal mereka tidak punya ketrampilan khusus. Bila kita bisa membuat kursus ketrampilan yang berkualitas dan gratis, atau setidaknya dengan biaya terjangkau, akan sangat berguna. Tidak hanya bagi mereka, tapi juga bagi masyarakat Indonesia pada umumnya.
5. Dan masih banyak kegiatan lainnya yang menunggu untuk anda terjuni. Ini merupakan rahmat bagi orang Indonesia, banyak seklai ladang amal potensial yang menunggu digarap.

Tuesday, November 23, 2010

Laser Monks dan Santri Group, menggabungkan bisnis dengan sedekah.

Apa yang dimulai sebagai usaha kecil bersama oleh sekelompok biarawan Cistercian  telah berubah menjadi e-business bernilai $10 juta. Bagaimana cara mereka melakukan hal itu merupakan  suatu pelajaran menarik untuk organisasi nirlaba dan bisnis.
 Awalnya, para biarawan meminta bantuan dua-wanita kelompok pemasaran (Sarah Caniglia dan Cindy Griffith) untuk mempelajari budaya dan keyakinan para biarawan dan kemudian berdasar pemahaman tersebut mereka diminta mengembangkan rencana bisnis yang sesuai dengan keyakinan dan budaya organisasinya.(Caniglia dan Griffith atas nama para biarawan menjalankan MonkHelper Marketing, Inc, perusahaan yang mengelola pemasaran produk LaserMonks.com ). Rencana bisnis tersebut memiliki dua inti sebagai prinsip dasarnya, yaitu pertama memberikan kembali semua keuntungan yang dihasilkan dari bisnis kepada masyarakat melalui berbagai jenis kegiatan amal; dan kedua,  layanan kepada pelanggan berdasarkan tradisi keramahan Cistercians yang telah biasa mereka berikan kepada masyarakat selama sembilan ratus tahun.
LaserMonks, yang menjual kartrid tinta dan toner, dapat membuat produk berbiaya rendah dengan cara menghindari pemasaran dan periklanan tradisional dan menggunakan droping pengirim untuk mendistribusikan produk yang mereka jual. Hal ini memungkinkan bisnis tersebut memberikan semua keuntungan untuk kegiatan amal, dengan demikian secara efektif membedakan diri mereka dari para pesaingnya (diferensiasi)..
Inti isi pesan dalam pemasarannya adalah memberitahukan kepada pelanggan  bahwa dengan membeli produk keluaran Laser Monks, maka konsumer secara tidak langsung telah membantu masyarakat mereka sendiri karena semua keuntungannya akan kembali ke masyarakat dalam bentuk kegiatan amal. Melalui pemasaran dari mulut kemulut, masyarakt membeli produk Laser Monks dan mereka sangat loyal kepada laser Monks.
Caniglia dan Griffith, penulis buku tentang LaserMonks, menjelaskan bagaimana mereka menjual konsep kepada  pelanggan mereka sebagai "pembelian untuk mendukung kegiatan amal." Situs web dan semua kontak dengan pelanggan menekankan bahwa dengan membeli produk LaserMonk maka konsumer telah ikut "memberi" kepada masyarakat. Ajakan untuk "memberi sedekah" melalui pembelian produk mereka ternyata mampu menarik cukup banyak pelanggan ditengah pasar supplier komputer yang sangat kompetitif.
beberapa karakteristik yang membuat Laser Monk sukses:

1. Model bisnis  dan pesan bisnis yang unik. Tidak ada perusahaan tinta printer dan toner yang menyumbangkan keuntungannya untuk membantu orang yang kekurangan. Konsumer mendapatkan produk yang dibutuhkannya dan sekaligus perasaan senang karena telah ikut membantu sesama.
2. Produk yang berkualitas. Perasaan senang karena telah menolong sesama akan segera sirna bila produk yang mereka beli berkualitas rendah. LaserMonk bergerak dipasar isi ulang tinta printer juga, selain produk tinta printer ber-merk dagang.
3. Servis kepada pelanggan yang superior. Lasr Monks memberikan pelayanan kepada pelanggan secara luar biasa, mulai dari penggantian produk yang cacat tanpa banyak rewel hingga pemberian hadiah gratis. Pekerja di Laser Monks juga meniru etos kerja para biarawan dan mereka merasa ikut melakukan kerja sosial.
4.Harga yang melawan. Laser Monks tidak memberikan harga terendah, namun harganya tetap bersaing. Mereka  tidak ikut-ikutan dalam perang harga.
5. Sanggup berubah menyusuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dalam bisnis. Perusahaan laser Monks melakukan penelitian dan pengembangan produk secara serius. Mereka berada di depan dalam pengembangan produk produk baru.
6. Pendekatan kreatif dalam pemasaran. Sejak awal Laser Monks menggunakan pendekatan pemasaran akar rumput (grass root marketing) dan semuanya dilakukan internal perusahaan.
7. Kejujuran dan integritas. Laser Monk melakukan bisnisnya dengan penuh kejujuran dan integritas. Pelanggan dan supplier merasa yakin bahwa mereka akan dilayani dengan penuh kejujuran dan integritas , sehingga sebagai balasannya, merekapun melayani Laser Monks dengan penuh kejujuran dan integritas juga.

