Tuesday, February 28, 2012

Memberi itu membahagiakan

Pada suatu hari, dua orang anak muda yang bersahabat berjalan-jalan kesuatu desa. Meskipun usianya hampir sama, salah seorang diantaranya kelihatan lebih dewasa dibanding satunya. Sepertinya mereka sedang liburan dan berjalan-jalan ke sebuah desa dipinggir kota.

Ketika sampai dipinggir sawah mereka melihat sebuah celana panjang dan sepasang sepatu yang sudah kelihatan agak usang diletakkan dipinggir jalan. Sangat jelas, celana panjang dan sepatu tersebut milik seorang miskin. Sang empunya sepatu sedang turun kesawah dan meninggalkan celana panjang dan sepatunya disitu agar tidak terkena lumpur.

"Dari pada cuman jalan jalan tidak karuan. Mari kita sembunyikan celana dan sepatu tersebut. Kita lihat bagaimana reaksi orang yang punya.": kata satunya kepada temannya. Rupanya, salah satu anak muda tersebut sudah mulai bosan dan ingin menggoda petani miskin yang meninggalkan celana panjang dan sepasang sepatunya dipinggir sawah.

Temannya menjawab: "Akan lebih asyik kalau kita letakkan uang Rp 5000 dimasing-masing sepatu tersebut. Kita lihat bagaimana reaksi petani tersebut ketika mendapat uang tidak terduga": kata teman satunya. Akhirnya, mereka meletakkan uang 2 lembar uang Rp5000 disetiap sepatu  tersebut dan kemudian bersembunyi untuk mengamati reaksi petani miskin ketika mendapat rezeki tak terduga.

Tidak berapa lama, terlihat seorang petani kurus keluar dari persawahan menuju tempat dia meletakkan sepatu dan celana panjangnya.  Ketika memakai sepatu, sang petani merasakan ada sesuatu yang mengganjal dikakinya. Setelah diamati ternyata ada uang Rp. 5000. Lebih kaget lagi ternyata ketika tahu ada uang Rp 5000 dikedua sepatunya. Sang petani terlihat memandang sekelilingnya untuk melihat siapakah yang telah meletakkan uang disepatunya. Ketika dia tidak menemukan ada orang yang meletakkan uang tersebut disepatunya, sang petani kemudian terlihat berlutut dan mengangkat tangannya dan berdoa kepada Allah. Terlihat sang petani sangat bersyukur atas rezeki tak terduga yang diterimanya.

Dibalik kerimbunan pepohonan kedua anak muda juga kelihatan berbahagia. Mereka berbahagia karena sudah bisa menolong orang yang sedang kesusahan.Ternyata sedekah membuat sang pemberi juga merasa bahagia.

Coba amati foto diatas. Sang pemberi terlihat lebih bahagia dibandingkan orang yang menerima pemberian.

Monday, February 27, 2012

Menjangkau yang belum terjangkau


Ibu Umiyati

Pada saat ini, cukup banyak keluarga miskin yang tidak mempunyai kartu jamkesmas. Untuk membiayai pengobatan penyakit ringan, sebagian besar dari mereka masih bisa mengatasinya. Namun bila diharuskan menjalani operasi atau pengobatan yang memerlukan biaya besar, keluarga miskin tanpa jamkesmas akan kewalahan. Mereka memerlukan bantuan agar bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang memang benar benar dibutuhkannya.
Salah satu contohnya adalah (almarhumah) ibu Umiyati dari desa Krendetan, Bagelen, Purworejo yang menderita hernia  di perutnya sejak 12 tahun yang lalu. Suaminya, Pak Suradi adalah seorang tukang becak. Sejak 8 tahun lalu mereka berusaha mendapatkan jamkesmas namun selalu ditolak. Dengan bantuan#Sedekah Rombongan, Ibu Umiyati dibawa ke Yogya untuk berobat. Meskipun operasi berjalan dengan baik dan Ibu Umiyati sempat sadar dan berbincang bincang dengan keluarganya, namun pada tanggal 16 Februari 2012, beliau meninggal dunia.
Terinspirasi oleh kisah Bu Umiyati, dengan mengucap bismillah, Klinik Umiyah akan mencoba menjadi jembatan antara berbagai pihak, yaitu pasien dhuafa, dermawan dan relawan yang ingin beramal, dan rumah sakit umum/ swasta.
Klinik Umiyah akan bekerja sama dengan relawan untuk mengidentifikasi pasien dhuafa yang membutuhkan pertolongan. Pasien akan dibawa ke Klinik Umiyah untuk mendapatkan pertolongan awal (rawat jalan atau rawat inap).  Selama dirawat sementara, Klinik Umiyah akan membantu keluarga pasien untuk mendapatkan keringanan biaya berobat dan mencari dukungan dana dari para dermawan (dermawan perseorangan, lembaga amil zakat, dll). Klinik Umiyah akan menggalang dana lewat berbagai jalur, misalnya lewat website, FB, mengkontak pemda, lembaga amil zakat, dll. Setelah tersedia dana, Klinik Umiyah akan merujuk pasien tersebut ke rumah sakit yang mampu menangani penyakitnya. Pasien dhuafa tersebut akan dirujuk ke rumah sakit yang mampu menangani pasien secara medis dan juga bersedia memberi keringanan biaya. Bila bisa ditangani di Purworejo, maka perawatan pasca operasi juga akan ditangani oleh Klinik Umiyah. Bila pasien tidak memerlukan operasi, pasien yang dirawat di Klinik Umiyah akan dikonsultasikan ke dokter spesialis yang ada di Purworejo.
Demikian proposal Klinik Umiyah. Semoga Allah swt berkenan meridloi dan menggerakkan semua pihak sehingga rencana ini bisa terlaksana. amin

Sunday, February 26, 2012

Berhentilah mengeluh

Bila anda merasa tidak bahagia, lihatlah mereka yang sedang kebanjiran atau tertimpa bencana

baby floating in flood

Bila anda merasa gaji kecil, lihat nasib bocah kecil ini

child begging

Bila anda merasa tidak punya teman, lihat kawan satu ini....hanya ditemani seekor anjing dan sepucuk surat...
man reading letter with dog


Bila anda mulai putus asa, perhatikan kakek yang hanya punya satu kaki
no leg man teaching bicycle ride


Bila kita merasa kerja kita terlalu berat, bandingkan hidup anda dengan kawan satu ini
man carrying heavy load


Bila kita mengeluh jalanan macet, bandingkan dengan kehidupan mereka yang harus menyeberang diatas jembatan rusak
broken bridge

Bila kita masih harus mencari sesuap nasi setelah pensiun, apakah pekerjaan kita lebih berat dibanding yang dikerjakan ibu ini ?

old woman suffering
Berhentilah mengeluh, syukurilah apa yang ada


 

