Saturday, December 31, 2011

Dapat apa dari dunia?

Kita sering habis-habisan berbuat untuk sesuatu yang justru akan kita tinggal. Sedang untuk sesuatu yang bakal abadi, sering kita tidak sungguh-sungguh.

saya punya kawan yang buka toko sepatu. Satu hari ia berkhidmat kepada agama. Dia memilih khuruj (keluar 3 hari sampe 40 hari) ala jamaah tabligh. Tokonya ia atur sebaik-baiknya sebelum ia meninggalkannya. Ia aturkan karyawan-karyawannya, ia amanahkan sebaik-baiknya tokonya ini kepada anak buah dan saudaranya. Dia mengaku, toko sepatunya malah mendapatkan hasil lebih.

Ada seseorang yang berkhidmat kepada seorang kyai. Ia bantu kyai ini, ia temani kyai ini keliling daerah. Sementara ia punya usaha pabrikan rumahan pembuat mesin pengering nangka dan pisang. Biasanya dia hanya mampu menjualkan 1-2 mesin saja per bulan. Ini dia mengaku dia bisa menghasilkan sampai 5 mesin, per bulan!

Seorang anak muda datang bersama istri dan keluarganya. Minta nasihat agar dikuatkan mentalnya untuk jadi ustadz di pedalaman. Tapi keluarganya bingung. Ia selama ini kerja di pabrik. Gajinya 800rb, masih ada bonus-bonus dan tunjangan ini itu. Tapi itu pun seringnya nombok, dan punya hutang. Panggilan hatinya kuat sekali untuk berdakwah. Karenanya ia pamit untuk kemudian menjadi dai pedalaman. Niatan ini lumayan disetujui, sekaligus jadi beban pemikiran istri dan orang tuanya. Bergaji saja engga bisa hidup pas-pasan (nombok), apalagi kalo sampe ga punya gaji sama sekali. Saya perkuat hatinya, bahwa kalau memang sudah bulat, syaratnya jangan mengeluh. Insya Allah, Allah akan mengaruniakan sesuatu yang lebih. Dan benar saja. Satu tahun kemudian ia bercerita, hidupnya lebih punya sekarang ini. Bulan pertama saja, gaji sebesar 50rb per bulan dari lembaga dakwah yang menaungi perjalanannya ini malahan utuh. Apa sebab? Allah menanggung hidupnya. Orang-orang kampung yang diajarnya digerakkan Allah untuk memberikan sebagian hasil panen penduduk kepada dia. Malah katanya lebih hingga bisa dijual untuk bisa membelikan sesuatu buat istri, anak dan orang tuanya. Masya Allah kan?

Seorang pemasar di bidang konstruksi, mencoba untuk hidup mementingkan Allah. Ia lalu menjadi memegang prinsip bahwa Allah itu segala-galanya. Rapat-rapat ia beritahu bahwa ia harus break 10 menit sebelum azan, dan klien-kliennya malah disuruh nunggu! Katanya, kalau berkenan menunggu, saya senang sekali. Tapi kalau ga berkenan menunggu, ya baiknya kita re-schedule jadwal yang nabrak waktu shalat, untuk dipilih yang tidak nabrak waktu shalat.

Katanya, pernah kejadian, ada satu klien, yang direksinya itu “bule”. Si bule ini mempersilahkan dia mem-break, sebab ga mungkin di-re-schedule. Lalu apa yang terjadi? Meeting dicukupkan sampe waktu break saja. Batalkah? Tidak. Pemasar konstruksi ini bercerita, bahwa tuh bule merasa ga usah lagi harus diperpanjang masa diskusinya. Mengapa? Katanya, bule kini percaya sama dirinya. Dia sudah perhatian sama Tuhannya, pasti dia orang jujur, begitu kata bule ini meyakinkan. Dan bule ini masih menambahkan, bahwa dia disiplin dengan waktu audiensi bersama Tuhannya, pasti pekerjaan-pekerjaan yang dipercayakan kepadanya pun akan juga disiplin.

Seorang pengusaha makanan, mengubah kebiasaan (culture) perusahaannya. Biasanya ia ajarkan agar karyawannya sigap-sigap mencari dan melayani pelanggannya. Tapi apa yang terjadi? Setelah ia berkenalan dengan ilmu tauhid, ia berkeinginan mempraktekkan ketauhidannya ini di lingkup usahanya.

------------------

Judul materi :
Dapat Apa Dari Dunia…?

Dunia harus dikejar. Karena di sini kita hidup. Namun akhirat juga harus diperhatikan. Sebab di sanalah tempat kita kembali. Inilah doa dan ajaran keseimbangan hidup yang diajarkan Rasulullah.

Peserta KuliahOnline CPA (http://www.club-pecinta-alquran.com/) yang saya sayangi.

Di usia saya yang kata orang masih muda ini, saya sering berpikir. Dikasih apa kita ini sama dunia? Belum meninggal aja, kita ini ga dikasih apa-apa.

Punya mobil lebih dari satu, yang dipake tetep satu. Bener sih istri make mobil, anak-anak make mobil. Tapi kita kehilangan mereka nantinya. Mereka pun sering kehilangan kita.

punya suami kayak ga punya suami. Punya istri kayak ga punya istri. Punya anak kayak ga punya anak. Punya orang tua, kayak ga punya orang tua. Punya tetangga, kayak ga punya tetangga. Punya saudara kayak ga punya saudara. Punya kawan, kayak ga punya kawan. Akhir-akhirnya, punya agama, kayak ga punya agama.

Ada bintang-bintang yang begitu populer, lalu tenggelam berakhir masa kepopulerannya. Dunia tetap berputar, tapi kehidupannya banyak yang mati lampu. Populer sudah tidak. Merasa populer, masih. Mati, ada yang meninggalkan hutang. Ada yang begini ada yang begitu.

Sementara, tidak sedikit orang-orang kaya yang tidak bisa menikmati kekayaannya. Kekayaan yang dinikmati adalah yang di atas kertas. Bukan kekayaan yang sesungguhnya. Makan, tidak bersama keluarga. Dia di mana, keluarga di mana. Tidur tidak bersama keluarga. Dia di mana, keluarga di mana. Sibuk dengan urusannya. Kaya iya, tapi kualitas hidupnya? Layak dipertanyakan kalau ia menyempatkan diri merenung. Begitu gagahnya, dunia malah menjadikannya duduk di kursi pesakitan, disorot layar kaca duduk di kursi tersangka. Tidak sedikit juga pengusaha yang susah payah membangun rumah super mewahnya, tapi ia betul-betul sudah tinggal di penjara.

Sungguhpun penjara ia bisa sulap menjadi ruangan super mewah, ya tetap saja penjara namanya. Rumah yang luar biasa ia bangun pun kalo ditanya dibangun untuk siapa? Ia kelak tidak mengerti juga jawabannya. Kalo dijawab buat anak-anaknya, nyatanya anak-anaknya studi di luar kota dan di luar negeri.

Kalo dijawab untuk orang tuanya, nyatanya orang tuanya di kampung sana. Orang tuanya juga merasa percuma kalo maen ke rumah tersebut, sebab memang tidak ada siapa-siapa.

