Thursday, July 12, 2012

2 Tahun Klinik Umiyah: ada campur tangan langit


Alhamdulillah, tanggal 11 Juli 2012 ini Klinik Umiyah genap berusia 2 tahun. Untuk ukuran manusia, usia 2 tahun masih dikategorikan sebagai anak anak. Untuk ukuran sebuah Klinik, usia 2 tahun juga masih bisa dibilang baru.
Namun bagi pengurus Yayasan Islam Ummy, usia 2 tahun bagi Klinik Umiyah adalah sebuah usia istimewa. Mengapa? karena ada seseorang yang berkomentar di FB (sengaja kami tidak mengingat-ingat namanya) bahwa umur Klinik Umiyah tidak akan bisa mencapai 2 tahun. Alhamdulillah, Klinik Umiyah masih bisa berfungsi hingga tulisan ini dibuat, bahkan semakin berkembang.
Bila kita hanya memakai matematika biasa, pastilah Klinik Umiyah sudah gulung tikar sebelum menginjak usia tahun kedua. Klinik Umiyah berani nekat hanya meminta para pasien memasukkan uang ke kotak infaq sebagai pengganti biaya berobat. Dengan sasaran masyarakat dhuafa, rata rata pemasukan melalui kotak infaq  mencapai sekitar Rp 6 juta-an per bulannya (pemasukan infaq dari pasien rawat jalan dan rawat inap). Padahal, rata rata biaya pembelian obat mencapai sekitar Rp 3-4 juta per bulan dan honor tenaga kesehatannya mencapai Rp 15 juta per bulan. Bila defisit tersebut ditanggung pengelola Yayasan, memang usia Klinik Umiyah tidak akan bisa bertahan lama. Yayasan sudah akan bangkrut hanya dalam hitungan bulan.
Ketika mulai memberikan pelayanan kepada masyarakat dhuafa 2 tahun lalu, Klinik Umiyah belum mempunyai pendukung yang kuat. Sebagian besar biaya operasional masih didukung sedekah para pengelola Yayasan. Alhamdulillah, kini sedekah dari para dermawan sudah melebihi jumlah sedekah para pengurus Yayasan.
Atas kepercayaan para dermawan  yang telah menyalurkan sedekahnya melalui Klinik Umiyah, kami hanya bisa mengucapkan terima kasih dan kami sisipkan doa dibawah ini disetiap selesai sholat tahajud yang kami lakukan:
“Ya Allah ampunilah segala dosa para dermawan yang telah menyumbang ke Klinik Umiyah, Tirto Jiwo dan Panti Asuhan Amanah. Ampunilah juga dosa kedua orang tua mereka. Lapangkanlah rezeki mereka, kabulkanlah segala hajat keinginan mereka dan rahmatilah mereka dengan kebaikan yang mengalir sampai kepada anak cucu. amin”.

Laporan keuangan bulan Juni 2012


Alhamdulillah, dengan berakhirnya bulan Juni 2012, berarti Klinik Umiyah mulai memasuki tahun kedua.

Pada bulan Juni 2012, klinik Umiyah memberikan pelayanan kepada 661 pengunjung rawat jalan umum, 74 pengunjung untuk periksa hamil dan 22 pengunjung untuk pelayanan KB. Selama periode Juni 2012, ada 3 pasien yang melahirkan di Klinik Umiyah dan ada 20 pasien yang dirawat inap dengan jumlah 50 hari rawat ianp.

Saldo akhir bulan Juni ada sedikit kenaikan, dari sekitar Rp 34 juta pada awal Juni menjadi Rp. 36 Juta pada akhir Juni 2012. Syukur alhamdulillah, jumlah dermawan yang menyumbang juga semakin bertambah. Ini menunjukkan bahwa pendukung Klinik Umiyah semakin bertambah banyak.