Friday, February 24, 2012

Psikologi positif: 3 jalur kebahagiaan

Tal  Ben Shahar
Di Harvard University ada seorang dosen yang sangat populer. Kelasnya selalu penuh oleh mahasiswa sehingga dia harus mengajar di auditorium. Ruang kelas biasa tidak cukup menampung seluruh mahasiswa yang ingin mengikuti kuliahnya. Pofesor tersebut adalah Tal Ben Shahar yang mengajar psikologi positif. Psikologi yang tidak membahas tentang depresi atau gangguan kepribadian, tetapi tentang kebahagiaan dan kesuksesan. Dengan membayar $99, anda akan dapat mengikuti kuliah Positive Psychology 101: The Science of Happiness secara online
Menurut Profesor Martin Seligman, dari University of Pennsilvania ada 3 jalur kebahagiaan. Jenis pertama adalah kebahagiaan model Hollywood, yaitu kebahagiaan yang didapat karena seseorang mempunyai atau mendapatkan banyak kesenangan. Orang yang hidupnya gembira, banyak tertawa adalah jenis kebahagiaan model ini. Menurut Prof Seligman, kebahagiaan jenis ini bersifat superficial (dangkal).
Kebahagiaan jenis kedua adalah kebahagiaan yang didapat karena seseorang mempunyai kehidupan yang baik (good life atau bahasa latinnya eudomonia). Kebahagiaan jenis ini dicapai karena seseorang hidup dengan memanfaatkan keunggulannya. Misalnya: seorang peneliti yang bekerja sesuai panggilan jiwanya sebagai peneliti. Peneliti tersebut bisa bekerja dalam proyek penelitian tanpa terasa, sepertinya waktu berlalu sangat cepat karena orang tersebut “hanyut” dalam pekerjaannya. Seseorang yang mempunyai keunggulan dalam berkomunikasi, dia sangat asyik bila bekerja dibidang komunikasi. Hidupnya berbahagia karena dia hidup dalam bidang yang sesuai dengan bakat dan kesenangannya.
Kebahagiaan jenis ketiga adalah kebahagiaan karena mempunyai kehidupan yang berarti (meaningful life). Dalam kehidupan yang berarti seseorang melakukan sesuatu untuk sesuatu tujuan yang besar, lebih besar dari dirinya. Menurut Aristoteles, kehidupan yang berarti banyak ditemui di dunia politik dan pendidikan. Presiden Indonesia pertama, Ir Soekarno, tidak mengejar kesenangan sendiri. Soekarno rela ditahan dan dibuang karena memperjuangakan kemerdekaan Indonesia. Begitu pula dengan Nelson Mandela, dia tahan dipenjara selama 27 tahun karena memperjuangkan pembebasan Afrika Selatan dari diskriminasi rasial. Banyak guru yang menjadi guru sesuai dengan panggilan jiwanya, meskipun hidup sederhana, tetap berbahagia karena mereka melakukan sesuatu pekerjaan yang luhur. Kebahagiaan yang dicapai dengan menjalani maningful life merupakan kebahagiaan yang tertinggi.

Monday, February 20, 2012

Menggali sumber dana bagi organisasi nirlaba

Masalah keuangan merupakan salah satu permasalahan yang banyak menyerang organisasi nirlaba. Agar bisa tetap hidup dan berkembang, organisasi nirlaba perlu mempunyai sumber dana yang mencukupi. Untuk itu, langkah pertama adalah mengenali 10 model pembiayaan bagi organisasi nirlaba.
  1. Sumber dana dari sumbangan anggota masyarakat yang tersentuh hatinya oleh misi organisasi nirlaba tersebut. Misalnya: banyak ibu ibu yang akan tergerak untuk menyumbang bagi pencegahan dan penyembuhan kanker payu dara.Untuk lebih jelasnya silahkan klik disini
  2. Sumber dana berasal dari anggota kelompok atau organisasi tersebut. Misalnya majlis taklim yang keuangannya berasal dari sumbangan anggotanya.
  3. Sumber dana berasal dari "penerima manfaat dimasa lalu".Misalnya, sebuah universitas yang untuk membuat suatu gedung disumbang oleh para alumninya.
  4. Sumber dana dari penyumbang kelas kakap. Sering penyumbang kelas kakap tersebut adalah pendiri atau pengurus organisasi nirlaba tersebut. Misalnya Sekolah Darurat Kartini di Jakarta Utara yang didirikan oleh ibu kembar atau Sekolah Kami yang mendidik anak para pemulung.
  5. Sumber dana berasal dari program pemerintah. Misalnya rumah bersalin yang mendapat dana dari program jampersal (jaminan persalinan gratis oleh pemerintah).
  6. Sumber dana karena berfungsi sebagai pembaharu kebijakan. Ini belum lazim di Indonesia. Misalnya bila sebuahorganisasi nirlaba mampu menempatkan dokter kedaerah daerah terpencil, kemudian pemerintah mau membiayai program tersebut karena program penempatan dokter ke daerah oleh pemerintah kurang berhasil.
  7. Model pembiayaan sebagai beneficiary broker. Organisasi nirlaba tersebut  menjadi perantara dalam mempertemukan penduduk yang memenuhi persyaratan dengan sumber dana program pemerintah. Misalnya: di Amerika ada subsidi sewa rumah bagi masyarakat miskin. Fungsi organisasi nirlaba tersebut adalah membantu masyarakat yang memerlukan subsidi sewa rumah agar bisa mendapatkan subsidi dari pemerintah tersebut.
  8. Sumber dana berupa sumbangan barang bekas atau bahan makanan. Misalnya selama ada bencana karena meletusnya Merapi, ada organisasi nirlaba yang bertugas mengumpulkan dan menyalurkan bantuan berupa bahan makanan, selimut, pakaian, dll.
  9. Model pembiayaan sebagai pembuat pasar (market maker). Disini organisasi nirlaba mendapat sumbangan berupa uang yang kemudian dipakai oleh organisasi nirlaba untuk membayar biaya pelayanan kesehatan (atau biaya sekolah, dll) dari orang orang miskin yang membutuhkan. 
  10. Model pembiayaan local nationalizer. Organisasi nirlaba membuat program berskala nasional namun dukungan dananya berasal dari masyarakat lokal. Contohnya adalah program pembibitan penghafal Al Quran yang dimotori oleh Ustadz Yusuf Mansur. Rumah tahfidz yang ada didaerah daerah sebagian besar dibiayai oleh masyarakat lokal.
Organisasi yang anda kelola teramsuk model yang mana? 