Di banyak blok perumahan mewah, justru banyak yang tidak berpenghuni. Ada yang berpenghuni, namun bukan penghuni asli. Melainkan hanya penyewa, atau bahkan pembantu. Sudah mah nempatin gratis, dikasih duit pula tuh pembantu dan ditanggung semua hajat dan keperluannya. Termasuk urusan-urusan air, listrik, dan kebersihan serta keamanan.

Adduh, mata saya ini koq ya merasa “bukan itu yang harus kita cari”. Itulah barangkali yang disebut dengan kesenangan yang menipu. Apanya yang senang? Cuma perasaannya saja. Atau cuma katanya saja.

Ada kawan yang membangun hotel, dan ia sekalian tinggal di situ. Tahukah saudara, di kamar mana ia tinggal? Di kamar yang biasa saja. Bahkan cenderung di kamar yang paling jelek. Sebab kamar-kamarnya disewain semua. Lihat, dunia bahkan mengambil semuanya. Kalo kamar yang itupun ada yang sewa, ia memilih tinggal di rumah di belakang hotel yang ia sewa dari penduduk dengan bayar tahunan! Ini kan gendeng.

Tapi, kalo kekayaan itu ada di tangan orang soleh, subhaanallaah, manfaat. Rumah mewah banyak dibangun oleh dia supaya duitnya berputar. Ia sewakan untuk orang-orang asing. Setelah berputar, hasilnya ia bikin untuk lebih menggerakkan ekonomi syariah di kampungnya. Subhaanallaah. Mobil dia beliin yang banyak, buat kemudian diberdayakan uangnya. Dapet uang, kemudian belanjakan dah buat orang susah.

Punya uang, beli-beliin dah perusahaan-perusahaan sakit. Kemudian sehatin. Habis itu jual. Hasil penjualannya untuk membantu pesantren-pesantren dah. Mantab.

Saya barangkali terlalu sentimentil ya? Tapi baiklah, saya turunin sedikit tempo nya. Coba aja lihat 2 tulisan berikut ini...

***
Karyawan

Masih seputar dapet apa dari dunia? Jika kita memburu hanya dunia, maka sungguh, kita tidak akan dapat apa2. Makanya Allah dan Rasul-Nya mengajarkan, jangan hanya mengejar dunia. Kejar juga akhirat, dengan memperhatikan amal saleh yang menjadi bekal menghadap Allah. Banyak-banyak berbuat kebaikan. Dan utamanya, perbaiki cara kita beribadah. Jangan sampai mencintai Allah hanya di mulut saja.

Sesungguhnya kita tidak mencintai Allah melainkan mencintai dunia.

Ada seorang karyawan yang kalo saya tanya, dapat apa situ dari dunia? Gaji situ buat apa? Wong buat kebutuhan situ aja kurang? Lalu ia jawablah pake kata hatinya. Kata yang paling jujur yang pernah ia dengar. Dan itulah jawabannya sendiri. Bukan jawaban orang lain. Apa katanya? Iya juga. Saya tidak mendapatkan apa-apa. Saya berjuang untuk rumah yang sesungguhnya saya tidak tahu apakah kalau saya meninggal nanti rumah ini udah lunas atau belum. KPR nya, 15 tahun. Sekarang baru jalan 8 tahun. Sedang kematian tidak ada yang tahu.

Mobil yang saya dapatkan pun, kredit. Motor juga begitu. Barang-barang di rumah ini, rata-rata kredit. Ada yang kredit memang barangnya, ada yang dari kartu kredit. Begitu katanya.

Dapat apa dia? Semula ia berpikir ia sudah mencapai banyak hal. Ternyata tidak. Coba aja kalau dia sakit agak panjang. Sebut saja, sakit 4-5 bulan. Lalu ia di-PHK. Maka kemudian seluruh rencana keuangan, berantakan. Rumah, tidak lagi terbayar, lalu disita.

Mobil dan motor lalu ditarik leasing. Lalu dia? Dapat apa? Ga dapat apa-apa. Rupanya selama ini ia hidup untuk bank di mana ia kredit rumah. Ia hidup untuk bayar kartu kredit yang ga lunas-lunas. Ia hidup untuk bayar leasing yang membengkakkan harga motor dan mobilnya sekian kali lipat. Banyak kemudian karyawan-karyawan yang terjebak oleh hutang yang tidak terbayar dan akhirnya bener-bener ga punya apa-apa.

Di situ kemudian menjadi peluang dunia industri asuransi. Ada asuransi ini ada asuransi itu. Ok, fine, ikut aja, untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Namun, jangan lupakan asuransi akhirat dengan shalat dan sedekah. Dunia, bakal hilang. Tapi Allah dan seluruh amal kita, ga bakal hilang.

Tidak sedikit dari mereka yang kemudian setelah semua aset yang dibelinya dengan acar berhutang, lunas, harus dijual kembali dengan harga murah. Sebab ternyata satu dua hal yang tidak terprediksi sebelumnya. Misal, adiknya masuk penjara sebab satu hutang. Itu kan bukan sebab dia. Sebab adiknya. Tapi orang tuanya mohon-mohon agar ia jual rumahnya untuk membantu adiknya. Orang tuanya lalu bilang, tinggallah dulu di rumahnya beliau. Manalah kita tega. Kita juallah rumah kita, dan kemudian kita mengontrak, hanya agar jangan satu atap dengan orang tua. Lihat, gila kan? Cape-cape kita kemudian bayar angsuran rumah, akhirnya ngontrak-ngontrak juga.

Ya begitu lah dunia.
Ada yang bilang,
(+) Hei, kenapa engkau menyalahkan dia? Bukankah dia membantu orang tua dan adiknya?
(-) Kelihatannya sih begitu.
(+) Koq kelihatannya?
(-) Ya, emang.
(+) Emang pegimana?
(-) Begini. Kalau ketika dia bekerja, dia ga lupa sama Allah, itu namanya ujian dari Allah. Dan insya Allah itu adalah kebaikan dari Allah. Tapi kalau selama dia kerja, dia tidak ingat sama Allah, maka sesungguhnya Allah mengazabnya. Allah tungguin apa yang dia kumpulin itu benar-benar lunas, lalu Allah ambil serta merta dengan cara-cara yang tidak pernah ia duga sebelumnya.
(+) Wah, kalo gitu jahat ya Allah?
(-) Ya, tidak. Mana mungkin jahat? Daripada diazabnya nanti di akhirat? Kan repot.
(+) Ukurannya apaan?
(-) Shalat ga dia? Kalau dia jawab: shalat, maka shalatnya seperti apa? Kalo shalatnya sering di akhir waktu, ya sama saja dengan tidak menghargai Allah. Kita kan disuruh syukur. Masa kemudian sama Allah malah mengurangi waktu. Sedang sama dunia, ditambah terus jam untuk mencarinya. Lihat lagi, sedekahnya gimana? Sebelum kerja, sedekah seribu, istilahnya. Kemudian, setelah kerja, masih seribu. Ini kan tidak bersyukur disebutnya.
(+) Oh, kalau begitu, termasuk firman-Nya ya: Bersyukurlah kamu, maka akan Aku tambah nikmat-Ku padamu. Tapi kalau kalian tidak bersyukur, maka sesungguhnya azab Allah teramat pedih.
(-) Nah, itu tahu.
Ya begitu tuh dunia. Dunia dipegang, dia berontak. Didekap, malah menendang. Diburu, malah maju memukul. Dilayani, malah memerintah. Dikejar, malah memerangkap. Dia menyerahkan dirinya, tapi dunia itu menipu. Sesunguhnya dia tidak pernah menyerahkan dirinya. Dunia hanya mempermainkan manusia. Makanya Allah menasihati untuk jangan tertipu urusan dunia. Banyak-banyak beramal saleh, sebab itu yang lebih kekal.