Pada setiap akhir sholat tahajud kami berdoa ” Ya Allah kami mohon kepadaMu ampunan atas segala dosa para dermawan yang menyumbang ke Klinik Umiyah, ampuni juga dosa kedua orang tua mereka, lapangkanlah rezeki dan kabulkanlah segala hajat keinginan mereka. Ya Allah rahmatilah para dermawan dengan kebaikan yang mengalir sampai kepada anak cucu. amin”.

Tuesday, July 10, 2012

Mendirikan "rumah pemulihan" di setiap kota

Idealnya, setelah keluar dari perawatan di rumah sakit jiwa (RSJ), seorang penderita gangguan jiwa langsung kembali ke rumahnya. Dengan tinggal bersama keluarga, dan didukung secara maksimal oleh seluruh anggota keluarga, penderita gangguan jiwa akan bisa cepat pulih.

Sayangnya, kondisi ideal tersebut tidak selalu ada. Beberapa keadaan yang kurang memungkinkan bagi seorang penderita gangguan jiwa untuk tinggal bersama keluarga, antara lain:
  • Penanggung jawab utama keluarga tersebut sudah tua dan sakit-sakitan
  • Kondisi penderita gangguan jiwa telah dalam kondisi  sakit parah sehingga sangat sedikit kemungkinannya atau tidak ada kesempatan sama sekali untuk bisa menjalani kehidupan keluarga yang normal.
  • Adanya penderita gangguan jiwa akan menyebabkan stres dalam pernikahan atau menyebabkan anak-anak di rumah merasa takut dan marah.
  • Semua waktu dan sumber daya tersita untuk melayani penderita gangguan jiwa.
  • Tidak bersedia minum obat, tidak ada layanan dukungan atau tidak mau menggunakan pelayanan yang tersedia.
Bagi para penderita gangguan jiwa dengan keadaan keluarga yang tidak mampu mendukung pemulihannya, perlu dicarikan jalan keluarnya.Kalau kita belajar dari Amerika, misalnya, ada beberapa model yang perlu dikembangkan dan model tersebut bisa saling melengkapi:
  1. Rumah pemulihan, dimana penderita gangguan jiwa (sekeluarnya dari RSJ) bisa tinggal sementara selama beberapa bulan hingga 1-2 tahun. Dalam rumah pemulihan penderita mendapat bimbingan psikososial (selain pengobatan rawat jalan oleh dokter spesialis kesehatan jiwa). Diharapkan penderita gangguan jiwa bisa kembali ke masyarakat/ keluarganya setelah “lulus” dari rumah pemulihan. Bagi keluarga mampu, penderita gangguan jiwa bisa dititipkan di sebuah “therapeutic farm” atau rumah pemulihan yang asri di pedesaan. Menurut penilaian saya, Indonesia memerlukan adanya rumah pemulihan. Syukur kalau rumah pemulihan tidak bersifat komersial dan dikelola secara profesional. Dukungan dananya digalang melalui dana pemerintah ataupun dana sedekah dari masyarakat.
  2. Panti sosial. Bagi penderita gangguan jiwa yang menjadi khronis dan tidak bisa hidup mandiri, perlu disediakan panti sosial yang akan menampung dan merawat mereka. Selama ini, beberapa panti sosial milik Kemensos maupun masyarakat telah ada.
Saya takut, tanpa adanya rumah pemulihan dan panti sosial yang memadai, penderita gangguan jiwa yang telah lulus dari RSJ akan kembali dipasung atau menggelandang di jalanan.

Monday, July 9, 2012

Berjuang di jalan Allah: Mulailah dari usia 40 tahun


Yang saya maksud sebagai berjuang di jalan Allah adalah didalam tulisan ini adalah  mengalokasikan sebagian dana, tenaga atau pikiran yang dalam jumlah cukup bermakna bagi kejayaan Islam. Kegiatan kongkritnya, misalnya: mendirikan dan mengelola rumah tahfidz, mendirikan dan mengelola panti asuhan, mendirikan dan mengelola klinik kesehatan bagi dhuafa, dan lain sebagainya.