Di Indonesia, kita punya Santri Group, sebuah perusahaan yang juga mengkaitkan bisnis dengan sedekah.  Kisah Santri Group ini saya kutip dari http://fajrisalim.blogspot.com/2007/11/bisnis-dan-sodakoh.html.

Santri Group itu menyedekahkan sebagian keuntungannya untuk umat. `'Ada beberapa perusahaan yang separuh untungnya untuk sedekah. Ada yang 20 persen keuntungnya untuk sedekah,'' papar Soeparno, pimpinan santri Group. Kalau kita datang ke Toko Santri miliknya yang berjumlah 12 dan tersebar di seluruh wilayah Solo, kita akan menjumpai spanduk bertuliskan, `'Sebanyak 20 persen hasil usaha untuk sedekah, 2,5 persen untuk zakat.''
Apakah sedekah yang begitu besar (hingga mencapai 50 persen dari laba) tidak mengganggu usaha? Bukankah biasanya orang sengaja mencadangkan sebagian labanya untuk ekspansi usaha? ''Sama sekali tidak mengganggu usaha. Bukankah yang disedekahkan itu hanya labanya? Lagi pula, satu hal yang pasti, adalah keberkahan yang luar biasa.''
Bapak sembilan anak ini menambahkan, `'Saya tidak khawatir bahwa sedekah itu akan mengurangi laba dan mengganggu bisnis saya. Saya malah merasa bahagia, karena bisa memberikan sesuatu yang insya Allah berguna bagi orang lain,'' tutur lelaki yang memulai bisnis sejak masih usia belasan tahun.
Soeparno menyebutkan, anak-anaknya sudah besar semua. `'Tugas saya menyiapkan mereka untuk hidup layak di dunia boleh dibilang sudah terlaksana. Mereka semua sudah punya usaha. Sekarang justru yang penting adalah menyiapkan bekal buat saya pulang ke akhirat. Kalau saya menyedekahkan 50 persen laba saya, maka itulah yang jadi milik saya di akhirat nanti. Saya berharap bisa panen di akhirat,'' tuturnya.
Soeparno menyebutkan ada dua tujuan memperbanyak sedekah itu. Pertama, mencari ridha Allah. Kedua, memberi contoh kepada yang lain, khususnya keluarga dan sanak kerabat, supaya mencari kekayaan jangan untuk menyenangkan diri sendiri tapi untuk umat.
Dana sedekah dan zakat itu, oleh Soeparno digunakan untuk membangun pondok pesantren, masjid, SD Islam internasional, dan TK Islam. Soeparno juga mendirikan Yayasan Al Abidin. Dia menjadi ketua yayasan, sedangkan anggotanya adalah sembilan orang anaknya. `'Inilah sedikit sumbangsih kami kepada masyarakat. Semoga ada manfaatnya, dan semoga Allah SWT berkenan menerimanya,'' tuturnya.
Soeparno adalah contoh seorang pengusaha Muslim yang ulet. Dia merintis usahanya sejak kecil, sejak masih zaman Belanda. Mula-mula dia jualan nasi bungkus di desa Kaliyoso (Solo arah Purwodadi), keliling kampung. Kemudian dia berjualan rokok dan permen.
Tahun 1952 ia merantau ke Kalimantan. Dia sana dia masuk pendidikan militer selama enam bulan, dan menyandang pangkat Prajurit Dua. Dia jadi tentara sambil berdagang minyak tanah dan bertani di daerah Balikpapan. Tahun 1962, ia kembali ke Solo. Jadi tentara sambil berdagang beras. Tahun 1966, ia membuka pabrik kantong gula putih.''Tahun 1967 saya membuka pabrik jas hujan. Pabrik tersebut sampai sekarang masih bertahan. Produk tersebut beredar ke seluruh Indonesia. Mereknya adalah Cap Gajah,'' paparnya.