Masih kelihatan sentimentil ya?
“Nanti malah menghalangi orang mencari dunia loh.” begitu kata sebahagiannya yang lain.

Ah, biar saja. Mudah-mudahan ada yang terbuka mata hatinya. Bila selama ini hidup untuk dunia. Kini, hidupnya di dunia, tapi untuk Allah, Yang Punya Dunia. Ia jadikan dunia sebagai sarana ibadah kepada Pemilik Dunia.
sumber: http://www.club-pecinta-alquran.com/index.php?option=com_fireboard&func=view&id=61&catid=13&Itemid=68#61

Hikmah dari kucing hitam

Di banyak negara, termasuk India, ada mitos bahwa kucing hitam berkaitan erat dengan black magic dan bisa mendatangkan kesialan. Kebetulan, kucing keluarga kami berwarna hitam. Hampir seluruh badannya berwarna hitam, kecuali sedikit dibagian perut bawahnya.

Memang dibandingkan dengan kucing biasa, sejak kecil kucing ini sangat nakal. Suka sekali bermain-main dengan mengeluarkan kukunya. Maksudnya  cuman main main, namun karena kucing, mainnya sambil cakar-cakaran dan mengeluarkan kuku.

Mungkin ini khas kucing berwarna hitam, sehingga tidak heran bila kucing hitam dikaitkan dengan kesialan. Saya tidak tahu, apakah semua kucing hitam memang cenderung lebih nakal dibandingkan kucing biasa lainnya. Di Nepal, bila orang melihat kucing hitam, mereka akan coba mengusirnya. Bahkan katanya mereka akan melemparinya dengan batu. Oleh karena itu, sejak di Nepal, kucing hitam keluarga kami tersebut tidak pernah keluar rumah. Ketika kita pindah ke India, kucing tersebut juga kita bawa ke India.

Beberapa hari ini, istri dan anak yang nomer dua liburan menengok anak pertama. Jadilah saya tinggal dirumah sendirian. Salah satu tugasnya adalah  merawat sang kucing hitam. Repotnya, kucing tersebut juga suka mengajak saya bergurau. Akibatnya, tangan saya banyak yang tergores berdarah. Namun, karena ini kucing kesayanagn keluarga, saya tidak marah. Saya bisa memakluminya.

Ada satu hikmah yang saya petik dari kejadian tersebut. Saya tidak marah (bisa memaklumi) kucing yang nakal, namun kadang saya  masih suka tidak bisa memaklumi (bahkan marah) bila istri atau anak saya berbuat salah. Meskipun tangan berdarah, saya tidak memarahi kucing tersebut. Dilain pihak, kenapa saya suka tidak sabar terhadap istri dan anak?  Kucing hitam menyadarkan saya agar lebih banyak latihan bersabar.

Sepertinya bergaul dengan binatang peliharaan bisa memberi kita pelajaran. Oleh karena itu, banyak nabi, termasuk Nabi Muhammad SAW, pernah dalam hidupnya menjadi seorang penggembala.

Thursday, December 29, 2011

Saran dari Edi Sutisna untuk orang miskin dan susah


Assalamu'alaikum wrwb teman-teman... saya edi sutisna (facebook :http://www.facebook.com/ed
i.sutisna.kerens) saya menyarankan banget-banget bagi teman-teman yang sedang dalam keadaan miskin, sedang susah, seret rizkinya, ingin menjadi seorang yang kaya... saya menyarankan banget-banget teman-teman untuk banyak bersedekah...

sedekah ialah sebuah metode bagi saya untuk membuka pintu-pintu rizki dari Allah...

metode sedekah ini sering sekali saya pakai ketika saya menginginkan uang, ketika saya menginginkan sesuatu, ketika saya mempunyai hajat..., maka sedekahlah yang pertama kali saya lakukan...

sejatinya sedekah ialah bukan untuk orang lain, tetapi sedekah ialah untuk diri kita sendiri... semakin banyak kita bersedekah maka semakin banyak pula yang kita dapatkan... semakin banyak uang yang kita sedekahkan maka semakin banyak pula uang yang akan kita dapat..., 

Allah Maha Kaya... Allah berkata jika kita bersedekah maka kita diibaratkan menanam sebuah benih yang akan tumbuh 7 bulir dan dari setiap bulir akan tumbuh buah 100 biji... ini sama saja jika kita bersedekah 1 maka Allah akan melipatgandakan menjadi 700

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT adalah serupa dengan SEBUTIR BENIH yang menumbuhkan 7 BULIR. Pada tiap bulir SERATUS BIJI. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki dan Allah maha luas (karunia-nya) lagi maha mengetahui. QS AL-Baqarah : 261

Allah Maha Kaya... Allah berkata jika meminjamkan uang ke Allah (sedekah) maka Allah akan melipatgandakan pembayarannya kepada kita dengan lipatan ganda yang banyak (lihat siapa ini yang berbicara??, tentu saja Yang Mulia Yang Maha Menepati Janji-Nya..., tidak ada yang lebih tepat janjinya kecuali Allah...

Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. (Alquran Surah Al Baqarah> Ayat 245

dalil-dalilnya banyak dan bejibun..., mau lihat dalilnya klik disini (http://www.club-pecinta-alquran.com/index.php?option=com_content&view=article&id=73&Itemid=78)


selain Allah bisa melapangkan Rizki..., Allah juga berkuasa menyempitkan Rizki setiap manusia di bumi ini.....

seharusnya dengan ilmu sedekah ini... tidak ada lagi orang-orang yang miskin di dunia ini..., tapi inilah kita..., kita tidak percaya kepada Penguasa Jagad Raya..., maka dengan ini masih aja tetap ada saja orang-orang yang miskin di dunia ini...

gini yah... kenapa Rizki kita seret... misalkan gini... "si Ali menitipkan uang ke Budi untuk si Edi..., uang diterima oleh si Budi dari si Ali... ternyata si Budi ini tidak amanah kepada Ali..., si Budi malah memakan semua uang titipan dari si Ali untuk si Edi..., menurut teman-teman bagaimana perasaan si Ali yang sudah menitipkan uang kepada si Budi??... tentu saja si Ali kecewa kepada si Budi, dan besok-besok nya lagi si Ali tidak akan menitipkan uang lagi kepada si Budi... (karena si Ali sudah kecewa)...