Tidak mudah untuk menentukan usia terbaik bagi seseorang untuk mulai berjuang dijalan Allah. Ada sedikit orang yang siap terjun berjuang di jalan Allah (fisabilillah) sedari belia dan dia bisa sukses karena cita cita dan sekolahnya memang berada di arena fisabilillah.  Sebagian besar orang di jaman ini terjun ke dunia fisabilillah ketika sudah mendekati atau memasuki usia pensiun. Lantas kita – kita yang tidak termasuk sedikit orang yang memulai usaha sedari belia, tetapi juga tidak ingin mepet memasuki dunia fisabilillah ketika sudah di usia pensiun dari tempat kerja – pada usia berapa kita sebaiknya memulai ?. Menurut saya usia terbaik untuk memulai pekerjaan besar ini adalah di usia 40 tahun !
Pasti bukan kebetulan ketika Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam diangkat menjadi Nabi pada usia 40 tahun. Juga bukan kebetulan pula bila ada ayat di Al-Qur’an yang memberi panduan do’a khusus ketika kita memasuki usia 40 tahun :
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri“”. (QS 46 :15)
Usia 40 tahun adalah ketika seseorang sudah sangat matang dalam jasmani maupun rokhani untuk memulai pekerjaan besar berjuang di jalan Allah, bukan hanya mengejar kesenangan dunia. Usia 40 menjadi representasi kematangan usia yang telah lengkap dibangun dengan pengalaman lapangan yang sangat cukup – bukan hanya pengetahuan (knowledge) tetapi juga keterampilan (skills) dan kebijaksanaan (wisdom).
Dengan usia rata-rata umat nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang berada di antara 60 tahun sampai 70 tahun, maka pekerjaan besar yang dimulai pada usia 40 tahun insyaallah juga akan cukup waktu untuk menuntaskannya dan menyerahkannya pada generasi penerus ketika waktu kita habis dan harus menghadap ke Sang Pencipta.
Bila Anda saat ini berusia 40 tahun atau lebih dan masih mengalokasikan sedikit tenaga, dana atau pikiran untuk berjuang di jalan Allah – maksudnya pekerjaan Anda di perusahaan atau instansi masih menyita sebagian besar kemampuan, maka hanya ada dua kemungkinan dari posisi Anda saat ini.
Kemungkinan pertama Anda macet di posisi Anda saat ini, ditandai dengan pangkat yang tidak naik-naik, pekerjaan menjadi rutinitas, gairah kerja mulai menurun, ada perasaan bosan, galau dlsb. bercampur aduk. Bisa jadi inilah tanda-tandanya Anda sudah harus keluar dan memulai berjuang di jalan Allah – mengapa harus menunggu beberapa tahun lagi sampai pensiun di posisi atau situasi menyiksa seperti ini ?. Dalam hal ini, kegiatan baru tersebut, selain dicari yang bisa memberikan penghasilan sederhana bagi keperluan keluarga, juga sesuai dengan definisi berjuang di jalan Allah.
Kemungkinan kedua adalah Anda sedang berada di puncak karir, masa depan gemilang, fasilitas melimpah, status sosial terhormat dlsb. Maka pergunakan kesempatan dan fasilitas tersebut untuk berjuang di jalan Allah. Contoh kongkritnya, misalnya: mengaktifkan pengajian dan pengumpulan dana sedekah di kantor, mendirikan panti asuhan atau rumah tahfidz, dan lain sebagainya.
Bila usia Anda saat ini belum mencapai 40 tahun dan masih bekerja untuk mengejar kesuksesan duniawi, , bersyukurlah Anda punya ‘tempat magang’ yang baik – maka manfaatkanlah waktu Anda sebaik-baiknya. Tetapi jangan terlena dengan waktu Anda, buatlah rencana yang matang, sehingga paling lambat pada usia 40 tahun Anda siap membangun bangunan amal shaleh sebagai manifestasi dari perjuangan di jalan Allah.