Tahun 1994, Soeparno melebarkan sayap usahanya dengan mendirikan pabrik tikar plastik. Pemasarannya mencakup Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ada beberapa merek yang dipasarkan, seperti Cap Gajah, Cap Ikan Terbang, dan Cap Kuda Terbang. Usaha Soeparno terus berkembang. Tahun 2002, ia membuka pabrik busa untuk mebel. Pemasarannya mencakup seluruh wilayah Jawa Tengah. Tahun 2004, dia membuka pabrik rantang plastik dan gantungan baju. `'Orang Muslim harus selalu jeli melihat peluang-peluang bisnis,'' tegasnya.
Tak hanya memproduksi bermacam-macam produk. Soeparno juga bermain di sektor hilir, yakni ritel. Dia mendirikan toko kelontong yang menjual bermacam-macam karpet dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Toko yang memakai merek 'Santri' itu dirintis sejak 10 tahun silam. Saat ini jumlahnya sudah mencapai 12 buah dan tersebar di seluruh wilayah Solo. `'Saya sengaja memakai atribut Islam. Jangan takut berbisnis memakai bendera syariah. Ini malah keharusan bagi seorang Muslim, agar usahanya jadi berkah,'' ujarnya.
Soeparno menyebutkan, 50 persen laba bersih pabrik busa, dan pabrik tikar disedekahkan. Pabrik mantel ada dua. Yang satu, 50 persen labanya disedekahkan. Yang satu lagi, 20 persen disedekahkan. `'Pokoknya jangan takut miskin lantaran bersedekah. Allah sudah berjanji akan membelas sedekah yang kita keluarkan dengan balasan berlipat ganda hingga 700 kali lipat. Dan janji Allah pasti benar,'' tandas Soeparno.
Dia menjelaskan, di zaman Rasulullah para sahabat senantiasa berlomba-lomba untuk bersedekah sebanyak mungkin. Abu Bakar,Umar, Ustman, Abdurrahman bin Auf dan lain-lain, semuanya selalu berlomba-lomba untuk bersedekah sebanyak mungkin. Abdurrahman bin Auf adalah contoh seorang pengusaha yang selalu bersedekah sebanyak-banyaknya, namun hartanya makin melimpah. Makin besar sedekah yang dia keluarkan, harta tersebut makin berkembang. `'Sungguh, Allah SWT tak pernah mengingkari janjinya,'' tegas Soeparno.
Soeparno mendidik anak-anaknya untuk berbisnis. `'Tak ada anak saya yang jadi pegawai,'' katanya. Mengapa dia tidak mau jadi pegawai dan juga `melarang' anak-anaknya jadi pegawai? `'Sebab, kalau kita jadi pegawai, sering ibadah kita tidak lancar atau tertekan. Pernah waktu jadi pegawai, saya dihukum gara-gara shalat. Kalau punya usaha sendiri, ibadah bebas,'' tegasnya.
Di samping itu, kata Soeparno, kalau kita jadi pegawai, penghasilan pun relative terbatas, karena sudah diatur oleh pemilik perusahaan. `'Mana ada pegawai yang kaya kalau tidak korupsi?''kritiknya. Sebaliknya, kalau kita berbisnis. Peluang meraih kekayaan terbuka lebar. `'Bukankah Nabi bersabda bahwa 90 persen rezeki berada di tangan pedagang dan pengusaha. Sisanya yang 10 persen itulah yang diperebutkan banyak orang,'' ujarnya memberikan alasan.
Totalitas Soeparno dalam ber-Islam juga ditunjukkan dengan perhatiannya kepada bank syariah. Dulu, sewaktu Bank Muamalat buka cabang di Semarang, Soeparno menarik dananya di bank konvensional, kemudian menyimpannya di bank syariah tersebut. `'Setelah Bank Syariah Mandiri membuka cabang di Solo pada Agustus 2000, maka dana saya seluruhnya saya pindahkan ke BSM Solo. Saya merupakan nasabah pertama BSM Solo. Saya tidak hanya nasabah penyimpan dana, melainkan juga nasabah pembiayaan di BSM,'' paparnya.
Itulah Soeparno. Lelaki yang kelihatan selalu gesit dan penuh semangat bila bicara soal-soal Islam dan kaum Muslimin. Lelaki yang rohaninya makin kayak arena dia tidak sungkan-sungkan untuk mendistribusikan sebagian kekayaannya untuk orang yang memerlukan.