inilah kondisi kita teman-teman..., Allah sudah menitipkan uang kepada kita untuk fakir miskin, untuk kaum duafa, untuk kaum-kaum lemah, untuk Jalan-Nya Dakwah Allah, untuk fasilitas-fasilitas menuju Allah..., tetapi kita tidak amanah kepada Allah... semua uang kita habiskan untuk diri kita sendiri padahal disebagian harta dan uang kita ada harta dan uang saudara-saudara kita yang lain..., makanya Allah besok-besok males nitipin uang ke kita lagi... karena kita sudah tidak amanah ke Allah... faham yah??, mudah-mudahan faham deh kenapa rizki kita seret....

justru bagi orang-orang miskin saya menganjurkan banget-banget... banyakin sedekah, agar rizkinya terbuka, bagi yang ingin segera menikah, banyakin sedekah deh, bagi yang mempunyai hajat banyakin sedekah deh...

saya berbicara seperti ini karena ada dasar ilmunya dan sudah saya praktekan dan subhanallah luar biasa dahsyatnya..., bukan saya loh yang sudah merasakan dahsyatnya sedekah untuk pembuka pintu rizkinya dari Allah... ada ribuan bahkan jutaan orang yang sudah memetik hasil dari sedekah ini... inilah metode yang sering saya pakai jika dalam 1 minggu tidak ada uang yang masuk ke dalam kantong saya hehehe...., udah 1 minggu tidak ada uang yang masuk ke kantong, berarti itu tanda-tanda kita harus dan sudah waktunya bersedekah nih....

bagi orang yang suka dan gemar bersedekah... saya jamin nih... "demi Allah..." kantong teman-teman tiadak ada ceritanya tidak terisi uang...., nih dikantong saya tidak pernah ada cerita tidak ada uangnya... kecuali jika saya menyedekahkan isi kantong kita... kantong saya kosong sebentar dan sehabis itu isi lagi tuh.... 

subhanallah... ini saya share ilmu sedekah kepada teman-teman sehingga saya tidak mau lagi yah..., jika ada teman-teman saya yang dalam keadaan miskin...., pokoknya gak ada cerita miskin bagi orang yang mengenal Allah....

jangan lupa..., selain kita giatkan untuk bersedekah, perbaiki juga hubungan kita ke Allah..., kan dari kemaren kita udah belajar tauhid banyak yah... dipake ilmu tauhidnya yah...

makasih yah...jangan lupa gabung di Grup CPA.. insya Allah 1 hari mendapat 1 hikmah disini



mudah-mudahan hidup kita yang hanya satu kali ini dapat kita manfaatkan untuk mencari keridhoan Allah, meraih kasih sayang Allah, mencari surga-Nya Allah. amin

mudah-mudahan Allah ridho kepada kita semua.... Assalamu'alaikum wrwb

dan kalau bisa promosikan juga website http://www.club-pecinta-alquran.com/ sekalian nebeng jika tulisan ini mau dishare... 



(Doain juga yah Kuliah Online CPA Tentang Ilmu Tauhid (mengenal allah) di http://www.club-pecinta-alquran.com/ dapat selesai tanpa suatu halangan... (Gratisssss....!!)

oke seperti biasa... untuk temen2 semua, jika tulisan ini bermanfaat, yang mau share saya persilahkahkan share....!! saya minta do'anya dari temen2....... saya tunggu doanya dari temen2 semua yah.... dan kalau bisa promosikan juga websitehttp://www.club-pecinta-alquran.com/ sekalian nebeng jika tulisan ini mau dishare... terima kasih. assalamu'alaikum wrwb.....

website cpa

Sufi dan orang miskin

Alkisah ada seorang Sufi yang sudah merasa teramat dekat dengan Tuhan nya. Suatu hari ketika sedang berjalan, Sang Sufi berpapasan dengan seorang yang sangat miskin. Tubuhnya kurus kering, tinggal tulang berbalut kulit yang dibungkus dengan kain compang-camping seadanya. Badan nya tergeletak lemas di pinggir jalan, bibirnya mengering, menandakan sudah lama si miskin tidak mendapat makan. 


Melihat penderitaan si miskin, Sang Sufi pun berteriak protes pada Tuhan nya: "Ya Tuhan, mengapa Engkau tidak lakukan sesuatu untuk orang ini !!". Sesaat kemudian, terdengar jawaban: "Ya! Makanya Aku ciptakan kamu!".

Rahasia terbesar sepanjang sejarah: rahasia rezeki


Salah satu buku yang menjadi favorit saya kary Joe Vitale ini berjudul "The Greatest Money Making Secret In History." Bercerita tentang prinsip dasar untuk menghasilkan uang dengan menggunakan hukum penarikan atau Law of Attraction. Berikut tulisannya saya kutip di bawah ini:
Jika Anda membutuhkan uang, anda hanya perlu melakukan satu hal. 
Ia adalah satu hal yang pernah dilakukan dan masih sering diamalkan oleh orang paling makmur di muka bumi.
Ia adalah satu hal yang telah tertulis dalam beragam budaya kuno dan masih didengungkan sekarang ini.

Ia adalah satu hal yang akan menghasilkan uang kepada orang yang melaksanakannya namu pada saat yang bersamaan kebanyakan orang takut melakukannya.

Apakah satu hal tersebut?

John D. Rockefeller mengamalkannya sejak ia masih kanak-kanak. Ia menjadi Millioner.

Andrew Carnegie melakukannya juga. Ia menjadi konglomerat.

Apakah rahasia mencari uang terbesar dalam sejarah itu?

Apakah satu hal yang bekerja untuk semua orang itu?

Memberikan uang.

Ya, benar. Berikan Uang.

Berikan ia kepada orang yang membantu anda berhubungan dengan dunia anda paling dalam.

Berikan ia kepada orang yang menginspirasi anda, melayani, menyembuhkan dan mencintai anda.

Berikanlah uang kepada orang-orang tanpa mengharap balasan darinya, tapi berikanlah dengan kesadaran bahwa uang itu akan kembali kepada anda berlipat ganda dari suatu sumber.

Pada tahun 1924 John D. Rockefeller menulis kepada anaknya dan menerangkan perbuatannya memberikan uang. Ia menulis sebagai berikut, "...pada awal memperoleh uang, jauh saat saya masih kecil, saya mulai memberikannya dan terus meningkatkan pemberian itu bersamaan dengan meningkatnya penghasilan saya..."

Apakah anda memperhatikan apa yang telah dikatakannya?

Ia memberikan lebih banyak uang ketika ia memperoleh lebih banyak pendapatan. Ia telah memberikan $550 juta sepanjang perjalanan hidupnya.

Nah begitu tulisan pada salah satu bab "The Greatest Money making Secret In History". Sebagai seorang spiritualis, dia mengakui adanya hukum tarik menarik atau hukum sebab akibat atau istilah lainnya hukum karma. Bila anda berbuat baik maka anda akan mendapatkan karma baik dan begitu pula sebaliknya.