Model pembiayaan organisasi nirlaba: dukungan anggota

Ketersediaan sumber dana merupakan salah satu kendala kronis bagi organisasi nirlaba yang memerlukan pemecahan yang berbeda dengan organisasi komersial. Pada organisasi komersial, konsumen dan yang mendapat manfaat dari perusahaan tersebut adalah sama. Bila kita beli mobil, kita yang mendapat manfaat dan kita juga yang harus membayarnya. Agar bisa hidup dan berkembang, organisasi komersial cukup memfokuskan pelayanannya pada konsumennya.
Hal ini berbeda dengan organisasi nirlaba. Sesuai dengan sifatnya yang tidak mencari untung, maka orang yang mendapat manfaat dari organisasi nirlaba belum tentu sama dengan orang yang menjadi pendukungnya. Bahkan, orang yang tidak mendapat manfaatpun banyak yang bersedia memberi dukungan dana. Sebagai contoh, Klinik Umiyah merupakan klinik yang yang khusus melayani masyarakat dhuafa yang membayar biaya pengobatan secara sukarela (dengan memasukkan ke kotak infaq yang tertutup). Para pendukung dananya adalah adalah para dermawan yang tergerak hatinya dan bersedia bersedekah.
Menurut William Lander Foster, Peter Kim dan Barbara Christiansens dalam artikelnya “Ten Nonprofit Funding Models” , agar organisasi nirlaba dapat menggalang dana sesuai kebutuhannya, diperlukan penentuan model pembiayaan yang sesuai dengan jenis organisasi nirlaba tersebut.
Salah satu model pembiayaan orgnaisasi nirlaba adalah: member motivator. Organisasi nirlaba model ini mendapatkan sebagian besar dananya dari anggota yang mendapat manfaat dan dilayani oleh organisasi tersebut. Sebagai contoh adalah organisasi atau perkumpulan majlis taklim. Kegiatan majlis taklim sebagian besar dananya berasal dari anggotanya. Majlis taklim asuhan kyai kondang, seperti ustadz Arifin Ilham, Yusuf Mansur, dan ustadz kondang lainnya akan dengan mudah menggalang dana dalam jumlah cukup banyak. Namun, dilain pihak, majlis taklim kecil dikampung akan kesulitan menggalang dana. Contoh organisasi nirlaba lainnya dengan model penggalangan dana seperti ini adalah: Harley Davidson Club.
Agar bisa menggalang dana dengan baik, organisasi nirlaba yang mengandalkan dukungan anggotanya perlu memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut: (a) anggota harus merasakan adanya manfaat langsung (baik secara sendiri-sendiri atau secara bersama) dari organisasi tersebut, (b) mampu mengajak dan memobiliasi dana dari para anggota, (c) tetap setia dengan kebutuhan dan keinginan anggota.
Organisasi nirlaba yang anggotanya tidak banyak dan tidak mempunyai kemampuan finansial yang kuat perlu mencari model pembiayaan lainnya.

Sunday, February 19, 2012

Model pembiayaan organisasi nirlaba: dukungan orang orang yang sehati


Masalah ketersediaan dana merupakan salah satu masalah kronis bagi organisasi nirlaba. Hal ini terjadi karena orang yang mendapat manfaat dari organisasi nirlaba sering berbeda dengan penyandang danannya. Contohnya yang jelas adalah Klinik Umiyah. Klinik Umiyah melayani pasien dhuafa yang hanya membayar seikhlasnya. Kekurangan dana ditutup oleh para dermawan yang sebenarnya tidak mendapat manfaat secara langsung.
Agar bisa sukses dalam menggalang dana, organisasi nirlaba perlu mengidentifikasi sumber dana yang sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikannya. William Landes Fosters, Peter Kim dan Barbara Christiansens mengidentifikasi 10 model pembiayaan organisasi nirlaba. Agar berhasil, misi organisasi nirlaba harus sesuai dengan model pembiayaan yang dikembangkannya.
Model pertama adalah model heartfelt connectors. Dalam model ini, organisasi nirlaba didukung oleh sekelompok sukarelawan yang giat menggalang dana. Dana disumbangkan oleh orang orang yang tersentuh hatinya. Tugas para sukarelawan tersebut adalah membuat  kegiatan penggalangan dana (fundraising events) dan membuat jaringan dengan orang yang sehati dengan misi organisasi nirlaba tersebut. Disini, para penyumbang tidak mempunyai kesamaan agama atau kedaerahan, namun mereka menyumbang karena misi organisasi tersebut menyentuh hatinya.
Contohnya adalah Yayasan Susan G Komen yang bergerak dibidang penyuluhan, skrining (deteksi dini), dan pengobatan kanker payu dara. Yayasan Susan G Komen didirikan tahun 1982 di Amerika. Yayasan tersebut hanya dikelola oleh sekitar 125 sukarelawan, namun mereka didukung oleh jutaan penyandang dana perorangan yang rata rata hanya menyumbang sekitar $ 33. Penyandang dana tersebut adalah jutaan ibu ibu yang sehati dengan misi organisasi nirlaba tersebut.  Para ibu adalah orang orang yang mudah tersentuh hatinya dengan misi penanggulangan kanker payudara. Pada tahun 1997 Susan G Komen Foundation mampu menggalang dana sebesar $ 47 juta (sekitar Rp 400 milyar) dan pada tahun 2007 naik menjadi $ 334 juta.
Organisasi nirlaba yang cocok dengan model pembiayaan heartfelt connectors, perlu memenuhi kriteria sebagai berikut: (a) ada cukup banyak orang (individu) dari berbagai kalangan yang bersedia mendukung misi organisasi, (b) mampu menyampaikan misi organisasi dalam suatu pesan yang efektif dan sederhana sehingga bisa menyentuh hati banyak orang yang tersebar di berbagai kalangan tersebut, (c) mempunyai kemampuan untuk menjangkau para calon penyandang dana tersebut.
Apakah organisasi nirlaba yang anda kelola sesuai dengan model ini? Bila tidak, tunggu artikel berikutnya yang akan membahas model pembiayaan lainnya.

Friday, February 17, 2012

Tingkat-tingkatan ikhlas.

Saya kira hampir semua orang tahu bahwa bila seseorang berbuat baik karena riya atau karena ingin mendapat popularitas, maka kebaikan tersebut tidak ada nilainya dimata Allah. Semua kebaikan harus diniatkan karena Allah semata. Bila seseorang berbuat baik karena riya, maka hanya pujian dan popularitas didunia yang didapat. Diakhirat mereka tidak mendapat apa apa.
Keikhlasan seorang ahli ibadah
Bagaimana dengan seseorang yang berbuat kebaikan karena ingin mendapat balasan kebaikan didunia dan diakhirat dari Allah? 
Sebagai contoh. Ada seseorang yang bersedekah kepada anak yatim tetangga rumahnya sebesar Rp. 200.000 dengan keinginan agar Allah berkenan melapangkan rezekinya. Tidak ada niat sedikitpun dihati orang tersebut untuk mendapat pujian, bahkan ucapan terima kasih dari si anak yatim (keluarganya). Orang tersebut sudah bebas dari riya, ujub dan sum'ah. Orang tersebut paham betul bahwa Allah yang melapangkan dan menyempitkan rezeki. Orang tersebut juga paham adanya ayat ayat Al Quran dimana Allah berfirman bahwa Allah akan memberi balasan berlipat ganda atas kebaikan yang dia lakukan. Dengan berbuat baik (bersedekah), orang tersebut menginginkan agar Allah berkenan mengabulkan doanya (agar diberi keluasan rezeki). Dia hanya mengharapkan Allah membalasnya sesuai dengan firman-Nya dalam Al Quran.