LaserMonks dan Santri Group menunjukkan kepada kita bahwa bisnis tidak harus melulu berorientasi komersial. Mengkaitkan bisnis dengan sedekah atau amal jariah ternyata tidak hanya baik, tapi juga mampu meningkatkan keuntungan. Mari kita tiru mereka, bikin bisnis agar bisa bersedekah.

Monday, November 22, 2010

Mengembalikan (giving back) ke masyarakat

Saya yakin pembaca tulisan ini secara keuangan berada diatas rata rata orang Indonesia. Setidaknya anda punya akses ke internet yang tidak dipunyai oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.  Untuk itu, kini saatnya bagi kita untuk mengembalikan sebagian rezeki yang kita terima. Kita kembalikan  kepada masyarakat (giving back)  sebagai salah satu bentuk rasa syukur atas rezeki yang telah Allah berikan kepada kita. Mengapa kita perlu melakukan hal tersebut?
Tentunya ada beberapa alasannya, selain karena alasan spiritual yang telah saya sebutkan diatas. Pertama, rezeki ibarat darah yang harus selalu mengalir. Darah yang berhenti mengalir akan menimbulkan penyakit. Uang juga harus terus berputar. Dengan mengembalikan sebagian rezeki yang kita terima kepada masyarakat kita akan dapat terhindar dari berbagai penyakit sosial. Misalnya penyakit kikir, gila harta, atau setidaknya menjadi budak harta. Mungkin  kita pernah dengar cerita tentang seorang bapak yang marah marah sepanjang hari (secara berlebihan) kepada anaknya karena motor atau mobilnyanya tergores,  ibu yang menyetrika pembantunya karena pembantu tersebut merusak bajunya yang baru sekali dipakainya, dan lain lain cerita sejenis itu.
Kedua, sedekah juga bisa membantu menyembuhkan penyakit badan. Bila ingin contoh, silahkan kunjungi blog pak Agus Syafii. Disana bisa kita baca pengalaman orang yang sembuh dari penyakit karena sedekah. Banyak permasalahan yang kelihatannya rumit dan kompleks, akhirnya terpecahkan karena berkat sedekah dan bantuan doa anak anak dari keluarga miskin.
Ketiga. Selain menghindarkan kita dari hal hal negatif, membagikan sebagian rezeki yang kita punyai kepada masyarakat juga mempunyai dampak positif terhadap kita sebagai si pemberi sedekah. Setidaknya ada sepuluh dampak positifnya, seperti membuat hidup kita lebih berarti, membuat kita lebih gembira dan terhindar dari depresi, serta bersikap optimis. Selain itu, apa yang kita kembalikan ke masyarakat juga dapat membuat perubahan yang nyata di masyarakat. Utamanya, bila kita lakukan hal tersebut secara terorganisir dan sistematis. Banyak sekali contohnya. Sebagian saya tulis di blog ini. Silahkan baca di arsip blog ini.
Nah kalau kita tergerak untuk berbagi kepada sesama, langkah apa yang perlu kita lakukan? Banyak orang tidak tahu langkah langkah apa yang harus dilaluinya agar dirinya bisa berkontribusi secara bermakna kepada masyarakat sekitarnya. Kebetulan saya menemukan sebuah artikel di internet yang membahas hal tersebut. Saya coba terjemahkan secara bebas. Ilustrasinya, saya ambil dari berbagai sumber lainnya.
1. Kenali bidang apa yang membuat anda tergerak untuk terjun kedalamnya. Coba perhatikan masyarakat disekitar anda. Apakah banyak anak yang tidak bisa ke sekolah ?,Apakah banyak anak sekolah yang pingin bisa bahasa Inggris tapi tidak kuat kalau harus bayar kursus bahasa Inggris? Apakah anak anak di kampung sebelah banyak yang kurus kering karena kurang gizi? Evans Wadongo tergerak membuat lentera tenaga surya karena banyak keluarga di desanya tidak kuat bayar listrik, Susan Burton membantu wanita bekas narapidana karena masalah narkotika, ibu Dian Syarif yang terserang penyakit lupus bangkit untuk membantu sesama penderita Lupus, Pak Wayan Nika membikin panti asuhan 8 tingkat yang dapat menampung 300 anak, dan ratusan atau bahkan ribuan kisah lainnya yang bisa anda baca di internet. Beberapa diantaranya saya tulis di blog ini.
2. Bayangkan bahwa anda punya uang, waktu dan tenaga untuk mengatasi hal tersebut. Coba diskusikan dengan teman teman, apa yang harus dilakukan bila kita ingin mengatasi hal yang menjadi keprihatinan kita tersebut. Sebaiknya kita mulai dengan masalah kongkrit yang dihadapi masyarakat di sekitar kita. Dalam diskusi tersebut, untuk sementara masalah ketiadaan uang kita kesampingkan terlebih dahulu. Sebagai ilustrasi, saya akan berbagi cerita tentang keprihatinan saya akan lemahnya penguasaan bahasa Inggris. Saya perhatikan sangat sedikit orang Indonesia yang bekerja di organisasi internasional. Salah satu penyebabnya karena mereka kalah bersaing karena tidak fasih berbahasa Inggris. Di Indonesia belajar bahasa Inggris memerlukan biaya yang tidak sedikit. Hanya orang mampu yang kuat membiayai anaknya kursus bahasa Inggris. Selain itu, ikut kursus saja tidak cukup. Perlu ada kesempatan untuk secara teratur mempraktekkan bahasa Inggrisnya. Agar bisa membaca buku bahasa Inggris dengan lancar, seorang anak perlu membaca artikel bahasa Inggris setidaknya 60 halaman per minggunya. Di banyak negara, termasuk Nepal, banyak sekolah yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di sekolah. Dengan demikian, meskipun masih sekolah dasar, bahasa Inggris mereka