Wednesday, December 28, 2011

Purworejo Ekspres: Sunatan masal di Klinik Umiyah

M Najib dan Istri bersama sebagian anak yang disunat
Alhamdulillah, pada Rabu 28 Desember 2011 telah terselenggara sunatan masal bagi 75 anak. Kegiatan tersebut di ekspose di Koran Purworejo Ekspress.

Semoga dimasa depan, kegiatan amal sholeh serupa bisa lebih banyak lagi diselenggarakan di Klinik Umiyah.

Monday, December 26, 2011

Kisah Khalifah Ali,membagi roti dengan adil


Suatu hari dua orang musafir menempuh perjalanan bersama dengan masing-masing membawa bekal makanan. Orang pertama membawa bekal lima potong roti, dan orang kedua membawa bekal tiga potong roti. Ketika mereka berhenti untuk beristirahat dan hendak memakan bekal rotinya, datang orang ketiga yang tidak membawa makanan. Maka orang ketiga ini minta ijin untuk bergabung dan ikut makan roti. Dua orang yang berbekal roti tadi setuju, kemudian keduanya memotong setiap roti menjadi tiga bagian.
Setelah semua roti tadi terpotong menjadi tiga bagian, tiga orang musafir ini makan seluruh roti bersama-sama dengan bagian yang masing-masing jumlahnya sama. Setelah selesai makan, orang ketiga yang tidak berbekal makanan tadi pamitan dengan meninggalkan 8 (delapan) Dirham untuk dua orang yang telah membaginya roti. Namun dua orang ini tidak mudah untuk berbagi, mereka beradu argumen tentang hak-nya masing-masing.

Karena tidak ketemu kata sepakat, mereka berdua memutuskan untuk menemui pemimpin yang dianggapnya selama ini selalu bisa memutuskan hukum secara adil. Dua orang yang bertengkar memperebutkan 8 Dirham tersebut akhirnya menghadap Khalifah (Ali) dan mengadukan permasalahannya. Semula Ali menawarkan 3 Dirham untuk pemilik 3 roti dan 5 Dirham untuk pemilik 5 roti, namun pemilik 3 roti tidak bersedia menerimanya – dia bertahan pada pendapatnya bahwa dia harus mendapatkan hak yang sama yaitu 4 Dirham.

Karena penyelesaian secara mufakat yang saling ridlo tidak tercapai, maka Ali harus memutuskan berdasarkan keadilannya. Dan ini yang diputuskan oleh Ali :

Pemilik 3 potong roti hanya berhak menerima 1 Dirham, alasannya adalah 3 potong rotinya dibagi 3 menjadi 9 potong. Kemudian 8 potong dimakannya sendiri, jadi dia hanya berkontribusi 1 potong roti kecil (sepertiga dari roti awal) untuk diberikan ke orang ketiga yang tidak membawa roti. Pemilik 5 potong roti mendapatkan sisanya 7 Dirham, alasannya adalah 5 potong roti awal masing-masing dipotong 3 menjadi total 15 potong roti kecil. Dari 15 potong roti kecil ini, dia sendiri hanya memakan 8 potong diantaranya. Sisanya 7 potong diberikan ke orang ketiga yang tidak membawa roti.
sumber: www.geraidinar.com

Sunday, December 25, 2011

Bakyak Kyai dan Nasi Pecel


Oleh Muhaimin Iqbal   
Senin, 26 December 2011 08:06

Seorang kyai tua tinggal beberapa ratus meter dari surau-nya yang selalu sepi. Dia selalu bangun satu jam menjelang subuh dan kemudian berjalan ke surau. Di keheningan malam desa, bakyak (alas kaki dari kayu) Pak Kyai ini menjadi pertanda awal pagi bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang jalan antara rumah Pak Kyai dengan suraunya. Begitu mendengar suara teklek – teklek –teklek , masyarakat yang punya urusan pagi itu segera bangun untuk memulai urasannya.

Ada yang berangkat ke pasar pagi-pagi di hari pasaran, ada yang mulai masak untuk membuka warungnya dlsb – namun tetap sangat sedikit yang kemudian mengikuti Pak Kyai ke surau. Hanya beberapa orang saja yang setia bermakmum di belakangnya ketika sholat subuh ditegakkan.

Mengamati perilaku masyarakat yang dilaluinya, dalam setiap kesempatan Pak Kyai ini ingin selalu mendakwahi mereka. Maka suatu pagi sepulang sholat subuh dia ingin mampir ke si mbok tukang nasi pecel dan suaminya yang tidak pernah dilihatnya ke surau.

Setelah selesai makan nasi pecel dari warung tersebut Pak Kyai mulai dengan strategi dakwahnya, dia bertanya ke si embok : “bapake teng pundi, kok mboten ketingal ?” (bapak kemana kok tidak kelihatan) ; dijawab oleh si embok : “Wonten wingking, mbantu nggodok toya” (di belakang, membantu masak air).

Lalu Pak Kyai melanjutkan dialognya dalam bahasa jawab tetapi langsung saya artikan yang kurang lebih begini : “Setiap saya berjalan ke surau, saya melihat warung ini masih tutup, dan ketika saya pulang warung ini sudah selalu buka…, apa yang membuatnya demikian ?”. Si embok menjawab : “Iya Pak Kyai, kami terbangun setiap mendengar bakyak Pak Kyai – untuk terus mulai masak dan membuka warung ini…”.

Pak Kyai yang sekaligus merangkap muadzin ini, mulai menangkap peluang untuk mendakwahinya , dia bertanya : “lho, kenapa yang di dengar kok suara bakyak saya – bukan ajakan saya untuk sholat di surau/masjid  (suara adzan ) ?”.  Dengan agak malu-malu si embok berusaha menjelaskan alasan suaminya tidak ke surau : “Anu Pak Kyai, suara bakyak Pak Kyai bisa membangunkan kami, terus kami dapat mulai buka warung dan langsung dapat uang untuk makan sekeluarga. Ajakan sholat (adzan) Pak Kyai mengajak kami ke surau lha terus yang mencarikan uang kami siapa ?”.

Sambil pingin meyakinkan Pak Kyai dengan argumennya, si embok balik bertanya : “Gusti Allah niku nopo estu enten nggih Pak Kyai ?, kok kulo nyuwon nopo-nopo dereng diparingi, dadosi tasih kedah kerjo ngaten niki…!” (Allah itu apa bener-bener ada sih Pak Kyai, kok saya minta apa saja belum ada yang diberi, jadi masih harus kerja seperti ini…!).

Mendapat pertanyaan yang seolah cerdas ini Pak Kyai desa ini tidak mau langsung menjawabnya, pertama karena pertanyaan ini tidak diantisipasinya – dia tidak langsung siap jawabannya saat itu, kedua dia tidak ingin berargumen dengan target dakwahnya pagi ini.

Setelah selesai makan nasi pecel Pak Kyai beranjak pergi , di tengah jalan dilihatnya ada gelandangan dengan badan dan baju yang kotor, rambut berantakan dan selalu menengadahkan tangan minta-minta pada orang yang lalu lalang dengan kalimat standarnya yang memelas “…telung dinten dereng mangan…” (tiga hari belum makan).