“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya.” (Q.s. al-An’am: 160).
“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar dzarrah, dan jika ada kebajikan sebesar dzarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.” (Q.s. an-Nisa’: 40).
Kerana itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Q.s. Ali ‘Imran: 148).
“Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat itu lebih baik, dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa.” (Q.s. an-Nahl: 30).
“Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki mahupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.s. an-Nahl: 97).
Menurut saya pribadi yang awam, berbuat baik dengan mengharap balasan kebaikan di dunia itu sah sah saja. Itu adalah tingkat keikhlasan seorang abrar.
Lebih baik lagi bila berbuat baik dengan mengharapkan pahala di akhirat. Di zaman nabi, banyak yang berjihad dan kemudian mati syahid. Mereka berjihad dengan mengharapkan surga sesuai dengan firman Allah dalam Al Quran
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman akan jiwa mereka dan harta benda mereka dengan (balasan) bahawa mereka akan beroleh Syurga, (disebabkan) mereka berjihad dijalan Allah maka (di antara) mereka ada yang membunuh dan terbunuh. (Balasan Syurga yang demikian ialah) sebagai janji yang benar yang ditetapkan oleh Allah di dalam (Kitab-kitab) Taurat dan Injil serta Al-Quran; dan siapakah lagi yang lebih menyempurnakan janjinya daripada Allah? Oleh itu, bergembiralah dengan jualan yang kamu jalankan jual-belinya itu, dan (ketahuilah bahawa) jual-beli (yang seperti itu) ialah kemenangan yang besar" (At Taubah ayat 111).
Apakah kita berani bilang bahwa mereka berjihad secara tidak ikhlas?

Bagi orang awam seperti saya, bila kita sedekah tanpa mengharapkan apa apa (ikhlas 100% menurut istilah kita), paling banyak kita bersedekah Rp 1000  kepada pengemis. Namun bila kita mengharapkan balasan dari Allah, maka kita akan berani bersedekah sebuah rumah atau mobil. Bahkan banyak orang berani bersedekah jiwanya (berjihad) dengan mengharapkan surga.

Tingkat ikhlas orang muhibbin.

Ikhlas yg kedua adalah beramal karena Allah dengan maksud mengagungkan-Nya. Jadi amal yang bukan karena mengharap pahala dan bukan karena takut akan siksaNya. sebagai mana pernah diungkapkan oleh rabi’atul al-addawiyah “saya tidak menyembah kepada-Mu karena takut neraka dan tidak pula mengharapkan surga. akan tetapi saya menyembah kepada-Mu semata – mata untuk mengagungkan-Mu”.
Kedua tingkatan iklas diatas itu merupakan amal perbuatan yg masih disandarkan kepada dirinya sendiri.

Tingkat ikhlas orang makrifat.

Ikhlas yg ketiga adalah mengerti bahwasannya Allah-lah yg menggerakkan dan mendiamkan dirinya. sebab pada haqiqatnya manusia sama sekali tiada mempunyai daya kekuatan melainkan karena izin Nya semata (la khaula Wala Quata Ila Billah).sehingga terciptalah kepasrahan yang mutlak tanpa alasan pribadi dan diri ego yang terlintas. nafasnya untukNya, detak jantung, desir pikiran yang mebisik, tiap langkah, tiap kata, tak ada yang mengikuti hawa nafsu, sebuah kepasrahan total yang menciptakan cahaya kehidupan.

Tingkat ikhlas seorang makrifat tahu bahwa niatnya berbuat baik adalah diilhamkan oleh Allah, dengan harta yang diberikan Allah, dan terlaksana karena Allah.

Mari kita mulai berbuat baik secara bertahap. Kita coba dengan bersedekah 10% penghasilan sesuai dengan tingkat ikhlas ahli ibadah. setelah 1-2 tahun, kemudian kita tingkatan sedekah menjadi 20% penghasilan hingga 30% penghasilan. Setelah itu, kita tingkatkan keikhlasan kita ke tingkat orang muhibbin dan akhirnya ke tingkat orang makrifat.

Tirto Jiwo, membantu pemulihan gangguan jiwa

 

Prof John Forbes Nash
Penderita gangguan jiwa berat bisa pulih. Mereka bisa kembali ke masyarakat, bekerja dan hidup normal sebagaimana masyarakat pada umumnya. Salah satu contohnya adalah Dr John Forbes Nash yang meskipun menderita schizophrenia, bisa pulih kembali bekerja dan bahkan menerima hadiah Nobel.
Hanya saja, proses pemulihan tersebut tidak selalu berjalan lurus dan lancar, kadang ada proses naik turunnya. Agar proses pemulihan berjalan dengan baik, diperlukan dukungan dari berbagai pihak, utamanya dukungan dari keluarga (atau orang dekat), tenaga kesehatan, kawan sesama penderita gangguan jiwa dan masyarakat sekitar.
Pada saat ini, sebagian besar penderita gangguan jiwa di Indonesia tidak mendapat dukungan yang memadai. Mereka hanya minum obat dan kontrol ke dokter ahli jiwa sekali atau dua kali dalam sebulannya. Selepas itu, proses pemulihan hanya ditangan keluarganya, yang sering tidak mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk mendukung proses pemulihan.
Saat ini kami sedang membangun Tirto Jiwo di desa Kalinongko, Purworejo diatas lahan seluas 2500 m2. Tirto Jiwo nantinya akan menjadi sebuah panti sosial yang mempunyai misi mendukung proses pemulihan penderita gangguan jiwa untuk kembali berkarya di masyarakat. Peserta program Tirto Jiwo adalah para penderita gangguan jiwa berat yang telah keluar dari rumah sakit jiwa dan sedang berobat jalan. Tirto Jiwo tidak menerima peserta gangguan jiwa berat yang tidak dalam pengobatan dokter ahli jiwa.
Di Tirto Jiwo, masing masing peserta akan mendapat dukungan dan pelatihan sesuai dengan tingkat pemulihannya. Program pemulihan Tirto Jiwo antara lain meliputi kegiatan: penguatan mental spiritual, melakukan dan belajar kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis (berternak, berkebun, kerajinan tangan), kegiatan sosial (sedekah nasi bungkus, merawat masjid/ rumah janda miskin), serta olah raga dan kegiatan kesenian. Di Tirto Jiwo, peserta program juga akan dibimbing agar mulai belajar untuk bisa mandiri secara finansial.
Program pemulihan di Tirto Jiwo disusun fleksibel (tidak kaku), sesuai kebutuhan dan kesempatan masing masing peserta. Peserta bisa tinggal di Tirto Jiwo selama beberapa minggu hingga beberapa bulan. Hanya perlu diingat bahwa proses pemulihan biasanya berlangsung cukup lama (lebih dari sebulan) dan berkelanjutan. Bila peserta hanya bisa tinggal di Tirto Jiwo selama sekitar 1-2 minggu, maka diharapkan pada bulan berikutnya, peserta akan kembali ke Tirto Jiwo lagi untuk tinggal selama 1-2 minggu lagi. Begitu seterusnya hingga peserta pulih dan hidup mandiri di masyarakat. Peserta program yang telah mencapai tingkat lanjut akan membibing dan menjadi panutan (role model) bagi peserta yang masih berada d tingkat awal dalam jenjang pemulihan. Tirto Jiwo juga akan dikembangkan agar dapat menjadi “club house”, dimana alumni bisa berkunjung dan bertemu dan bersosialisasi dengan peserta rogram.
Dukungan keluarga atau orang orang dekat sangat penting dalam pemulihan penderita gangguan jiwa. Untuk mendukung proses pemulihan, keluarga dari peserta program pemulihan dapat berkunjung dan menginap (selama beberapa hari) di Tirto Jiwo. Selama kunjungan, keluarga diharapkan dapat terlibat dalam kegiatan pemulihan, khususnya kegiatan yang bersifat sosial (sedekah nasi bungkus, perawatan rumah janda miskin, dll).
Rencananya, di Tirto Jiwo, tidak ada biaya khusus bagi peserta program pemulihan. Peserta diminta mengisi kotak amal sesuai kemampuannya. Selain itu, peserta dan keluarga juga diajak untuk menjadi donator untuk mendukung program sedekah nasi bungkus setiap hari Jumat dan kegiatan sosial lainnya.