sudah jago. Agar anak bisa lancar berbahasa Inggris, anak harus punya kesempatan untuk baca artikel berbahasa Inggris minimal 60 halaman per minggu, punya kesempatan mendengar, menulis dan berbicara dalam bahasa Inngris (maaf, saya tidak tahu berapa minimalnya, namun bisa kita cari jawabannya di internet). Lebih baik lagi bila ada yang bisa membimbing anak belajar bahasa Inggris. Di era internet seperti sekarang ini, belajar bahasa Inggris jauh lebih mudah dan bisa juga dibuat murah atau bahkan gratis. di internet kita bisa buka website yang memberikan pelajaran bahasa Inggris secara bebas biaya, alias gratis. Cukup dengan buku buku dan komputer yang tersambung ke internet, kita sudah bisa memberikan fasilitas bagi anak untuk belajar bahasa Inggris. Bila kita bisa menarik cukup banyak anak untuk datang, maka terbuka pula kesempatan berbicara bahasa Inggris diantar mereka. Cukup ditambah dengan seorang fasilitator, niat untuk membantu anak dari keluarga kelas bawah yang berniat belajar bahasa Inggris sudah bisa terlaksana.
3. Identifikasi apa yang bisa anda lakukan saat ini untuk membuat hal tersebut jadi kenyataan. Tulis serinci mungkin hal hal apa yang bisa dilakukan untuk merealisasikan ide anda tersebut. Untuk merealisasikan niatnya membantu ibu-ibu dan anak-anak perempuan di negara berkembang, Marsha Wallace mengundang teman temannya makan siang bersama. Dari pertemuan tersebut terkumpul dana sejumlah Rp 7,5 juta. Lahirlah setelah itu sebuah lembaga swadaya masyarakat bernama Dine for Women yang mempunyai misi membantu ibu dan anak perempuan dari negara negara berkembang. Ibu ibu menyumbang sekali sebulan sebesar biaya mereka sekali makan di restaurant. Karena banyaknya ibu ibu yang menyumbang, Dine For Women bisa melakukan banyak kegiatan membantu ibu dan anak gadis dari negara berkembang.
Untuk merealisasikan ide membantu anak Indonesia belajar bahasa Inggris, saya melakukan hal hal sebagai berikut.  100-an buah buku cerita dalam bahasa Inggris kepunyaan anak anak saya masukkan kedalam kardus dan saya kirim ke Purworejo (kampung halaman saya) karena saya ingin anak Purworejo bisa menguasai bahasa Inggris dengan baik. Di Purworejo, ketika cuti tahunan, saya dikenalkan oleh adik saya dengan bapak Suroto S Toto yang sudah lama membikin rumah baca di rumahnya dan beliau bersedia membantu merealisasikan mimpi saya tersebut. Adik saya mengambil tabungannya untuk beli komputer rakitan, lengkap dengan koneksi ke internet. Ibu saya tidak keberatan ruang depan dan teras rumahnya dipakai untuk rumah baca. Bapak Suroto S Toto bersedia mencarikan mahasiswa atau anak sekolah yang bisa berbahasa Inggris dan bersedia membantu mengelola rumah baca tersebut. Rak buku dan meja baca akan segera dibuat. Insya Allah dalam waktu tidak terlalu lama, akan tersedia sarana buat anak Purworejo yang berminat untuk belajar bahasa Inggris secara gratis. Kedepannya, tinggal menambah buku koleksi rumah baca, menambah komputer, meningkatkan koneksi internet menjadi broadband dan memasang fasilitas wi-fi.
4. Kembangkan sedikit demi sedikit secara konsisten. Teman teman di RSJ Magelang telah berkiprah dalam penanganan korban Merapi. Saya kira akan sangat bagus bila aktivitas tersebut  bisa terus berkelanjutan. Tim yang sudah ada dan berpengalaman perlu terus dihidupkan dan dikembangkan sehingga bisa diterjunkan kemana saja bila suatu bencana terjadi. Bisa juga ditransformasi dalam bentuk kerja sosial lainnya sesuai kebutuhan masyarakat. Dine For Woman sekarang telah mempunyai sekitar 130 cabang. John Wood melalui Room To Read telah membangun ribuan sekolah, menyumbang jutaan buku untuk perpustakaan dan ribuan bea siswa untuk anak perempuan.
5. Sumber dana. Saya kira ini masalah utama yang sering membuat banyak orang mengurungkan niatnya untuk berbagi kepada masyarakat. Pertama, sesuai niatnya, kita memang ingin dan akan berbagi sebagian rezeki yang kita terima dari Allah SWT kepada masyarakat di sekitar kita. Dengan kata lain, kita memang harus mengeluarkan uang, tenaga dan pikiran agar ide kita bisa terlaksana. Setelah kita berkurban dan melangkah cukup jauh, biasanya orang orang yang mempunyai visi yang sama akan datang bergabung. Panti Asuhan Amanah di Perumahan Reni Jaya, Pamulang, Tangerang Selatan, dimulai dengan modal uang kas Rp 5 juta. Hingga kini Panti Asuhan tersebut masih tetap berjalan karena sumbangan dari para dermawan. Pesantren Millinium dimulai dari rumah sederhana. Setelah ustadznya berkurban dengan uang pribadi cukup banyak, serta doa bayi dan anak terlantar yang ditampung pesantren, sumbangan mengalir hingga pesantren bisa membangun bangunan yang layak. RS Mata Aravind yang mampu memberi pelayanan gratis (termasuk operasi mata gratis), bermula dari rumah sewaan. Kata teman saya, kalau niatnya sedekah, logika Tuhan yang berlaku. Jadi jangan takut. Mulai saja melangkah. Bila belum ada dukungan dari orang lain, itu mungkin karena Allah melihat bahwa anda belum cukup jauh berjalan dan pengorbanan anda belum maksimal (dibandingkan dengan rezeki yang telah Allah berikan kepada anda). 