Pak Kyai merasa dapat ilham langsung balik ke warung nasi pecel tadi, dengan bergegas dia menyampaikan ke si embok yang tadi melayani dia : “Mbok, mbok, sampeyan lihat tukang ngemis disana itu…?”, si embok menjawabnya : “ Oh Iya pak Kyai, memang pekerjaannya setiap hari disitu ya begitu…”.

Pak Kyai melanjutkan : “Lantas mengapa embok tidak memberinya makan nasi pecel ini ?, nasi pecel disini kan banyak sekali – dia tidak perlu bekerja dengan mengemis setiap hari kalau setiap dia datang ke warung ini embok langsung beri dia makan…!”.

Si mbok kaget dengan saran Pak Kyai ini, dia menjawab : “Pak Kyai ini bagaimana sih !, nasi pecel yang ada di warung ini kan untuk dijual, kok kami malah disuruh memberikan begitu saja ke si pengemis…, mana bisa dia membayarnya ?”.

‘”Ini Dia” pikir Pak Kyai , dia langsung menyampaikan kalimat dakwahnya yang jitu ke si embok : “begitulah Allah mbok, Dia punya apa saja yang embok dan keluarga inginkan …, tetapi mana mau Dia memberikan semua keinginan ke mbok, lha wong mbok nggak mampu membayarnya kok…!”.

Merasa logika Pak Kyai mengenainya, dia mulai tertarik : “Lha terus bagaimana Pak Kyai ? bagaimana kami bisa ‘membeli’ kepada Allah apa yang kami inginkan…”. Dengan senang Pak Kyai menjawab : “Dengan mentaatiNya mbok, mengikuti perintahNya dan menjauhi laranganNya…, ya antara lain kalau Dia memanggil untuk sholat ke surau/masjid – penuhilah panggilanNya, terutama untuk suamimu – karena itu wajib bagi laki-laki”.

Begitulah kita semua, seperti keluarga tukang pecel tadi. Kita sibuk dengan urusan kita, sehingga ketika Allah memanggil (untuk sholat, zakat, menyantuni fakir-miskin, berhijrah untuk kebaikan, berjihad dst…) kita tidak segera meresponnya, tetapi ketika kita berdoa minta kepadaNya – mau kita segera diberiNya – mana bisa begitu ?. Wa Allahu A’lam.

Dongeng dari Tiongkok: Mau punya tetangga musuh atau teman

Pada zaman Tiongkok Kuno ada seorang petani mempunyai seorang tetangga yang berprofesi sebagai pemburu dan mempunyai anjing-anjing yang galak dan kurang terlatih. Anjing-anjing itu sering melompati pagar dan mengejar-ngejar domba-domba petani. Petani itu meminta tetangganya untuk menjaga anjing-anjingnya, tetapi ia tidak mau peduli.

Suatu hari anjing-anjing itu melompati pagar dan menyerang beberapa kambing sehingga terluka parah.

Petani itu merasa tak sabar, dan memutuskan untuk pergi ke kota untuk berkonsultasi pada seorang hakim. Hakim itu mendengarkan cerita petani itu dengan hati-hati dan berkata, “Saya bisa saja menghukum pemburu itu dan memerintahkan dia untuk merantai dan mengurung anjing-anjingnya. Tetapi Anda akan kehilangan seorang teman dan mendapatkan seorang musuh. Mana yang kau inginkan, teman atau musuh yang jadi tetanggamu?” Petani itu menjawab bahwa ia lebih suka mempunyai seorang teman.

“Baik, saya akan menawari Anda sebuah solusi yang mana Anda harus manjaga domba-domba Anda supaya tetap aman dan ini akan membuat tetangga Anda tetap sebagai teman.” Mendengar solusi pak hakim, petani itu setuju.

Ketika sampai di rumah, petani itu segera melaksanakan solusi pak hakim. Dia mengambil tiga domba terbaiknya dan menghadiahkannya kepada tiga anak tetangganya itu, yang mana ia menerima dengan sukacita dan mulai bermain dengan domba-domba tersebut. Untuk menjaga mainan baru anaknya, si pemburu itu mengkerangkeng anjing pemburunya. Sejak saat itu anjing-anjing itu tidak pernah menggangu domba-domba pak tani.


Di samping rasa terimakasihnya kepada kedermawanan petani kepada anak-anaknya, pemburu itu sering membagi hasi buruan kepada petani. Sebagai balasannya petani mengirimkan daging domba dan keju buatannya. Dalam waktu singkat tetangga itu menjadi teman yang baik.

Sebuah ungkapan Tiongkok Kuno mengatakan, “Cara Terbaik untuk mengalahkan dan mempengaruhi orang adalah dengan kebajikan dan belas kasih.” Sama dengan ungkapan Amerika yang mengatakan,” Seseorang bisa menangkap lebih banyak lalat dengan madu dari pada dengan cuka."

Dikutip dari http://www.meandconfucius.com/2010/08/mau-punya-tetangga-musuh-atau-teman.html

Tuesday, December 20, 2011

Jangan hanya berlari, naiklah kuda

Saya amati ada suatu kesamaan pada sebagian orang yang sukses. Mereka bisa sukses karena  tidak hanya mengandalkan kemampuan dirinya sendiri saja. Ibaratnya, mereka tidak hanya berlari, namun naik kuda. Tentu saja mereka bisa melesat lebih kencang dan mencapai jarak yang lebih jauh karena mereka tidak hanya mengandalkan kemampuan sendiri. 

Sepertinya ada sebuah kekuatan yang mendukung mereka sehingga bisa melesat jauh.Kekuatan itu adalah kekuatan sedekah. 

Ambil contoh pengarang Habiburrahman El Shirazy yang sudah melahirkan beberapa buku seperti Ayat Ayat Cinta.  Sejak awal 2007, Habiburrahman menerima royalti dari Penerbit Republika sekitar Rp 120 juta per bulan. Dari royalti yang diperolehnya, ia membangun sebuah Taman Kanak-Kanak Alquran di Salatiga. Tapi, yang lebih utama lagi,  sebagian royaltinya itu dikucurkan untuk `proyek jangka panjang’. Bersama adiknya, Anif Sirsaeba dan budayawan Prie GS, ia merintis sebuah pesantren mahasiswa di Ngaliyan, Semarang. Pesantren Karya Basmallah, begitu namanya.

Di tingkat internasional juga ada pengarang Paulo Coelho. Berbagai karyanya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa. Ternyata, Paulo Coelho juga mempunyai sebuah panti asuhan yang dibiayai dari royalti hasil penjualan buku bukunya.

Di bidang bisnis, di Amerika, kita mengenal Bill Gates, pendiri Micrososft. Dia bersama istrinya mempunyai Bill and Melinda Gates Foundation yang setiap tahunnya memberikan bantuan triliunan rupiah. Juga ada Ford Foundation yang didirikan oleh pengusaha mobil Ford. Mereka semua adalah para dermawan.