Wednesday, February 15, 2012

8 prinsip penggunaan uang agar membuat bahagia (4)

Dr Elizabeth W. Dunn menyarankan agar kita menerapkan 8 prinsip dalam menggunakan uang agar hidup bisa lebih berbahagia. Ketiga prinsip pertama telah diuraikan dalam artikel sebelumnya.

Prinsip keempat. Bayar kontan, jangan beli secara kredit.

Pada tahun 1949, selesai makan di sebuah restoran di kota New York, seorang pebisnis Amerika bernama Frank McNamara baru sadar kalau dirinya lupa membawa uang kontan. Akhirnya, istrinya yang membayar makan malam tersebut. Pengalaman tersebut menginspirasi Frank McNamara untuk mendirikan sebuah perusahaan kartu kredit. Industri kartu kredit kini bernilai milyaran dolar.
Kartu kredit dan penjualan secara kredit telah mewabah di Indonesia. Dari sisi psikologis, kebiasaan “beli sekarang, bayar kemudian” mempunyai dua kelemahan. Kelemahan pertama, kebiasaan membeli secara kredit telah membuat orang berpikiran jangka pendek. Kebiasaan membeli dengan kredit menyebabkan seseorang terjebak dalam hutang, malas menabung (termasuk mempersiapkan pensiun). Ketika mereka tidak lagi bisa berhutang, segalanya sudah terlambat. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa bila seseorang tidak bisa menunda membeli sesuatu, bersikap tidak sabaran, maunya dapat sekarang, maka orang tersebut cenderung hidup kurang makmur.
Kelemahan kedua dari kebiasaan “beli sekarang, bayar kemudian” adalah kurangnya kemampuan mengantisipasi. Padahal kemampuan mengantisipasi adalah salah satu sumber kebahagiaan yang tidak perlu dibeli. Seseorang yang membeli biskuit dan langsung memakannya, mendapatkan x satuan kesenangan. Orang yang menunda memakan biskuit tersebut selama beberapa jam, akan mendapat x unit kesenangan ditambah dengan kesenangan karena dia mengharapkan akan makan biskuit enak nantinya.
Selain itu, orang yang tidak bisa menunda konsumsi sering mendapatkan barang kelas dua. Orang yang maunya makan sekarang, biasanya akan makan apa yang ada dihadapannya, yang mungkin terlalu banyak gula atau cholesterol yang tidak baik untuk kesehatan.Dengan menunda konsumsi, seseorang akan dapat memilih dan mendapatkan barang yang lebih baik.

8 prinsip agar uang membuat kita bahagia (3)

Mengapa uang tidak membuat seseorang merasa bahagia? penyebabnya sebagian besar karena mereka salah dalam memanfaatkan uangnya. Dr Elizabeth W. Dunn dari University of British Columbia menyarankan 8 prinsip dalam penggunaan uang agar bisa membuat seseorang bahagia. Prinsip pertama dan kedua bisa dibaca di artikel sebelumnya.

Prinsip ketiga. Pakai uang untuk membeli kesenangan kesenangan kecil tapi sering, dari pada beli kesenangan yang besar tapi hanya sekali.

Menurut Dr Dunn, pembelian pembelian kecil sesuatu yang kita senangi (makan bakso bersama teman/keluarga, jalan jalan ke kebun binatang, dll) lebih membuat seseorang merasa lebih berbahagia dibandingkan pembelian sesuatu yang besar tapi sekali (beli mobil kedua atau ketiga).
Menurut penelitian Diener, Sandvik dan Pavot (1991) kebahagian lebih terkait dengan frekuensi dari pada dengan intensitas dari sesuatu yang menyenangkan. Contoh sederhananya: makan biskuit sehari satu buah lebih membuat senang dibandingkan dengan makan biskuit 12 buah sekaligus. Penelitian dari Thaler (1985, 1999), Thaler dan Johnson (1990) menunjukkan bahwa seseorang yang menang undian $25 dan kemudian menang lagi $50 lebih merasa berbahagia dbandingkan orang yang menang undian $75 sekali saja. Hal yang sama dengan hadiah yang sifatnya bukan uang, seperti kue coklat, nilai hasil ulangan di sekolah, dan mendapat hadiah dari kawan. Penelitian dari Nelson dan Meyvis (2008) menunjukkan bahwa orang yang dipijat selama 60 menit kemudian istirahat selama 20 menit kemudian dipijat lagi, merasa lebih senang dibandingkan dengan orang yang dipijat terus menerus selama 2 jam.
Sayangnya, dampak dari pembelian pembelian kecil terhadap perasaan senang atau bahagia berkurang pada orang kaya. Orang kaya bisa membeli kesenangan yang besar sehingga kurang bisa menikmati kesenangan kesenangan dari pembelian pembelian kecil.
Dalam bahasa agama, kalau kita banyak bersyukur, maka kita akan menjadi lebih berbahagia. Mari kita mulai dengan banyak mengucap alhamdulillah…., insya Allah Tuhan akan meningkatkan karunia-Nya kepada kita.

8 Prinsip penggunaan uang agar bisa membuat bahagia (2)

Dr Lalin Anik
Punya banyak uang memang tidak otomatis membuat seseorang bahagia. Salah salah, banyak uang bisa membuat anak kita jadi pecandu narkoba atau keluarga jadi berantakan. Namun, bila dipakai secara benar, uang dapat meningkatkan kebahagiaan seseorang. Seorang pakar psikologi, Dr Elizabeth W. Dunn dari University British Columbia menyarankan 8 prinsip dalam memakai uang agar dapat membuat seseorang lebih berbahagia.