5 hal yang perlu diketahui bila anda punya kartu kredit

Saat ini semakin banyak orang Indonesia memegang kartu kredit. Pada tahun 2004 saja jumlah pemegang kartu kredit di Indonesia sudah mencapai 4,8 juta orang. Menurut Menurut Dodit W. Probojakti, Koordinator Manajemen Risiko AKKI, potensi pengguna kartu kredit di Indonesia mencapai 15 juta orang.
Memang harus diakui, ada banyak kemudahan didapat dengan mempunyai kartu kredit. Meskipun demikian, kemudahan tersebut dapat membuat kita terjebak dalam perangkap utang kartu kredit.
Untuk itu kita perlu mengenal beberapa hal hal pokok tentang kartu kredit. Seperti biasa, saya hanya pakai artikel tersebut sebagai salah satu referensi saja.
1. Jangan hidup dalam impian. Saat ini nasihat bijak orang tua dulu yang berpesan agar " jangan besar pasak dari pada tiang", sudah mulai dilupakan. Banyak orang hidup dalam hutang karena mereka ingin hidup enak diatas kemampuan keuangannya. Dengan berhutang, sebenarnya kita telah menggadaikan masa depan kita. Penghasilan masa depan sudah kita pakai sekarang. Untuk itu, nantinya kita harus bayar pokok hutang dan bunganya. Saat ini rata rata hutang kartu kredit di Amerika mencapai sekitar Rp 90 juta per keluarga. Padahal, rata rata penghasilan keluarga di Amerika hanya sekitar Rp 35 juta per bulannya. Artinya, hutang mereka di kartu kredit sudah hampir 3 kali penghasilan per bulannya. Saya tidak punya data rata rata hutang kartu kredit di Indonesia. Moga moga belum separah Amerika. Banyak cara hidup sederhana dan hemat sehingga kita tidak perlu hidup diatas kemampuan keuangan kita.
2.  Hutang buruk dan hutang jelek. Saya pernah menulis tentang hutang baik, hutang buruk dan hutang jahat. Pada prinsipnya hutang baik adalah hutang yang bunganya disubsidi pemerintah, seperti kredit kepemilikan rumah tipe kecil (tipe 21) oleh BTN, kredit untuk bayar hotel yang langsung kita tutup di akhir bulan, dan lain lain. Hutang baik adalah hutang yang bunganya disubsidi pemerintah atau hutang yang  memudahkan kita bertransaksi tanpa menjerat leher kita. Sebagai ilustrasi,  tidak mudah booking hotel bila kita tidak punya kartu kredit.  Memakai kartu kredit untuk booking dan bayar hotel, yang langsung kita tutup di akhir bulan sebelum kena bunga, menurut saya adalah hutang yang baik. Selain hutang baik, semua jenis hutang lainnya adalah hutang buruk dan hutang jahat, yang sebaiknya kita hindari. Kesalahan yang sering terjadi saat berhutang adalah, mengambil hutang terlalu banyak, dan digunakan untuk tujuan yang salah pula. Karena hutang orang jadi menguras tabungannya, menjaminkan harta bendanya dan melakukan aksi gali lubang tutup lubang dari satu kartu kredit ke kartu kredit lainnya hanya untuk digunakan memenuhi kebutuhan hariannya. Orang mungkin mengira, hanya karena pihak bank atau perusahaan kartu kredit mau memberikan pinjaman, mereka lalu serta merta bisa membayar pinjaman itu kembali. Orang jadi terlalu fokus pada besarnya cicilan bulanan atau suku bunga pinjamannya saja daripada menyadari bahwa hutang itu seperti penyakit kanker yang bisa menggerogoti kondisi kesehatan keuangan mereka. Orang membayar bunga hutang dari waktu ke waktu, yang tentu saja hanya akan memperkaya pihak bank dan perusahaan kartu kredit, sebaliknya tanpa disadari makin membuat kita miskin. Sudah begitupun, kita masih saja heran mengapa selalu kehabisan uang.
3. Kendalikan pengeluaran anda. Kendalikan pengeluaran anda dan gunakan kartu kredit secara bijaksana. Sebaiknya jangan gunakan karu kredit untuk kebutuhan jangka pendek, misalnya untuk keperluan belanja mingguan, jalan jalan dan lain lain, kecuali bila kita telah punya tabungan yang telah diatur sehingga secara otomatis menutup seluruh pengeluaran tersebut pada tagihan berikutnya. Bila anda ingin membeli barang yang cukup mahal sesuatu dengan kartu kredit, sebaiknya anda sudah punya setidaknya dua pertiga dari total biaya dan pastikan bahwa sisanya dapat anda tutup dalam kurun 1-2 bulan ke depan. Sebaiknya kita punya perencanaan anggaran keluarga bulanan dan kita konsisten melaksanakannya. Bila hal tersebut terlalu merepotkan, sebaiknya kita punya daftar barang mahal yang akan kita beli. barang tersebut harus sudah ada dalam daftar selama sebulan sebelum kita beli. Teknik ini akan dapat menghindarkan anda dari membeli barang hanya karena dorongan emaosi semata.

4. Utamakan untuk membayar hutang dengan bunga tertinggi terlebih dahulu. Bila kita mempunyai lebih dari satu sumber hutang, fokuskan untuk melunasi hutang dengan bunga tertinggi terlebih dahulu. Bayar hutang yang lain dengan cicilan minimal. Bila perlu, tarnsfer hutang dengan bunga tinggi ke hutang dengan bunga lebih rendah. Misalnya, bila anda punya hutang pada kartu kredit dengan bunga tinggi, namun anda bisa mendapat hutang dari bank lain dengan bunga yang lebih rendah, maka tutuplah hutang kartu kredit anda tersebut dengan membuat hutang ke bank dengan bunga lebih rendah. Hutang dengan bunga tinggi ibaratnya seperti Anda mengalami kecelakaan dan mengalami luka-luka pendarahan pada beberapa bagian tubuh. Luka yang menyebabkan perdarahan paling besar pasti akan ditutup terlebih dahulu oleh dokter baru kemudian menutup luka-luka lain yang lebih kecil. Karena jika luka dengan pendarahan paling besar tidak segera diatasi maka akan mengancam keselamatan jiwa sebab luka ini meyebabkan Anda kehilangan darah paling cepat. Logika yang sama bisa kita pakai pada prioritas pembayaran hutang ini. Namun bukan berarti kita hanya memprioritaskan satu pembayaran hutang saja dan mengabaikan yang lainnya.
5.Bayar cicilan hutang kartu kredit diatas cicilan minimum. Saat ini cicilan minmum hutang kartu kredit adalah 10%, naik dari ketentuan sebelumnya yang hanya 5%. Bila kita hanya bayar cicilan minimum, berarti kita telah menjerat leher kita sendiri dan memperkaya pemilik bank. Bank hidup dari bunga. Semakin lama anda berhutang, semakin banyak bunga yang harus anda bayar ke bank.