Beberapa waktu yang lalu, saya melihat tayangan tausyiah ustadz Yusuf Mansur melalui youtube. Tausyahnya berjudul "Ditolong sedekah" Ustadz Yusuf Mansur bercerita bahwa pada tahun 2003, dia mempunyai hutang sekitar Rp 1 milyar. Sebuah jumlah yang sangat besar. Ustadz Mansur mempunyai naskah 23 buah, yang bila diterbitkan akan menghasilkan uang ratusan juta rupiah. Meskipun hasil dari royalti tersebut lumayan, namun tidak akan cukup untuk menutup hutang hutangnya. Dia putuskan untuk menyedekahkan semua royalti hasil penjualan buku buku karyanya tersebut. Ternyata, sedekah telah memberinya kekuatan sehingga dalam waktu yang tidak lama hutang hutangnya bisa lunas.

Tentunya bukan sedekah biasa yang akan mempunyai kekuatan pendorong yang besar. Perlu sedekah yang besar agar tercipta daya dorong yang besar. Sedekah Rp 1000-2000 dimana penghasilan kita jutaan rupiah, tidak akan mempunyai daya dorong yang kuat. Sedekah Rp 5000, bila itu satu satunya uang yang kita punya, akan mempunyai daya dongkrak yang besar. Namun bila kita punya ratusan ribu rupiah, sedangkan sedelah kita hanya Rp 2500, maka tidak akan ada dampaknya secara bermakna.

Selain perlu besar nominalnya. Sedekah juga perlu diberikan secara rutin (istiqomah). Sedekah besar secara istiqomah, akan mempunyai daya dorong yang besar terhadap kesuksesan hidup kita di dunia dan akhirat.

Tidak percaya? Silahkan coba sendiri. Sedekahkan minimal 10% penghasilan anda dan perhatikan bahwa janji Allah pasti benar.

Monday, December 19, 2011

Koin kuno penyok yang kutemukan tadi pagi


Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya sandang dan pangan.
Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.
Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya. “Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok,” gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank.
“Sebaiknya koin in Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno,” kata teller itu memberi saran. Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya kekolektor. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar.
Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples. esudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang.
Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu. Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.
Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.
Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat itu seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur.
Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, “Apa yang terjadi? Engkau baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?”
Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, “Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi”.
Bila Kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan?
Sebaliknya, sewajarnya kita bersyukur atas segala karunia hidup yang telah Tuhan berikan pada kita, karena ketika datang dan pergi kita tidak membawa apa-apa.
(IslamMuda.com)

Kenapa hari ini tidak kau berikan gelas itu?


Pernah suatu hari Rasulullah SAW pulang dari perjalanan jihad fisabilillah. Beliau pulang diiringi para sahabat. Di depan pintu gerbang kota Madinah nampak Aisyah r.a sudah menunggu dengan penuh kangen. Rasa rindu kepada Rasulullah SAW sudah sangat terasa. Akhirnya Rasulullah SAW tiba juga ditengah kota Madinah. Aisyah r.a dengan sukacita menyambut kedatangan suami tercinta. Tiba Rasulullah SAW dirumah dan beristirahat melepas lelah. Aisyah dibelakang rumah sibuk membuat minuman untuk Sang suami. Lalu minuman itupun disuguhkan kepada Rasulullah SAW. 
Beliau meminumnya perlahan hingga hampir menghabiskan minuman tersebut tiba tiba Aisyah berkata “ Yaa Rasulullah biasanya engkau memberikan sebagian minuman kepadaku tapi kenapa pada hari ini tidak kau berikan gelas itu?”. Rasulullah SAW diam dan hendak melanjutkan meminum habis air digelas itu. Dan Aisyah bertanya lagi, Yaa Rasulullah biasanya engkau memberikan sebagian minuman kepadaku tapi kenapa pada hari ini tidak kau berikan gelas itu?”Akhirnya Rasulullah SAW memberikan sebagian air yang tersisa di gelas itu Aisyah r.a meminum air itu dan ia langsung kaget terus memuntahkan air itu.Ternyata air itu terasa asin bukan manis. Aisyah baru tersadar bahwa minuman yang ia buat dicampur dengan garam bukan gula. Kemudian Aisyah r.a langsung meminta maaf kepada Rasulullah.
Itulah sebagian dari banyaknya kemuliaan akhlak Rasulullah SAW. Dia memaklumi kesalahan yang dilakukan oleh istrinya, tidak memarahinya atau menasihatinya dengan kasar. Rasulullah SAW memberi kita teladan bahwasanya akhlak yang mulia bisa kita mulai dari lingkungan terdekat dengan kita. Sebuah hadits menyebutkan, “ Lelaki yang paling baik diantara kalian adalah yang paling baik akhlaknya kepada istrinya”. Semoga kita diberi taufik untuk bisa meneladani akhlak Rasulullah SAW
Dikutip dari: http://kisahislami.com/kenapa-pada-hari-ini-tidak-kau-berikan-gelas-itu/

Amr Bin Jamuh, meskipun pincang....