Prinsip kedua, gunakan uang untuk memberi manfaat kepada orang lain. Ternyata, menurut berbagai penelitian ilmiah, memberikan sedekah membuat sang pemberi merasa berbahagia. Dengan sedekah, tidak hanya si penerima yang mendapatkan manfaatnya, si pemberi juga mendapatkan manfaatnya.
Menurut Dr Lalin Anik dari Harvard University (waktu itu mahasiswa doctoral dari Harvard University, sekarang post doctoral fellow di Fuqua School of Business, Duke University), dalam sebuah artikelnya yang berjudul The Feeling Good about Giving: The Benefits (and costs) of Self-interested Charitable Behavior[i], menyimpulkan bahwa seseorang yang sedang merasa bahagia atau senang lebih besar kemungkinannya untuk memberikan sumbangan dibandingkan orang yang sedang sedih. Dilain pihak, kegiatan memberikan sumbangan ternyata membuat sang pemberi merasa bahagia. Hubungan antara bahagia dengan pemberian sedekah ternyata juga saling memperkuat. Pemberian sedekah membuat sang dermawan merasa bahagia dan karena bahagia maka sang dermawan juga lebih mudah memberi sumbangan.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Harbaugh, Mayr dan Burghart (2007) menunjukkan bahwa gambaran functional magnetic resonance imaging (fMRI) dari orang yang memberikan sedekah memperlihatkan gambaran yang sama dengan gambaran ventral striatrum ketika seseorang menerima rangsangan berupa cocaine atau wajah yang menarik. Ini berarti bahwa melakukan sedekah menyebabkan timbulnya perasaan bahagia atau senang.
Pada tahun 2008, Dunn, Aknin dan Norton melakukan study dengan meminta orang Amerika untuk menilai tingkat kebahagiaan masing masing. Mereka juga diminta untuk mencatat pengeluaran mereka bulan tersebut. Peneliti kemudian melakukan uji korelasi antara pengeluaran pro-social (sedekah, hadiah untuk orang lain, dll) dan pengeluaran untuk kepentingan pribadi (bayar listrik, dll) dengan tingkat kebahagiaanya. Terbukti bahwa pengeluaran pro-sosial terkait secara signifikan dengan tingkat kebahagiaan, bahkan setelah dilakukan kontrol terhadap pendapatan mereka.
Sebuah experiment yang dilakukan oleh Dunn, Aknin dan Norton (2008) juga menunjukkan hasil yang serupa. Peneliti tersebut mengumpulkan mahasiswa University of British Columbia dan memberikan uang kepada mereka dengan besaran $5 dan $20. Pada hari itu, para mahasiswa secara random ditugaskan untuk memakai uang tersebut bagi keperluannya sendiri atau menyedekahkan uang tersebut kepada orang lain yang membutuhkan. Pada sore harinya, para mahasiswa tersebut dikontak kembali. Ternyata para mahasiswa yang memakai uang yang dia terima untuk kebutuhan orang lain merasa lebih berbahagia dibandingkan dengan mahasiswa yang ditugaskan untuk memakai uang yang dia terima untuk dirinya sendiri. Dengan bersedekah $5 per hari, mahasiswa Unibersity of British Columbiabisa merasa berbahagia.
Dalam ajaran Islam, sebagaimana dijelaskan oleh Ali bin Muhammad Ad-Dahhami dalam buku Sedekahlah, Maka Kau Akan Kaya (Daar An-Naba’:2007), keutamaan sedekah itu antara lain: sedekah dapat memadamkan kemarahan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dapat menghapus kesalahan, perisai dari api neraka, mengobati penyakit hati, menolak berbagai macam bala’, dan melipatgandakan pahala.
Mari kita buat hidup ini jadi lebih berbahagia dengan menyedekahkan minimal 5% dari penghasilan.

[i] Anik, L., Aknin, L., Norton, M., Dunn, E., Feeling Good about Giving: The Benefits (and costs) of Self-Interested Charitable Behavior, Working paper 10-012,HarvardBusinessSchool, 2009.

8 Prinsip agar uang membuat kita bahagia (1)

 

Dr Elizabeth W. Dunn
Selama ini berbagai penelitian menunjukkan bahwa tidak ada kaitan antara uang dengan kebahagiaan. Banyak orang yang kaya namun hidupnya tidak berbahagia dan banyak pula orang yang hidup pas-pasan secara ekonomi malah hidup berbahagia.
Menurut Dr. Elizabeth W. Dunn dari University of British Columbia, dalam kaitannya dengan uang, banyak orang tidak bahagia meskipun banyak uang, karena mereka salah dalam memanfaatkan uangnya. Dalam artikelnya yang berjudul “If Money Doesn’t Make You Happy, Then You Probably Arent Spending It Right”, yang bisa diakses lewat internet, Dr Dunn dan kawan kawan menyarankan agar kita memakai 8 prinsip dalam memanfaatkan uang kita.
Pertama, gunakan uang untuk membeli pengalaman dan kurangi pembelian barang barang. Menurut berbagai studi, rasa senang setelah kita membeli barang cepat berkurang dengan berjalannya waktu. Rasa senang karena punya baju baru hanya bisa bertahan beberapa hari atau minggu (sekali dua kali pakai, kita sudah merasa biasa), namun rasa senang ketika mengingat liburan bersama keluarga masih bisa bertahan hingga bertahun-tahun.
Ada seorang teman yang bekerja di India, istrinya di Jakarta dan anak-anaknya tinggal di Australia. Bagi mereka, pengalaman liburan bersama ke Nepal masih terasa sangat berkesan meskipun hal tersebut terjadi lebih dari 6 tahun yang lalu. Saya sekeluarga masih sering mengobrol tentang asyiknya pengalaman naik ke Biara Tiger Nest di Bhutan. Padahal kita ke Bhutan sudah 3 tahun yang lalu.
Mulai sekarang, kurangi pembelian barang barang dan gunakan uang anda untuk membeli pengalaman. Gunakan uang anda untuk umrah bersama keluarga, liburan, atau untuk membiayai hobi anda (bersepeda, main badminton). Agar hidup lebih berbahagia, bisa juga uang anda dipakai untuk membiayai sesuatu yang anda inginkan namun dulu belum terlaksana karena keterbatasan dana, misalnya ikut kursus musik, belajar menyanyi atau bahkan belajar bahasa asing. Ibu mertua saya ikut kursus bahasa Inggris ketika berusia 60 tahun.

Monday, February 13, 2012

Mengapa pensiunan perlu menjadi sukarelawan?

Ternyata menjadi sukarelawan, kerja sosial tanpa dibayar, mempunyai banyak manfaat. Manfaatnya sangat nyata, terutama bila seseorang menjadi sukarelawan setelah pensiun. Kerja sukarelawa membuat sehat jasmaniah dan rohaniah, serta panjang umur. Setelah pensiun, kerja sukarela lebih menguntungkan dibanding dengan kerja yang dibayar.


Pada tahun 2007, Robert Grimm Jr., Kimberley Spring dan Nathan dietz dari Corporation for National and Community Service menulis sebuah artikel berjudul “The Health Benefit of Volunteering: A review of recent research". Mereka mengutip hasil studi dari Brown, dkk (2005) yang menyatakan bahwa hasil dari suatu survey dengan sample besar yang mencakup berbagai suku bangsa menunjukkan bahwa tidak ada bukti adanya peningkatan kesehatan dari orang orang yang mendapat pelayanan sosial komunitas. Namun study tersebut menunjukkan bahwa orang orang yang memberikan pelayanan sosial kepada orang lain mempunyai angka kematian yang lebih rendah dibandingkan orang yang tidak melakukan pelayanan sosial.

Study longitudinal dari Brown, dkk (2003) dengan sample keluarga senior menunjukkan bahwa setelah lima tahun, mereka yang menjadi relawan terbukti mempunyai angka kematian lebih rendah dibanding  mereka yang tidak pernah bekerja bakti sebagai relawan. Selain itu, hidup panjang lebih berkorelasi secara bermakna dengan si pemberi dari pada dengan si penerima pelayanan sosial.

Study dari Li dan Feraro (2006) dan study dari Van Willigen (2000) membuktikan bahwa manfaat kesehatan dari melakukan kerja sukarela lebih besar pada individu yang sudah berusia lanjut dibandingkan dengan manfaat kesehatan dari kerja sukarela di usia muda.

Semoga bukti nyata hasil riset diatas cukup meyakinkan para pembaca, khususnya para pensiunan atau yang mempunyai orang tua/saudara pensiunan. Marilah kita galakan kerja sukarela (volunteer) untuk memberi manfaat kepada orang yang membutuhkan.