Saturday, November 20, 2010

10 manfaat jadi sukarelawan sosial dan membantu orang lain

‎5 Nopember 2010. Desa Manisrenggo atas. Lahar dan awan panas Merapi mengguyurnya. Ada seorang pemuda penderita skizofrenia yg dipasung di belakang rumahnya. Ibunya lumpuh kedua kakinya tak bisa gerak. Ayahnya sudah renta. Orang-orang sudah turun semua. Desa sudah kosong. Si ayah tak tega meninggalkan anak istrinya. Ia hanya duduk di depan rumah termangu. Berita ini terdengar sampai Rumah Sakit Jiwa di bawah. Berangkatlah seorang psikiater wanita, mengajak 2 perawatnya dengan ambulans, mengajak petugas Polsek, naik ke atas menerjang debu dan panas. Ketiga orang itu diangkat, dimasukkan ambulans, dibawa turun. Si anak dimasukkan bangsal RSJ yg aman dan nyaman. Kedua orangtuanya di TPS dekat RSJ. Kisah heroik yg tak dipublikasikan, dari pejuang kesehatan jiwa. Siapakah psikiater wanita itu?. Begitulah secuplik kisah dari , dr. Inu Wicaksana, psikiater, di Face Booknya yang saya kutip. Bila anda ingin jawabannya, silahkan kontak dr Inu Wicaksana langsung.
Ketika saya membaca kisah psikiater wanita muda yang hebat tersebut diatas, kebetulan saya lagi setengah jalan menulis artikel ini. Sebuah artikel tentang manfaat memberi (giving back, kerja sosial, sedekah, dll) terhadap si pemberi. Ternyata membantu orang lain (giving back) tidak hanya berdampak positif pada yang menerima. Ini sudah sangat jelas, terutama dari kisah diatas. Membantu orang lain juga mempunyai dampak positif pada si pemberi juga. Terutama bila dilakukan dengan sepenuh hati dan ikhlas. Setidaknya, menurut artikel yang saya kutip, ada 10 manfaat positif kepada si pemberi dari membantu orang lain tersebut. artikel tersebut saya sadur secara bebas.
1, Mengurangnya gelisah dan depresi.
Ternyata, memberi bantuan tidak hanya membuat yang dibantu menjadi lebih baik. Si pemberi juga mendapat manfaat langsungnya. Melakukan kerja sosial atau memberikan sedekah meningkatkan optimisme dan kebahagiaan si pemberi. Hal ini dalam psikologi dikenal sebagai "helper's high". Perasaan bahwa anda berguna bagi orang lain, optimis, dan berarti sanggup menghilangkan pikiran negatif dan kusut yang bersarang di otak anda. Hal tersebut terjadi karena dengan memberi kepada orang yang membutuhkan telah membuat anda menjadi lebih percaya diri, merasa mampu membuat perubahan, menjadi lebih bertenaga atau berkemampuan, dan bisa melepaskan diri dari terpaku pada masalah yang sedang anda hadapi. Aliran listrik di syaraf karena kerja sosial atau membantu seseorang dapat terekam pada MRI (magnetic resonance imaging). Peneliti dari Boston menemukan bahwa rasa sakit , depresi dan disability (ketidak mampuan) pada penderita penyakit kronis berkurang setelah melakukan kerja sosial. Peneliti dari Universitas Texas menemukan bahwa kerja sosial mengurangi depresi.
2.Meningkatkan kesehatan umum dan kegembiraan.
Bernard Meltzer berkata:" Tidak ada latihan yang lebih menyehatkan jantung dari melakukan kegiatan untuk membantu seseorang yang sedang membutuhkan". Bila kita berbuat baik, kita sebenarnya berbuat baik untuk diri sendiri. Ketika kita menolong orang lain, keseluruhan sel sel dalam tubuh kita mengalami transformasi (feel good transformation) yang meningkatkan psikis dan menguatkan sistem kekebalan tubuh serta jantung kita. Dengan melakukan kerja sosial, kesenangan kita mengomel dan mengeluh tentang berbagai hal di dunia menjadi berkurang. Kita bisa menerima keadaan tersebut dengan sepenuh hati, dan dengan sikap optimis serta niat baik berusaha untuk merubahnya menjadi lebih baik. Dengan melakukan kerja sosial kita juga menjadi kurang egois sehingga membuat aliran kebaikan kembali mengalir ke diri kita. Menurut peneliti dari Universitas Kalifornia di Los Angeles,  kerja sosial membuat panjang umur. Anak belasan tahun yang melakukan kerja sosial dan menjadi sukarelawan terbukti lebih bahagia dan optimis.
3. Membuat anda terhubung dengan kelompok masyarakat yang baik hati.
Bila kita melakukan kerja sosial, orang orang yang sehati akan datang bekerja sama. Bila kita sering menolong orang, kita akan mempunyai banyak teman (para sukarelawan) yang siap menolong kita juga bila kita lagi memerlukan bantuan.
4.Hidup sesuai panggilan jiwanya.