Tokoh dari Bani Salamah ini memiliki empat orang putra yang semua pemuda pemuda gagah berani yang selalu siap siaga dalam setiap menyambut seruan jihad dari Rasulullah SAW. ia merasa kecewa karena cacat kaki yang menjadikan ia pincang menjadikan ia gagal meraih kemulian sebagai ahlul Badar. Ia tidak bisa ikut perang Badar karena tidak lolos seleksi dari Rasulullah SAW. Beliau SAW memberi rukhsoh kepada mereka yang cacat untuk tidak ikut berangkat perang dan bisa digantikan oleh anggota keluarga lain seperti anak laki laki yang cukup umur atau budak laki laki yang bisa mengangkat senjata atau membawa perbekalan perang. Padahal ia telah menyiapakan segala sesuatunya dengan matang untuk bisa melengkapi tiga ratus tiga belas orang lainnya menuju medan Badar, tapi apa mau dikata Rasulullah SAW dengan tegas melarang ia untuk keluar Madinah. Dan ia harus taat kepada Rasulullah SAW. sebagai gantinya maka anak anaknya adalah pemuda pemuda yang menyumbang andil besar bagi kemenangan kaum muslimin di Badar. Orang tua yang pincang itu adalah Amr bin Jamuh r.a
Lain Badar lain pula dengan Uhud. Semenjak tidak ikut dalam peperangan Badar. Kesedihan selalu menghinggapi Amr bin Jamuh, ia telah bertekad untuk meraih syahid di medan jihad. Ia akan merayu Rasulullah SAW dengan segala cara dan upaya untuk diijinkan ikut berperang bila telah tiba seruan itu.
Kini telah tiba berhembus aroma syurga dari Uhud dan seruan berperangpun telah disampaikan kepada kaum muslimin. Amr bin Jamuh r.a lalu pergi menemui Nabi saw memohon kepadanya agar diijinkan turut berperang, ia berkata “Ya Rasulallah, putra-putraku bermaksud hendak menghalangiku pergi berperang bersama anda. Demi Allah, aku amat berharap kiranya dengan kepincanganku ini aku dapat merebut surga”·
Karena permintaannya yang amat sangat, Nabi saw memberinya ijin untuk turut. Maka diambilnya alat-alat senjatanya, dan dengan hati yang diliputi oleh rasa puas dan gembira, ia berjalan berjingkat-jingkat. Kemudian mari kita dengar doanya yang sangat masyhur sebagi salah satu ahli syahid medan Uhud, ia berdoa “Ya Allah, berilah aku kesempatan untuk menemui syahid, dan janganlah aku dikembalikan kepada keluargaku!”
Allah telah mengatur setiap urusan manusia. Demikian juga dengan dua pasukan yang telah saling berhadapan di bawah bukit Uhud. Perang berkecamuk dengan sengit. Teriknya matahari makin menambah peluh dan kelelahan diantara dua pasukan. Pasukan kaum muslimin terus mendesak mundur pasukan Quraisy sebelum akhirnya mereka dibuat terkejut oleh pasukan berkuda Khalid bin Walid yang waktu itu belum masuk Islam berhasil menguasai Bukit Uhud yaitu tempat paling strategis untuk menyerang musuh dengan anak panah. Pasukan kaum muslimin kehilangan ritme perjuangan sehingga bisa didesak mundur.
Hal itu tidak membuat Amr bin Jamuh bersama keempat putranya menyusut keberaniannya, mereka maju ke depan menebaskan pedangnya kepada tentara penyeru kesesatan dan pasukan syirik.
Di tengah-tengah pertarungan yang hiruk pikuk itu Amr melompat , dan sekali lompat pedangnya menyambar satu kepala dari kepala-kepala orang musyrik. Ia terus melepaskan pukulan-pukulan pedangnya ke kiri ke kanan dengan tangan kanannya, sambil menengok ke sekelilingnya, seolah-olah merrgharapkan kedatangan Malaikat dengan secepatnya yang akan menemani dan mengawalnya masuk syurga.
Memang ia telah memohon kepada Allah agar diberi syahid dan ia yakin bahwa Allah SWT pastilah akan mengabulkannya. Dan ia rindu, amat rindu sekali untuk berjingkat dengan kakinya yang pincang itu dalam surga, agar ahli surga itu sama mengetahui bahwa Muhammad Rasulullah saw itu tahu bagaimana caranya memilih shahabat dan bagaimana pula mendidik dan menempa manusia.
Dan apa yang ditunggu-tunggunya itu pun tibalah, suatu pukulan pedang yang berkelebat menghantarkannya ke tempat paling indah yang selama ini ia impikan. Pukulan itu begitu keras hingga ia tidak bisa bangun lagi dan melanjutkan perjuangan karena ia kini akan melanjutkan perjalanan menuju syurga.
Dan tatkala Kaum Muslimin memakamkan para syuhada mereka, Rasulullah SAW memerintahkan kepada kaum muslimin tentang apa yang mesti dilakukan terhadap jasad Amr bin jamuh “ Perhatikanlah, kuburkanlah jasad Abdullah bin Amr bin Haram dan Amr bin Jamuh di makam yang satu, karena selagi hidup mereka adalah dua orang shahabat yang setia dan saling berkasih sayang”
Demikian indah kehidupan Amr bin Jamuh. Dengan kaki pincang itu ia telah meraih puncak kenikmatan di taman taman syurga.

Saturday, December 17, 2011

Cara Allah Menolong Hamba-Nya

Ketika sebuah kapal pecah, seorang penumpangnya selamat. Dia terdampar sendirian di sebuah pulau kecil terpencil yang tidak berpenghuni.

Penumpang yang selamat tersebut kemudian sholat dan berdoa banyak banyak, agar agar Allah SWT berkenan menolongnya. Tak henti hentinya pandangannya diarahkan ke laut, namun pertolongan tak kunjung datang juga.

Akhirnya setelah  bosan menanti dipinggir pantai, dia mulai membuat rumah rumahan dari ranting dan semak kering yang bisa dia temukan. Akhirnya jadilah sebuah pondok kecil yang bisa melindunginya dari sengatan terik matahari. Di pondok itu dia bisa beristirahat dan menyimpan buah buahan yang dia kumpulkan.

Pada suatu hari, ketika dia sedang pergi mencari makan, pondoknya terbakar habis. Asapnya menjulang tinggi keangkasa. Ketika dia pulang, pondoknya sudah tinggal sebagai tumpukan arang yang masih mengeluarkan asap tebal. Dia merasa segalanya sudah habis, tidak ada lagi yang tersisa.

Dia terpaku diam dengan penuh kekesalan dan kesedihan. "Ya Allah mengapa Engkau biarkan semua ini terjadi" katanya berulang ulang. Dia merasa bahwa segalanya sudah hancur.


Keesokan harinya, dia terbangun karena mendengar suara sebuah kapal yang mendekati pulau tersebut. Kapal tersebut ternyata datang ke pulau untuk menolong dirinya.

"Bagaimana kalian tahu kalau aku ada disini dan membutuhkan pertolonganmu?" tanya penumpang yang terdampar tersebut.

"Kami melihat tanda berupa asap yang membubung" kata sang awak kapal.

Memang kalau sesuatu hal yang tidak kita inginkan terjadi, kita sering kecewa. Padahal, mungkin itu "cara Allah" menolong kita.

Ada kisah lain yang serupa yang diceritakan oleh Ustadz Yusuf Mansur.

 Ada seorang penjual nasi yang tidak cukup punya uang untuk membayar perpanjangan kontrakan warungnya. Dia sedekahkan uang yang sudah dia tabung (namun tidak mencukupi untuk membayar uang kontrakan). Dia tunggu tunggu datangnya pertolongan Allah, namun tidak kunjung datang juga. Penjual nasi tersebut akhirnya harus pindah dari rumah kontrakan. Dia kemudian membuka tenda warung nasi di dekat penampungan pengungsi Lapindo.

Ternyata lewat cara itulah pertolongan Allah datang. Dia mendapat kontrakan untuk menyediakan nasi bungkus bagi ribuan pengungsi. Dari situ, dia malahan bisa membeli rumah.

Friday, December 16, 2011

Kisah Ali Zainal Abidin


Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.
“Allahu Akbar!” suara lelaki itu mengawali shalatnya.
Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do’a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.
Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.

“Rupanya malam sudah larut…,”bisiknya.
Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.
“Alhamdulillah…, harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,”kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.
Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.
“Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!” seru orang yang mendapat jatah makanan.
“Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!” sambut yang lainnya.
Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.
“Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!” kata orang miskin ketika pagi tiba.
“Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong…,” timpal seorang temannya.
Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.
Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?
Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.
Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!
“Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak…,” orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.
Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. “Ayo cepat! Mana uangnya?!” gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.
“Aku…aku…,” Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.
“Siapa kau?!” tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.
“Ampun, Tuan….jangan siksa saya…saya hanya seorang budak miskin…,”katanya ketakutan.
“Kenapa kau merampokku?” Tanya Ali kemudian.
“Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan,” sahutnya dengan wajah pucat.
Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.
“Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat…”
“Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?” kata Ali.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.
“Sekarang pulanglah!” kata Ali.
Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.
“Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah…saya berjanji tidak akan mengulanginya,” kata orang itu penuh sesal.
Ali tersenyum dan mengangguk.
“Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun.” Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.
“Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini…,” kata Ali sebelum orang itu pergi.” Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku,” sambung Ali.
Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.
Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.
Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.
“Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?”
“Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah,” kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.
Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.
Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo’a,” Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.