Apa yang bisa kita lakukan?

Kita bisa cari dan datangi janda atau orang tua miskin yang kesulitan hidupnya, kita bantu membersihkan rumahnya atau memasakkan makanan untuk mereka. Kita bisa juga kunjungi dan bantu panti asuhan atau panti jompo, kita bisa juga bikin kursus  gratis (komputer, bahasa, atau pelajaran sekolah) untuk anak anak kurang mampu. 

Wednesday, February 8, 2012

Laporan Kegiatan Klinik Umiyah, Januari 2012

Alhamdulillah, pada bulan Januari 2012 Klinik Umiyah memberikan pelayanan rawat jalan umum kepada 601 orang, 46 pasien KB, dan 26 pasien periksa hamil. Selama bulan Januari 2012, 4 ibu melahirkan di Klinik Umiyah dan memberikan 34 hari rawat inap kepada  11 pasien.

Selama bulan Januari 2012, pemasukan kotak amal (infaq) dari pasien sebanyak Rp 6.174.000. Jumlah tersebut cukup untuk mengganti biaya obat (Rp. 5.877.000). Biaya kebutuhan lain, alhmadulillah, ditutupi oleh sedekah dari para dermawan.

Pada bulan Januari 2012, ada beberapa donator baru. Salah satunya adalah donator yang membantu pemberian paving halaman depan (parkir) Klinik Umiyah.

Semoga para dermawan mendapat balasan dari Allah swt sesuai dengan firman-Nya dalam surat Al Baqarah ayat 261:


"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui".
 

Friday, February 3, 2012

Farmhouse Healthy Food Limited dan plum Pie Media

PT Makanan Sehat Farmhouse memiliki tujuan untuk memberikan layanan untuk orang tua dan cacat di Rotherham. Belakangan ini perusahaan ingin lebih mengembangkan pelayanan bagi kelompok rentan lainnya  di luar orang tua serta cacat di wilayah lainnya.
Julie Nelson sudah cukup sukses menjalankan usaha katering sukses, tapi sambil memberikan makanan kepada klien lanjut usia, Julie melihat adanya kebutuhan untuk memperluas layanan yang dia berikan. Menjelang akhir tahun 2009 Dewan Kota Rotherham Dewan berhenti untuk memberikan pelayanan makanan "Meals on Wheels" kepada orang tua dan cacat di Borough. Julie menyadari ia harus memperluas, atau mengembangkan pelayanannya, yaitu memberikan layanan yang dihentikan oleh Dewan Kota Rotherdam. Sampai saat ini ia telah menerima umpan balik fantastis dari pelanggan dan juga memperoleh pelanggan baru setiap hari. Klien baru sebagian besar diperoleh melalui rekomendasi atau dari mulut ke mulut. Julie Nelson telah melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana dari keluarga yang tidak mampu untuk memiliki makanan sehat secara teratur. Sebelumnya dia bekerja pada proyek House Rush di Rotherham. Sebelum bekerja di Farmhouse Catering, Julie bekerja di Charity Moorgate Street di Rotherham. Selama di sana Julie melihat anak-anak dari pengguna obat bius yang tidak mendapat makanan sehat secara teratur. Tanpa makanan sehat yang tepat anak-anak muda itu tidak dapat berfungsi atau belajar secara benar.


Dampaknya nanti ketika mereka dewasa dan memiliki keluarga sendiri mereka tidak akan tahu bagaimana menyediakan makanan sehat bagi keluarga mereka. "Tujuan saya adalah untuk memperluas pemberian makanan sebanyak mungkin orang, dan setelah mapan pindah ke daerah lain yang kekurangan, seperti atau ke kelompok baru seperti tunawisma dan anak anak. Saya mendapatkan dukungan yang kuat dari Tim Aksi Wirausaha Sosial dari Rotherham, "kata Julie

Plum Pie Media adalah perusahaan produksi media yang memiliki tujuan sosial dan bisnis. Keuntungan yang mereka dapatkan terutama akan digunakan untuk mengembangkan proyek-proyek baru. Mereka menyediakan layanan media produksi untuk usaha sosial, swasta, masyarakat dan organisasi sukarela termasuk pemerintah lokal dan kelompok masyarakat lainnya.

Mereka juga memberikan media digital menarik dan inovatif dan seni proyek berbasis kelompok-kelompok lokal, kelompok pemuda dan sekolah. kegiatan Plum Pie luas dan bervariasi, dan berkisar dari pembuatan film, animasi dan kerajinan untuk memberikan pelatihan dalam Seni, desain video, grafis dan layanan web desain.

Meskipun mereka masih baru dan masih bekerja pada website mereka, mengapa tidak memiliki melihat mereka di internet melalui www.plumpiemedia.co.uk



VAR Sosial Enterprise Tim telah memberikan 12:59 dukungan kepada Plum Pie dalam usaha mereka, membantu mereka melalui proses pengembangan usaha sosial mereka, dan membuat mereka ke titik mendaftarkan usaha mereka sebagai Perseroan Terbatas dengan jaminan. "VAR membantu kami sangat dengan membuat proses start-up begitu banyak tidak menakutkan", kata Dale Horner, salah satu Direksi.