Marsha Wallace, seorang perawat dari Kalifornia Selatan, sedang gelisah dengan pekerjaanya. Dia sedang bersungguh-sungguh merenung tentang jalan hidupnya. Pada suatu malam, ketika sedang bermeditasi, tiba tiba datang sebuah ide yang menyentak, seperti sengatan listrik. Dia kemudian mengundang 25 temannya dan mengadakan berbagi makan yang mereka bawa bersama-sama. Dari situ  lahirlah kemudian sebuah gerakan bernama Dining For Woman yang menyisihkan uang sebesar sekali keluar makan malam di restaurant untuk kegiatan amal bagi wanita di negara berkembang. Saat ini DFW sudah mempunyai 130 cabang. Dengan melakukan kegiatan sosial, Marsha Wallace merasa hidupnya menjadi lebih berarti. Dia merasa telah melakukan sesuatu sesuatu panggilan jiwanya.
5.  Menikmati hidup dan gembira karena telah menyelamatkan nyawa seseorang.
Rose adalah seorang wanita miskin pengidap HIV . Dulunya dia hidup dari mengemis di jalanan sejak jam 5 pagi. Ketika dia bertemu dengan Bead For Life, sebuah organisasi yang menolong wanita miskin di Afrika, hidupnya berubah. Semangat hidupnya bangkit kembali dan dia merasakan kebahagiaan yang mendalam. Bersama Bead For Life, Rose mampu memiliki tabungan dan menyekolahkan kembali anak anaknya. Keterlibatan dalam gerakan Bead For Life memberi kesempatan pada Rose untuk menolong sesama penderita HIV. Hal tersebut membuatnya berbahagia.
6. Meningkatkan kinerja.
Kegiatan sebagai seorang sukarelawan dalam kerja amal/sosial dapat meningkatkan stamina, kreatifitas dan memupuk sifat suka menolong. Oren Penn, seorang konsultan pajak pada Price Water House Cooper, Amerika, bekerja sebagai sukarelawan di sebuah desa miskin dan terpencil di daerah Orissa, India selama 8 minggu. Pengalaman kerja sebagai sukarelawan yang harus bekerja bersama dalam tim dengan orang Meksiko dan Belanda telah memperkuat sikap kepemimpinannya sekembalinya ke kantor. Kerja sebagai sukarelawan merupakan latihan yang bagus sebagai bekal kerja di perusahaan.
7. Meningkatkan ketrampilan dan membuat perusahaan tertarik. 
Pengalaman  sebagai sukarelawan dalam kerja amal atau sosial akan dapat mengasah ketrampilan dan sikap optimistik yang diperlukan sebagai bekal bekerja di suatu organisasi atau perusahaan. Pengalaman dalam kerja sosial juga akan memperkaya riwayat hidup yang akan dapat menarik perusahaan untuk memperkerjakan kita sebagai karyawannya.
8. Tetap semangat dan optimis.
Pengalaman sebagai sukarelawan pada sebuah panti asuhan dan klinik penderita HIV/AIDS di Ghana selama 3 minggu membuat Amanda-Andersen Green berbahagia dan optimis. Selama di Ghana masyarakat sekitar menyapanya dengan ramah dan menerimanya sebagai tetangga. Hal tersebut memberi kesan yang mendalam baginya. Meskipun telah kembali ke Seattle, Amerika, Amanda masih merasakan kebahagiaan dan kegembiraan tersebut.
9. Penghargaan.
Sebelum datang ke Mali, Jonathan Arc memandang Afrika hanyalah sebuah benua yang kotor, panas dan sarang berbagai penyakit. Namun pengalamannya bekerja sebagai sukarelawan sosial mengajar bahasa Inggris dan membangun sekolah di sebuah desa di Mali, merubah pandangannya tentang Afrika. Afrika adalah surga dengan penduduknya yang ramah dan terbuka. Mereka sangat menghargai Jonathan Arc dan menerimanya sebagai bagian dari mereka.
10. Ikut merasakan bagaimana menjadi manusia sebenarnya.
John Heineman adalah mahasiswa Universitas Iowa jurusan biologi dan political science. Dia juga anggota tim polo dan triathlon universitasnya. Dia juga bekerja sebagai sukarelawan sosial di Iowa City Free Medical Clinic. Disana dia menyadari pentingnya setiap orang bisa mempunyai akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Ketika John Heineman tahu bahwa lebih dari 10 juta orang Amerika tidak mempunyai asuransi kesehatan, dia tergerak untuk melakukan sesuatu. Setelah lulusan dari Universitas Iowa dan melakukan latihan renang secara intensif. Dia melakukan penggalangan dana dengan berenang menyeberangi selat Inggris. Dana yang dia kumpulkan dipakainya untuk membangun Iowa City Free Medical Clinic. Kegiatan penggalangan dananya sanggup mengumpulkan uang sebanyak Rp 190 jutaan. Iowa free Medical clinic memberikan pelayanan kesehatan gratis buat masyarakat kurang mampu disekitarnya.
Saya ingin menambahkan satu hal yang terlupakan oleh penulis artikel diatas. Manfaat terpenting yang diterima seorang sukarelawan sosial yang bekerja dengan ikhlas adalah pahala dan ridlo dari Allah SWT. Sesuatu yang tak ternilai harganya.