Pak Tatang, tunanetra yang pejuang

Saya menganggapnya sebagai guru dan sahabat. Namanya Tatang, tunanetra, tapi tajam sekali mata hatinya. Kami pertama bertemu saat ibadah haji tahun 2010. Saya memijat kakinya yang kram dan kaku sehabis thawaf saat umrah, sejak itu kami bersahabat, sangat rapat.
Dia tunanetra, tapi sangat tajam mata hatinya. Berbuat besar, barangkali tak mampu dilakukan orang normal. Mendirikan SLB ABCD di rumah warisan yang dimilikinya bersama sang kakak yang juga tunanetra. sang kakak pegawai negeri, gaji tiap bulan diberikan untuk biaya pendidikan anak-anak disability yang dipeliharanya. Tatang, pegawai “luar negeri” suka manggal di terminal ledeng memijat para supir dan hasilnya untuk anak-anak binaan sekolah. Tangguh. Canggih.
Kemarin saya memboyong Kang Tatang ke Bekasi, bertemu sharing dalam Seminar Motivasi Pendidikan Guru Mujahid. Setelah itu, kami bergurau sambil makan nasi bungkus hidangan para sahabat guru. Tatang the Fighter, kami sudahi pertemuan hari itu dengan saling berpesan: Jangan Diam. Lakukan Sesuatu, Meski Ringan. Angkat Beban!
Ini tambah kesan dari mbak Fitri Yani koordinator program Teachers Working Group Bekasi Raya yang mengantarkan Kang Tatang pulang. “Tidak seperti biasanya, kali ini saya mengantarkan pembicara di acara seminar TWG Bekasi ke salah satu travel agent untuk kembali ke kota asalnya. Pembicara seminar kali ini adalah seorang yang sangat istimewa, dengan segala kesederhanaan yang beliau miliki, saya melihat disitulah justru kehebatan beliau.”
Di perjalanan menuju Baraya Agency beliau berusaha mengenal kami lebih dekat, dengan menanyakan tempat tinggal dan tempat kami mengajar. Saat itu di kendaraan ada lima orang selain beliau, yaitu saya, Bu Masri dan anaknya, Pak Dimas beserta istrinya. Dan Kang Tatang, demikian beliau biasa dipanggil, juga menyatakan tentang betapa beliau merasa kurangnya beribadah sosial bila beliau tidak mendirikan SLB yang sekarang ini beliau bina dan biayai dengan penghasilannya sebagai tukang pijat. Subhanallah, begitu mulia hati beliau, saya bisa merasakan kegigihan dan kearifan beliau dalam menghitung waktu dan mengisinya di dunia ini dengan masa-masa emas yang gemilang untuk dapat dituai kelak di akhirat nanti. Walaupun beliau tunanetra, itu bukan penghalang bagi beliau. Bahkan beliau mampu meraih dua gelar sarjana dalam hidupnya.
Terakhir kalinya beliau bercerita tentang seorang anak berusia tiga tahun yang diturunkan begitu saja di pinggir jalan dari sebuah mobil. Ternyata anak itu buta. Oleh seseorang, anak tersebut dibawa ke sekolah beliau, namun karena tempat penampungan anak-anak sudah penuh, anak tersebut dititipkan di rumah rekan beliau. Namun masih dalam pengawasan beliau. Sampai saat ini si kecil tidak ada yang mencari. Kata beliau “Sepertinya dia memang mau dibuang.”Panitia dan Pengurus TWG Bekasi Raya
Betapa terenyuh hati saya mendengar kata-kata itu, sebegitu teganya orang tua membuang anaknya yang cacat, seakan anak itu tidak punya hak untuk mandapat kasih sayang dan masa depan. Pak Tatang adalah sosok inspiratif dan harapan bagi anak-anak itu. Satu langkah kecil pak Tatang, kini sudah menjadi puluhan langkah panjang, semoga Allah memberkahi beliau dengan menjadikan ribuan langkah yang berarti bagi perjuangan beliau. Amin. Kami mendukungmu, Kang Tatang.

sumber: http://www.eramuslim.com/kisah/tatang-the-fighter.htm

Wednesday, February 1, 2012

Pelajaran bisnis dari orang Indonesia yang punya kekayaan senilai Rp 8 trilyun


Mas Sandiaga Uno mungkin adalah sosok pria yang digandrungi banyak kaum perempuan : muda, very handsome, kaya raya dan rendah hati. Sosok Sandi memang merupakan salah satu fenomena dalam jagat bisnis di tanah air.
Dalam usianya yang masih terbilang muda, yakni 42 tahun, ia telah dinobatkan oleh majalah internasional Forbes, sebagai orang kaya nomer 29 di Indonesia. Total kekayaannya sekitar Rp 8 trilyun (wow).
Melalui perusahaannya yang bergerak di bidang investasi, yakni Saratoga Capital, Mas Sandi telah meneguhkan dirinya sebagai anak muda cemerlang dengan visi bisnis yang mak nyus.
Dalam tulisan kali ini, kita akan mencoba mengenal lebih dekat dengan mas Sandi yang handsome ini. Didalamnya kita mau menelisik dua pelajaran bisnis yang barangkali bisa kita petik.
Sejatinya, yang juga membuat banyak orang tertegun, adalah sikap rendah hati dan kehidupan religius Sandi yang amat kental. Ia dikenal sebagai pria yang melakoni ritual puasa sunah Daud (puasa setiap dua hari sekali, sepanjang tahun). Orang yang kaya raya ini ternyata begitu akrab dengan dunia ukhrowi (dunia akherat). Subhanallah.
Ia juga tak pernah berhenti sholat sunnah Dhuha setiap pagi. Dalam sebuah perbincangan informal, Mas Sandi memberikan pengakuan seperti ini :
Jadi begini, ibadah itu kalo sudah rutin kita lakukan bukan lagi menjadi sebuah kewajiban tapi menjadi sebuah kebutuhan. Jadi kalo aku gak sholat dhuha aja sekali, tiba-tiba ada sesuatu yang hilang, aneh rasanya. Walaupun itu sunnah jadi terasa wajib. Dan aku ngerasain sekali hikmahnya, sudah 7-8 tahun ini rutin aku lakukan, rejeki itu seperti gak aku cari, semua datang sendiri…….seperti dianter rejeki itu”.
Kalau kalimat diatas diucapkan pak ustadz, kita biasa mendengarnya. Namun kalau yang bilang adalah anak muda dengan kekayaan delapan T, now that’s the power of Ibadah.
Sekarang mari kita simak pelajaran bisnis pertama dari mas Sandi.
Lesson # 1 : Timing is everything. Sandi mendirikan perusahaan di bidang private equity persis pada saat Indonesia mengalami krisis moneter pada 1997 (private equity adalah perusahaan yang mengakuisisi saham perusahaan lain yang dianggap masih murah, lalu diperbaiki kinerjanya, dan kemudian dijual kembali degan harga yang lebih tinggi).
Pada saat krisis itu, beragam peluang investasi bermunculan lantaran banyak perusahaan mau dijual dengan harga yang relatif murah. Disinilah timing serta keputusan bisnis Sandi mendapatkan tempat yang pas. Bisnis dia melesat karena berhadapan dengan timing yang pas, yakni pas kondisi krisis moneter.
Moralnya : pengambilan keputusan menjadi jelek bukan karena mutu keputusannya yang buruk, namun mungkin timing-nya yang tidak tepat. Dan sebaliknya : keputusan menjadi sangat berharga karena dilakukan pada momen waktu yang tepat.
Sekarang, renungkan : apa keputusan penting dalam bisnis atau karir yang pernah Anda lakukan? Dan apakah timing keputusan itu pas? Sebab jika tidak pas, maka mungkin Anda akan menyesal berkepanjangan. (Misal banyak orang bilang, kalau mau bikin bisnis sendiri maka timingnya - lakukanlah sebelum usia 35 tahun. Sebab diatas usia itu, Anda akan masuk area comfort zone, dan akan makin takut untuk mengambil risiko).
Pelajaran bisnis kedua dari Mas Sandi adalah ini : pentingnya menemukan partner atau rekan yang kerja yang memiliki chemistry dengan kita, dan bisa membangun sinergi. Sandi pertama kali membangun usaha dengan rekannya pas duduk sekolah SMA. Sahabat lama biasanya cenderung telah memiliki ikata emosi dan chemistry yang kuat. Jadi nyambung dan klik.
Sama dengan kita. Dalam bekerja kita biasanya akan lebih enjoy dan produktif kalau bisa menemukan partner atau rekan kerja yang cocok dan pas dengan kita (jadi ada chemistry yang kuat). Team work yang kokoh memang bisa kita bangun kalau ada ikatan atau kohesi yang solid diantara para anggotanya.
Demikianlah, dua pelajaran bisnis ringkas dari Sandiaga Uno. Sosok profesional muda yang kaya, rendah hati dan punya sikap religius yang kuat.
Mas Sandi, doa saya agar keberkahan dari Sang Pemberi Rezeki terus mengalir pada diri Anda dan keluarga.

dikutip dari: http://strategimanajemen.net/2011/09/12/pelajaran-bisnis-dari-mas-sandiaga-uno/